Istri Direktur Kemarilah - Bab 72 Para Perempuan Tergila-gila Padanya

Dua ratus juta? Tuan Salim benar-benar sangat murah hati, rela mengeluarkan uang 200 juta untuk membelikan cincin pada Yuna, tapi malah tidak rela memberitahunya pin kartu kredit?

Di bawah kacamata hitam, mata Sheila semakin memancarkan kedinginan.

Kartu tidak dapat digesek, dia hanya bisa pulang, mengunci diri di dalam kamar, merebah di sofa dan menggeser halaman web.

Foto Yuna yang sedang menghadiri endorse iklan, cincin di tangannya persis sama dengan cincin di tangan Denis yang ada di foto dalam ponsel Tiffany.

Menutup halaman web, membuka email, mengetik beberapa baris kata:

Nona Rinu Sinai:

Tidak tahu apakah kamu bisa melihat email dariku, jika luang, harap segera hubungi aku, kutunggu kabar baik dari anda – Sheila Wijaya.

“Tuan, anda sudah pulang.” Pelayan sedang mengelap lantai koridor di luar pintu kamar, ketika melihat Denis, langsung menghentikan kerjaan di tangan dan menyapanya.

“Di mana Nyonya?” Suara Jack.

“Nyonya berada di dalam kamar sejak siang tadi.”

“……”

Kemudian terdengar suara langkah kaki, Denis tidak masuk, tapi langsung pergi ke ruang kerja.

Saat makan malam, pelayan datang mengetuk pintu, memberi tahu Sheila bahwa makan malam sudah disiapkan dan memintanya turun ke bawah untuk makan.

Sheila melihat halaman web dan tertidur, dibangunkan oleh suara pelayan, saat keluar terlihat pintu ruang kerja yang masih tertutup rapat.

Mengingat ketidaknormalan semalam, dan juga ketidakpedulian dia ketika menelponnya saat di toko perhiasan siang tadi.

Membuatnya begitu malu di toko perhiasan tadi… …

Tangan menggenggam pisau makan, membayangkan jika dia duduk, pisau di tangan pasti akan diterbangkan ke arahnya tanpa belas kasihan!

Ruang makan yang amat luas, meja makan panjang, selain dia, tidak ada orang lain.

“Di mana Tuan Salim?” Sheila melihat ke arah pintu, sudah waktunya makan, tapi tidak terlihat bayangannya, jelas-jelas orangnya sudah pulang.

"Tuan Muda mengatakan bahwa dia tidak memiliki nafsu makan… ..."

“Oh……” Sheila mengambil garpu dan pisau, menu hari ini adalah makanan barat, awalnya dia ingin masak sendiri, setelah keributan siang tadi, suasana hati yang baik menghilang.

Saat ini, terdengar suara langkah kaki yang kecil dari arah pintu.

“Apa yang terjadi dengan Kak Denis? Apakah tidak enak badan?” Tampaknya Yuna baru saja datang dari halaman rumah lain, gaun terusan merah muda, dia suka warna merah muda, dan juga walaupun hanya di rumah, dia tetap berdandan elok.

“Tuan Muda hanya mengatakan tidak nafsu makan.”

“Erhm, Jadi hari ini hanya ada aku dan Kak Sheila yang makan?” Yuna memandang Sheila, wajahnya terlihat senyum, namun dalam hatinya tidak: “Nenek telah mengajak orang bermain kartu, tidak pulang untuk makan.”

Pelayan menarikannya kursi, duduk, sekilas melihat Sheila dengan tatapan polos, mengangkat tangan dan mengambil pisau garpu.

Di bawah pancaran cahaya lampu, seutas cahaya berkilauan masuk ke mata Sheila, memandang ke arah cahaya silau itu, di antara jari Yuna, terdapat secercah cahaya merah jambu yang silau.

“Cincin Nona Yuna sangat cantik.”

“Cantik kah? Diberi seseorang.” Yuna meletakkan pisau makan, mengangkat tangan dan menggoyang-goyangkannya, tujuannya adalah untuk membiarkan Sheila terlihat lebih jelas.

“…..” Sheila sekilas melihatnya dan tidak bicara, memotong steak sapi dengan kuat, sekali potongan itu, mengeluarkan juice merah daging yang dimasak 70% matang.

Melihat Sheila memotong steak dengan tertekan, Yuna merasa bangga, mengalihkan pandangan,

“Aku dengar kak Sheila pergi berbelanja siang tadi?”

“Bagaimana kamu tahu?” Sheila terus memotong steak, ilusi kah? Steak hari ini rasanya digoreng kelamaan.

“Ada yang membagikan cerita siang tadi ke sosial media, tidak sangka Kak Sheila benar-benar kekurangan uang, kenapa tidak menelepon aku saja? Aku bisa membantu bayar.”

“Tidak ada artinya bergerak setelah waktunya, atau setelah makan, aku suruh supir mengantarmu ke toko itu, kamu bayarkan?”

Yuna tidak terpikir Sheila menggunakan cara ini, daging yang baru saja ditelan membuatnya hampir tersedak, batuk dua kali dan kemudian sengaja menutupi mulut dengan tangan, cincin yang dipakai di jari tengah menghadap ke Sheila: “Jangan-jangan semalam kak Denis tidak percaya bahwa kamu kekurangan uang?”

Sheila tidak menjawabnya, mengirim sepotong kecil daging sapi ke dalam mulut, berkata: “dengar-dengar dua hari yang lalu punggung nona Yuna terluka?”

Ekspresi wajah Yuna langsung menjadi buruk, masalah dia dicambuk Denis membuatnya dua hari ini tidak bisa mengangkat kepala di rumah Salim.

Sheila membahas masalah ini sekarang adalah sengaja untuk menusuk titik kelemahannya, tangan yang menggenggam pisau mengerat, mengatakan: “Terima kasih atas perhatian kak Sheila, pada akhirnya terbongkar bahwa hanya sebuah kesalahpahaman, lalu juga mendapatkan hadiah yang aku sukai, jadi sudah baikkan, tidak sakit lagi… …”

Selesai bicara, Yuna melihat cincinnya.

Sheila tersenyum dengan acuh tak acuh, baru saja hendak mengatakan sesuatu, di luar ruang makan ada pelayan yang menyebut: “Tuan muda.”

Diikuti dengan munculnya sosok kejam nan dingin, Denis mengenakan kemeja hitam, kerah agak terbuka, dan lengan bajunya digulung oleh dia ke lengan atas secara sembarangan.

Semua bilang bahwa perempuan mudah tergoda oleh tiga macam racun pada pria, mata yang dalam dan menawan, gerakan merokok, lengan kemeja yang ditarik ke atas siku… …

Semua ini ada pada Denis, jadi banyak perempuan yang tergila-gila padanya.

Sayangnya di mata Sheila, hanya ingin menghancurkan dan menghapus dia.

“Kak Denis, kata pelayan kamu tidak nafsu makan, apakah tidak enak badan?”

Denis tidak menanggapi, langsung terus berjalan ke tempat duduknya.

Yuna terdiam sejenak dengan canggung, menurunkan kelopak.

Jack sekedar batuk ringan, lalu berkata dengan nada rendah: “Tampaknya Nona Yuna sudah kenyang, tadi kata pelayan Nyonya Besar sudah pulang, dia sedang mencari nona Yuna.”

Yuna segera meletakkan alat makan: “Kalau begitu aku segera pergi lihat, aku sudah kenyang, kak Denis, selamat menikmati… …”

Selesai bicara, langsung bergegas pergi, tidak tampak bayangannya lagi.

Dari awal hingga sekarang, pria sama sekali tidak melihatnya. Sheila memasukkan potongan daging terakhir ke dalam mulut, tiba-tiba merasa dunia ini menjadi hening.

Seolah-olah seperti kembali lagi ke tiga tahun yang lalu, hari-hari di mana Denis tidak menganggapnya, bagai tidak ada keberadaannya.

Perlawanannya beberapa hari ini efektif?

Hanya saja, ketika melihatnya, adegan yang memalukan di toko perhiasan siang tadi muncul lagi, mengingat ini, kemarahan yang ditekan di dalam hati kembali memanas.

Namun, dia dibanding pria ini, Sheila tidak bisa menang jika berkelahi dengannya, hanya bisa mengambil serbet yang disodorkan oleh pelayan, menyeka mulut, kemudian melempar dengan kuat ke atas meja: “Selamat menikmati — “

Perkataannya juga mengurangi sebutan ‘Tuan Salim’… …

“Nyonya — “ Jack menghentikannya.

Dia berbalik badan, mata terpenuhi oleh secercah kemarahan: “Ada masalah?”

"Keluarga Salim memiliki budaya leluhur. Para leluhur keluarga Salim menjadikan hemat dan tidak boros sebagai dasar keluarga. Buang-buang makanan adalah sikap tidak hormat terhadap budaya leluhur keluarga Salim ..."

Sheila mengangkat alis dan memandang makanan yang banyak di atas meja.

Maksud Jack adalah menyuruhnya untuk tidak menyisakan makanan?

Dia ingat, setiap kali keluarga Salim makan, pasti ada yang tersisa……

Pengawal mendapatkan isyarat mata dari Jack, berdiri di depan pintu ruang makan, pengawal kekar hampir menutupi seluruh pintu.

Ini sedang memaksanya untuk duduk kembali.

Sheila melengkungkan bibir, dengan malas duduk kembali ke kursi, dia tidak ingin meneruskan makan, jadi tidak mengambil peralatan makan, tapi terus memelototi Denis.

Wajah Denis masih tenang, gerakan yang elegan, membuat orang berpikir bahwa makan adalah semacam seni yang menyenangkan.

Mengetahui bahwa Sheila sedang melihatnya, Denis agak mengerutkan kening, Jack merasakan ketidak senangan tuan, segera berkata: “Nyonya, tuan tidak suka dilihat orang ketika makan, hidangan sudah mau dingin, Nyonya cepat makan selama masih panas… …”

“..…” Sheila mengambil pisau dan garpu, pisau menyentuh piring porselen, mengeluarkan suara berisik.

“Nyonya, harap gerakkannya diperlembut, tuan tidak suka bising, jadi harap menjaga situasi tenang.”

“……” Dia tidak jelas, apa yang ingin dilakukan pria di depan ini? Dia pun meletakkan pisau garpu, menyuruh pelayan di samping untuk memberinya semangkuk sup.

Jack sudah lebih dulu mengambil sendok sup daripada pelayan.

Sheila tahu jika bukan karena perintah dari Denis, bagaimana mungkin Jack berani mencari masalah dengannya?

Denis malah tetap makan bagai tidak ada orang lain, seperti tidak terlihat semua ini.

Tidak membiarkannya minum sup, baik, dia makan mie, garpunya menggulung mie, menggulung hingga segumpalan, kemudian memasukkan ke dalam mulut.

Sausnya mengenai sudut mulut, ujung lidahnya secara naluriah menjilat sudut mulut, pesona seksi yang tak tertandingi ...

‘PLAKK’, Denis menekan pisau dan garpu ke atas meja!

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu