Istri Direktur Kemarilah - Bab 134 Pembawa Sial (1)

Semua pelayan tidak ada, ruangan ini kosong dan hampa.

Para pengawal membawa barang bawaannya masuk, dan tepat saat dia akan naik ke atas, terdengar suara langkah kaki yang kacau mendekat dari kejauhan: “Nyonya muda ——”

Seorang wanita gemuk dengan gaun hitam panjang, diikuti oleh pelayan seragam hitam dibelakangnya, kedatangan dia sangat mendominasi.

Sheila menoleh, berdiri di tangga memandang ke bawah, ternyata pelayan rumah tangga dari rumah utama.

Melihat situasi ini, pasti menyuruhnya ke kerumah utama.

Dulu, setiap kali Nyonya besar besar Salim merasa bosan, dia akan mengundangnya "duduk" di rumah utama, setiap kali kembali, tubuhnya pasti akan mendapatkan luka dengan ukuran berbeda-beda……

Dia sedikit lelah, mengingat harus menghadapinya, dan bertanya dengan tidak sabar, "Ada apa?"

Kulit gelap Andi dan senyum cerah diwajahnya, mengingatkan Sheila setiap kali Andi berlatih cambuk dengannya, terakhir kali wanita ini dengan cerdik menghindari dia, tapi, kali ini tidak akan begitu mudah menghindarinya lagi.

“Nyonya besar besar meminta nyonya muda pergi bersamaku.”

Sheila turun dua langkah dan mendekatinya. "Wanita tua itu merindukanku lagi?"

“Omong kosong, bawa pergi”

“Jangan bergerak!”Sheila meninggikan suaranya, dia tidak yakin dia sebagai nyonya besar Salim, tidak bisa mengendalikan mereka?

Ternyata, semua pelayan terkejut, tidak ada yang berani bergerak.

“Aku bisa jalan sendiri.” Sheila melirik mereka dengan jijik dan maju jalan kedepan.

Andi memanggil pengawal yang memindahkan barang bawaan: “Kalian pindahkan koper itu juga ke rumah utama!”

“Ini……” Pengawal memandang Sheila dengan ragu.

“Pindahkan koperku ke rumah utama?”

“Iya benar, Nyonya besar mengatakan nyonya muda menikah ke keluarga Salim, sama sekali tidak memahami peraturan keluarga Salim, jadi mulai malam ini, kita harus lebih mendisiplinkan nyonya muda.”

Sheila tersenyum menyeringai, ternyata Nyonya besar Salim memang tidak ada hentinya ingin “Mengajari”nya.

Melihat postur Andi, dia yang tidak ingin pergi juga harus pergi, lalu dia melangkah pergi dengan sombong.

Setelah kejadian terakhir, Andi sedikit menjaga jarak dengannya, barusan dia melihat senyum dingin nyonya muda, dan dia panik, dia selalu merasa ada yang berbeda dari dirinya.

Tidak tahu dimananya yang berbeda.

Jalan lebar yang penuh dengan batu bulat berliku menuju rumah utama, dan lampu Eropa membentang di kedua sisi, seperti bayangan sekelompok orang sangat panjang.

Sheila baru saja jalan masuk kerumah utama, tiba-tiba dia didorong Andi, dan hampir saja dia jatuh kelantai.

Sheila menatapnya dengan tajam, Andi adalah pengurus rumah tangga kesayangan Nyonya besar Salim, sekarang dia tahu Nyonya besar Salim ingin membuat perhitungan yang lebih tidak bermoral lagi.

Dia balas menatap dengan marah, "Kenapa? Tidak senang? Tidak senang juga harus tahan.”

Andi sama sekali tidak memberikan Sheila kesempatan untuk berbicara, dia memberikan tatapan kode ke pelayan, dan pelayan bergegas memegangnya: “Bawa ke pondok gelap!”

Sheila menegakkan badan dan sedikit terkejut, dia pikir dia akan melihat Nyonya besar Salim, dia tidak menyangka Nyonya besar salim akan mengurungnya di dalam pondok gelap terlebih dulu.

Pintu samping rumah utama mengarah ke bukit belakang, di mana ada pondok kecil, awalnya pondok ini digunakan untuk mendisiplinkan pelayan yang tidak taat.

Kemudian berubah menjadi tempat Nyonya besar Salim mendisiplinkannya.

Tiba malam hari, pondok itu gelap dan dingin, terkadang terdengar suara hantu menangis dan serigala meraung.