The True Identity of My Hubby - Bab 240 Tes DNA
"Kamu tenang saja aku tidak akan membiarkanmu menjadi wanita seperti itu selamanya, suatu hari nanti aku akan menceraikan Gwendolyn Tsu." Julius Yi meraih tangan kecilnya dan menciumnya, lalu dia menatapnya dan berkata, "Hanya saja sebelum itu, jangan menghindari aku, jangan abaikan aku, jangan bersikap baik kepada pria lain, bisakan? "
"Kalau begitu kamu juga harus berjanji kepadaku ," kata Clarissa Yuan .
"Berjanji apa?"
"Jangan bertindak gegabah, jangan menyinggung ayah dan anak Kaluarga Tsu, jangan biarkan Justin masuk ke penjara."
"Kamu tenang saja, aku juga tidak ingin Justin masuk penjara." Julius Yi tersenyum, "Jadi sekarang kamu akan menyetujui permintaanku?"
"Tidak, aku masih punya syarat, jangan sering mendatang mencariku."
“Aku ... akan mencoba sebisaku.”Julius Yi menyetujui dengan enggan.
Clarissa Yuan melirik tubuhnya dan bertanya, "Apakah perutmu sudah baikan?"
"Hmm, sudah jauh lebih baik."
Clarissa mengangkat wajahnya: "Julius, tadi kamu berpura-pura lagi ya?"
Julius Yi tersenyum, "Nyonya Yi, jangan karena aku berbohong kepadamu satu kali, kamu jadi menganggap aku berbohong kepadamu setiap saat."
"Siapa suruh kamu membuatmu ketakutan setengah mati?"
Begitu membahas hal ini, tawa Julius Yi semakin gembira: "Tangisanmu barusan hampir bisa menghancurkan bumi, dan membuat dewa dan iblis ikut menangis, mendengarnya benar-benar bisa membuka mata semua umat manusia dan menghangatkan hati semua orang, aku berharap nanti beberapa puluh tahun lagi saat aku tua dan mati, kamu juga bisa menangis seperti ini. "
Wajah kecil Clarissa Yuan langsung memerah, seumur-umur dia tidak pernah merasa semalu ini!
"Omong kosong apa yang sedang kamu katakan?"
"Aku serius."
"Lalu kalau aku mati, apakah kamu akan menangis?"
“Tentu saja tidak.” Julius Yi menunjuk ke arah balkon: “Aku akan langsung melompat dari sana dan mati bersamamu.”
“Benarkah?” Clarissa Yuan tidak mempercayainya.
“Benaran.” Julius Yi mengangguk, lalu melambai padanya, “Sini.”
"Ada apa?" Clarissa Yuan membungkuk.
Julius Yi mengangkat lengannya dan menggenggam bahu Clarissa, lalu dia menariknya dengan sedikit kuat dan menekankan tubuh Clarissa ke tubuhnya, lalu dia mencium bibirnya: "Aku sudah lama tidak menciummu, aku sangat merindukannya."
“Jangan bercanda lagi, bukankah lambungmu masih sakit.” Clarissa Yuan bergegas melapaskan diri darinya, meskipun dia juga sangat merindukannnya, tapi berbuat seperti ini terasa sedikit aneh, mungkin sudah terlalu lama jadi sedikit canggung.
“Ada kamu yang merawatku, lambungku sudah baikan.” Julius Yi berkata sambil tersenyum.
“Kalau begitu aku pulang dulu.” Clarissa Yuan tidak bermaksud mengguncangnya, tapi dia benar-benar harus pergi ke taman kanak-kanak untuk menjemput Liam dan Natasia.
Tapi raut wajah Julius Yi langsung berubah menjadi murung, dan dia menatapnya dengan tidak senang.
"Julius, aku benar-benar harus pergi melakukan sesuatu."
"Baik, kapan kamu akan datang menemaniku?"
Sebenarnya, dia tidak ingin dirawat di rumah sakit, tetapi jika dengan tinggal di rumah sakit dia bisa melihatnya setiap saat, dia keberatan untuk tinggal selama beberapa hari lagi.
"Kalau kamu leluasa, malam ini aku akan datang lagi."
“Kapan saja boleh.” Julius Yi kembali tersenyum, karena dia tidak bermaksud memberi tahu orang lain dia dirawat di rumah sakit.
*****
Ketika Clarissa Yuan bergegas ke taman kanak-kanak, dia sudah terlambat lima belas menit, dan Liam dan Natasia menjadi anak terakhir yang tersisa di kelas.
Begitu Liam dan Natasia melihatnya mereka menyambutnya dengan gembira seperti biasa, lalu berjalan keluar dari taman kanak-kanak bersamanya.
Saat mereka semua hendak naik ke dalam mobil, Liam tiba-tiba berseru: "Ayah juga datang!"
Clarissa Yuan mendongak melihat Frans Tsu yang sedang mengemudikan mobilnya ke lingkungan sekolah. Clarissa merasa sedikit terkejut, lalu dia mengandeng anak-anak dan berjalan kearahnya.
“Apakah bu guru yang memintamu datang?” tanya Clarissa.
Frans Tsu mengangguk lalu menatapnya, "Clarissa, ada apa denganmu hari ini? Apakah kamu ada urusan?"
Sebelumnya dia sangat tepat waktu, dan tidak pernah terlambat.
“Iya, ada sedikit urusan.” Clarissa Yuan berpikir sejenak dan berkata, “Frans Tsu , dikarenakan kamu sudah datang, kamu bawa anak-anak kerumah, malam ini aku mau makan malam dengan temanku.
“Baik.” Frans Tsu keluar dari mobil, lalu dia membuka pintu dan membawa Liam dan Natasia ke dalam mobil, lalu dia berbalik dan berkata kepadanya, “Kamu bisa pergi dengan tenang.”
Clarissa Yuan menatapnya, dia merasa tatapan mata Frans sedikit sulit ditebak.
Apakah Frans sudah menebak orang yang dia katakan temannya bukan orang lain, melainkan Julius Yi ?
Frans Tsu adalah kakak Gwendolyn Tsu , karena adiknya, Frans tidak ingin dia terlalu dekat dengan Julius Yi .
Tetapi mengingat Julius Yi sedang berbaring di atas ranjang rumah sakit, Clarissa Yuan tetap berbalik dan pergi.
*****
Gwendolyn Tsu memberikan rambut Natasia dan Julius Yi ke temannya lalu sambil tersenyum dia berpesan: "Tolong jangan membuat kesalahan, tiga hari lagi aku akan datang mengambil hasilnya ."
“Tenang saja, pasti tidak akan salah,” temannya berkata, “Kalau tiga hari lagi kamu tidak mau datang, aku akan langsung meneleponmu dan memberi tahukan hasilnya kepadamu .”
“Tidak, aku akan datang mengambilnya sendiri,” kata Gwendolyn Tsu , dia tidak ingin ada yang tahu apa yang dilakukannya kali ini.
"Baiklah, yang penting kamu senang."
“Hmm, terima kasih.” selesai berbicara, Gwendolyn Tsu menggerakkan kursi rodanya menuju lift.
Ketika Sisca , yang menunggu di lift lantai pertama, melihatnya turun, dia langsung menghampirinya dan membantu mendorong kursi rodanya lalu dia bertanya dengan penuh perhatian, "Nona Tsu , apakah semuanya sudah beres?"
"Sudah."
"Kalau begitu, apakah sekarang kita akan pulang ?"
“Kalau tidak pulang mau kemana lagi?” Gwendolyn Tsu berkata dengan sedikit marah.
Sekarang, dia tidak mood berbelanja barang-barang bermerek dan perhiasan yang paling suka dia lakukan dulu. Bagaimana pun, sekarang dia sudah duduk di atas kursi roda, betapa pun bagusnya pakaian yang dia gunakan tidak ada gunanya.
Tentu saja Sisca tidak berani bertanya lagi kepadanya dan langsung mendorongnya ke pintu rumah sakit.
Ketika melewati gedung rawat inap, Sisca tiba-tiba berkata dengan ekspresi wajah terkejut: "Nona Tsu , coba lihat bukankah itu Clarissa Yuan ? Kenapa dia bisa ada di sini?"
Gwendolyn Tsu ikut melihat ke arah pandangan matanya, ternyata benar-benar Clarissa Yuan, dia sedang membawa tempat makan thermal ke salah satu gedung rawat inap.
“Dia disini atau tidak apa hubungannya denganku,” katanya acuh tak acuh.
“Nona Tsu, apakah kamu tidak khawatir ini ada hubungannya dengan Tuan Muda Yi ?” Sisca berkata dengan hati-hati sambil melihat sosok Clarissa Yuan yang pergi menjauh.
"Untuk sementara tidak mungkin, karena Julius sedang dinas." Gwendolyn Tsu terlihat percaya diri.
Sisca tidak bisa menahan diir untuk mengingatkan: "Tuan Muda Yi pergi dinas itu hanya ucapan Nyonya Tua. Siapa yang tahu apakah itu benar atau tidak? Bisa saja dia bersembunyi di suatu tempat dan berkencan dengan kekasih lamanya?"
Gwendolyn Tsu bergidik, menatap Clarissa Yuan yang sudah pergi menjauh, di berkata kepada Sisca: "Buntuti dia dan lihat apa yang sedang dia lakukan, cepat pergi."
Sisca mengangguk lalu bergegas pergi ke arah gedung rawat inap.
Ketika dia mengejarnya, Clarissa Yuan kebetulan baru saja masuk ke dalam lift, dia ikut berjalan masuk dan berdiri di sudut sambil menundukkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan lengan baju.
Pada dasarnya Clarissa Yuan tidak begitu mengenalnya, jadi dia tidak terlalu memperhatikannya, dan hanya menatap angka di atas lift yang berubah.
Setelah tiba di lantai tempat Julius Yi berada, Clarissa Yuan melangkah keluar, dan Sisca ikut turun dari dalam lift.
Ketika Clarissa Yuan masuk ke kamar pasien, Julius Yi sedang bersandar di ranjang rumah sakit sambil membaca majalah. Clarissa meletakkan kotak makanan yang berada ditangannya di atas meja lalu dia berkata, "Aku sudah memasakkan bubur untukmu. Cepat makan."
Julius Yi meletakkan majalah itu, lalu dia meraih tangan kecilnya dan menariknya ke tempat tidur untuk duduk, setelah itu Julius mencondongkan tubuhnya dan mencium bibirnya: "Apakah itu bubur kastanye?"
"Tentu saja bukan, saat ini lambungmu sedang tidak baik jadi tidak boleh makan kastanye."
"Aku sedikit kecewa." selesai berbicara Julius Yi kembali tersenyum: "Tapi asalkan kamu yang memasaknya, aku menyukainya."
Clarissa Yuan menatapnya dan bertanya, "Apakah lambungmu sudah baikkan?"
"Sudah jauh lebih baik dan tidak sakit lagi, hanya saja aku merasa sedikit mual."
"Kata dokter, kamu masih perlu dirawat beberapa hari lagi."
"Boleh, katakan kepadanya dirawat beberapa hari lagi juga tidak masalah."
Clarissa Yuan menuangkan bubur ke dalam mangkuk kecil, sambil meliriknya dia berkata, "Kamu tidak perlu pergi bekerja?"
"Lagi pula sekarang ada Justin, apa yang perlu aku takutkan."
Sisca yang terkejut melihat semua ini akhirnya tidak sanggup melihatnya lagi. Dia yang takut ketahuan, berbalik dan pergi meninggalkan pintu dengan hati-hati. Dia berjalan dengan cepat ke arah lift, sambil bergegas mematikan rekaman video ponselnya.
Sisca kembali ke lantai satu dengan terburu-buru. Gwendolyn Tsu sedang menunggunya di depan pintu masuk gedung rawat inap rumah sakit. Ketika Gwendolyn melihatnya keluar dari dalam, Gwendolyn langsung menghampirinya dan bertanya, "Bagaimana, apakah kamu berhasil membuntutinya?"
Sisca mengklik video yang baru saja diambilnya secara diam-diam lalu dia menyerahkannya ke hadapan Gwendolyn dan dengan serius berkata: "Nona Tsu , anda lihat saja sendiri, aku sudah bilang dia dan Tuan Muda Yi pasti bermasalah."
Gwendolyn Tsu mengambil ponsel dari tangannya lalu dia menundukkan kepalanya dan melihat video di dalam ponsel.
Ketika dia melihat layar ponsel memperlihatkan mereka berdua sedang berciuman dari mulut ke mulut, dan mereka tertawa dengan gembira, raut wajahnya menjadi pucat dan genggaman jari-jarinya pada ponsel mejadi semakin erat.
Novel Terkait
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeAfter The End
Selena BeeBaby, You are so cute
Callie WangPengantin Baruku
FebiStep by Step
LeksMy Lady Boss
GeorgeMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)