Istri Direktur Kemarilah - Bab 209 Tidak Pernah Menjadi Orang Ketiga

Lokasi konferensi perhiasan.

Sheila bagai duduk di atas kumpulan jarum, sangat tidak nyaman dan gelisah. Dia tahu bahwa Sora juga datang untuk melihat pertunjukan. Pertunjukan akan segera berakhir, tetapi dia malah belum melihatnya, terus ada perasaan tidak enak yang menghantui dia.

Dengan cepat perhatiannya kembali tertarik oleh pertunjukan yang sedang berlangsung.

Penyelenggaraan konferensi kali ini sangat sukses, pemfinalan dari Fahmi membawa banyak kejutan bagi industri perhiasan, cara menjelaskan produk dengan dongeng dan mengintegrasikannya ke dalam produk memang sangat istimewa.

Tepukan bergemuruh, kembang api bermekaran di udara, pembawa acara mempersilakan desainer untuk naik ke atas panggung.

Weni dengan sederhana menceritakan filosofi desainnya, serta pandangan tentang tren fashion kedepannya, juga menyatakan bahwa menggunakan cerita untuk menafsirkan perhiasan dan memberikan nyawa baru ke dalam perhiasan merupakan hal yang ingin dia pelajari.

"Saat bersamaan, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Nona Wijaya karena telah menginspirasi saya. Selain itu, juga kepada teman yang paling saya kagumi, Mulan Malena, yang juga merupakan seorang desainer. Hubungan dia dan saya seperti teman, juga seperti guru untuk sesama, meskipun dia sudah tidak ada di dunia ini, tapi konsep desainnya amat memengaruhi saya. Mari kita memanfaatkan kesempatan ini untuk mengenangnya, mari kita bersama-sama melihat karyanya selagi hidup. "

Tubuh Sheila seketika menjadi kaku, Mulan Malena? Ini adalah nama ibunya.

Tadi Weni mengatakan bahwa dia mirip dengan seorang temannya, apakah ibu dia yang dimaksud Weni?

Sheila dengan kaget menoleh ke Weni, proyektor di belakangnya menyala, audiens seketika menjadi ribut.

Mata Sheila membelalak.

Apa yang ditayangkan di layar bukanlah karya atau sebagainya, melainkan foto dirinya.

[Bukankah ini adalah Nyonya Muda Salim? Sejak kapan dia bersama dengan Tuan Huo lagi?]

[Mereka bahkan berciuman.]

[Tidak sangka Nyonya Muda Salim memberikan topi hijau yang begitu besar untuk Tuan Muda Salim, tidak heran kalau ada rumor yang mengatakan bahwa mereka sudah cerai.]

[Mereka juga barengan membeli pakaian dalam, apakah orang yang di belakang mereka itu adalah Tuan Muda Salim dan Nona Yuna?]

Weni segera memberikan isyarat kepada staf di bawah panggung T, menyuruh mereka mematikan proyektor.

Para reporter telah menampak Sheila, serta sudah sedang menyerbu mendatanginya.

“Nona Sheila, Apakah kamu sedang berpacaran dengan Tuan Huo?”

“Apakah benar bahwa kamu dan Tuan Muda Salim sudah cerai?”

Sheila bahkan tidak perlu berpikir pun sudah tahu bahwa hal-hal ini pasti dilakukan oleh Sora.

Semakin banyak wartawan yang berbondong-bondong ke arahnya, dia agak kewalahan, untungnya Fahmi membantunya menghentikan mereka: "Kalian jangan berdesak-desakan, kalau tidak jangan salahkan aku untuk bertindak kasar!"

Namun, itu sia-sia.

Reporter tidak pernah bosan untuk mengajukan pertanyaan yang serupa pada setiap kalinya, yaitu menanyakan kapan dia bercerai.

Sheila selalu hanya melontarkan tiga kata sederhana: "Tidak ada komentar."

“Kalian agak meminggir!” Pada saat ini, dia mendengar suara Yuna, benar-benar datang pada waktu yang sangat tepat.

Yuna memisahkan kerumunan, Fahmi merasa jijik, dia berbisik kepada Sheila, "Serahkan padaku."

“Kamu jangan sembarangan!” Sheila takut dia akan menyebabkan masalah lagi, segera menghentikannya, tapi sayangnya sudah terlambat. Fahmi sudah berjalan ke sana, ketika Yuna berjalan kemari, kakinya terentang dan membuat Yuna tersandung. Yuna tidak jatuh, tapi tas tangan kecilnya jatuh ke lantai.

Barang-barang di dalamnya barjatuhan di lantai.

[Laporan tes kehamilan?]

Hampir semua reporter menoleh ke laporan tes kehamilan itu.

Sheila menampak nomor di laporan tes kehamilan: 4735, laporan yang dia lihat di rumah sakit… ...

“Nona Yuna, apakah kamu hamil?”

Yuna dengan malu memungut laporan itu: “Aiya, ketahuan.”

“Nona Yuna, apakah kamu menghamilkan anak Tuan Muda Salim?”

Yuna tersenyum manis, tidak bicara. Diam berarti mengaku.

Dengan ini, audiens meledak. Melihat Yuna begitu bekerja sama, semua orang bergegas ke Yuna: "Nona Yuna, Nyonya Muda Salim dan Tuan Muda Salim sudah bercerai, benarkah?"

“Aku tidak pernah menjadi orang ketiga.”

“Kalau begitu, kapan Nona Yuna dan Tuan Muda Salim akan menikah?”

“Masalah ini, sepertinya tidak cocok untuk dikatakan oleh pihak wanita?”

Yuna menatap Sheila dengan tatapan provokatif, dia memang sengaja membocorkan masalah kehamilan kepada media. Dengan begitu, meskipun Denis tidak menyukainya, keluarga Salim juga tidak mungkin tidak memberinya status.

Sheila ditopang oleh Fahmi: "Denis si bajingan ini, dia menghamili wanita itu!?"

Walaupun sebelumnya Sheila sudah menenangkan dirinya sendiri, tetapi ketika sekali lagi mendengar dari mulut Yuna ataupun mulut orang lain mengenai anak Yuna dan Denis, tumpukan emosi bagai akan meledak kapan saja. Hatinya terasa berat, akan segera meledak.

"Sheila Wijaya! Kenapa kamu tidak memberitahuku? Kalau kamu beri tahu aku, aku akan pergi mencari bajingan itu, kamu begitu baik, beraninya dia mengecewakanmu!"

Sheila sudah berusaha keras untuk menahan, tetapi air mata tak tertahankan untuk mengalir keluar karena kata ‘mengecewakan’ yang disebutkan oleh Fahmi.

Dia benar-benar berpikir bahwa dalam waktu mereka yang terbatas, dia bisa bertoleran dan bisa menahan.

Tetapi dia menyadari bahwa hatinya sebenarnya hanya sedemikian kecil.

"Di mana dia? Sheila, berikan nomornya ke aku! Aku mau pergi menemuinya! Aku tidak bisa menahan emosi ini!" Fahmi menggoncangkan bahu Sheila, membuat air matanya juga terguncang keluar.

Melihat dia menangis, Fahmi seketika menjadi panik, “Kamu jangan menangis! Cepat beri tahu aku, di mana dia sekarang?”

Saat ini, entah siapa yang berteriak, “Tuan Salim sudah datang.”

Kemarahan Fahmi Lan membentur bubuk mesiu, emosi meledak dalam waktu sekejap, bergegas ke arah Denis: "Denis Salim! Dasar bajingan kau!"

Sayangnya, belum sampai di hadapan Denis, dia sudah tertahan oleh pengawal.

Denis tidak menghiraukan para wartawan itu. Menampak wanita itu menangis, serasa bahwa seluruh dunia bagai telah runtuh. Denis berjalan mendekatinya, tapi dia malah ingin pergi.

“Apakah kamu percaya?”

Sheila membelakanginya, tidak ingin melihatnya, juga tidak ingin membiarkannya melihat dia menangis, entah apakah karena dia hamil, dia merasa dirinya semakin lemah ketika berada di hadapannya.

“Jawab aku, apakah kamu percaya? Apakah kamu percaya bahwa anak itu punyaku?”

Sheila masih saja tidak bicara, jika dia tidak menangis, dia mungkin masih dapat menghadapinya dan dengan santai mengatakan: hal ini perlu ditanyakan ke dirimu sendiri.

Tapi dia benar-benar tidak ingin membiarkan siapa pun menampaknya menangis.

“Sheila Wijaya! Aku pernah bilang, aku hanya mempunyai kamu seorang wanita, kedepannya juga demikian!”

Walau dia sudah mendengar kalimat ini untuk kedua kalinya, jantung tetap berdebar. Tetapi gambaran tadi malam di kastil langit melintasi benaknya, dia menggigit bibir, tidak memberikan respons apa pun.

“Kak Denis, anak di perutku benaran punya kamu, aku juga hanya memiliki kamu seorang pria… …” Yuna panik, Kak Denis berkata demikian, bukankah berarti bahwa dia tidak mau mengakui anak di perutnya?

“Anak di perutmu itu bukan punyaku!” Kata Denis.

“Punya kamu, hari itu kamu memberi aku makan obat, aku tidak makan, aku sudah memuntahkannya… …”

“Aku sudah bilang, kamu akan menyesal!”

“Aku tidak akan menyesal, ini kesediaanku sendiri, tidak peduli apakah Kak Denis mau mengakui anak ini atau tidak!”

“Keluar!” Pandangan Denis menoleh ke pengawal, ada seorang pengawal yang memisahkan diri dari barisan.

Ketika semua orang tidak tahu apa yang mau dia lakukan, pengawal itu dengan sedikit malu berkata: "Nona Yuna, orang yang bersamamu hari itu, adalah aku ..."

HONK--

Sungguh mengguncangkan dunia!

Yuna tertegun dengan mata membelalak, tidak bisa memercayai kenyataan!

“Tidak! Tidak mungkin!”

Dia hanya menganggap bahwa Denis cuman ingin membiarkan dirinya mundur, sehingga asal mencari seorang pengawal. Dia menggelengkan kepalanya dengan wajah yang pucat: "Kak Denis, anak ini benar-benar punyamu. Jika kamu tidak memberi aku status, itu tidak masalah, tetapi kamu tidak boleh tidak mengakui kenyataan bahwa kita memang pernah melakukan hal itu! Kak Denis… …”

Sekeliling tubuh Denis memancarkan aura yang mengerikan. Pada saat itu, dia salah paham bahwa anak di perut Sheila adalah punya Tuan Huo. Jadi, untuk membuatnya cemburu, dia tidak memberi tahu Sheila kenyataan, tapi Sheila malah tidak ada respons. Setelah itu, dia pun tidak mengingat masalah ini lagi.

Tidak sangka, masalah ini malah diedarkan ke media oleh Yuna, dan dari respons Sheila, tampaknya dia juga memercayai kata-kata Yuna?

Denis tersenyum sinis, dengan penuh keganasan berkata: “Kalau kamu mau mati hati, aku penuhi permintaanmu!”

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu