The True Identity of My Hubby - Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
Setelah lewat beberapa waktu dia baru sadar dan pergi mencoba menarik Clarissa turun dari atas tubuh Gwendolyn bersama dengan para penonton keramaian.
Namun, setelah tahu bahwa Gwendolyn yang melukai Liam, Clarissa terlalu murka, dia menjambak rambut Gwendolyn dengan kuat dan tidak mau melepasnya. Mulutnya tetap berteriak sambil menangis: "Aku sudah merelakan Julius untukmu, kamu kenapa tetap tidak mau melepaskanku? Kenapa mau melukai Liam! Perempuan kejam..........!"
Yang orang-orang lihat adalah seseorang yang normal sedang menindas seseorang yang cacat, mereka pun menyalahkan dan memarahi Clarissa, tapi Clarissa sama sekali tidak peduli, dia juga tidak menjelaskan, saat ini seluruh kebenciannya, baik yang lama maupun yang baru, meledak, dia hanya ingin mencekik mati Gwendolyn.
Mendengar keributan, Frans pun segera kemari, dari jauh dia melihat Clarissa duduk di atas Gwendolyn dan terus memukulnya, Frans segera berlari kemari dan melepaskan cekikan Clarissa di leher Gwendolyn, kemudian berusaha sekuat tenaga menarik Clarissa dari Gwendolyn.
"Aku mau membunuhnya! Siapapun jangan menghentikanku!" Clarissa sambil memberontak sambil berteriak ke arah Frans.
"Kalau kamu membunuhnya maka kamu akan masuk penjara, kalau begitu nanti siapa yang membantumu menjaga Liam?" Frans langsung memeluk Clarissa, menepuk tubuh Clarissa dan menenangkannya: "Sudah, disini rumah sakit, jangan emosi........"
"Aku mau membunuhnya------!" Clarissa berteriak tajam, kemudian pandangannya berubah hitam dan pingsan di dalam pelukan Frans.
Setelah tidak tidur selama 2 hari, ditambah dengan perkelahian dan kemarahan tadi, dia akhirnya lemas dan pingsan.
"Clarissa! Clarissa! Kamu kenapa?" Frans dengan panik menepuk wajah Clarissa, kemudian menggendongnya dan berjalan ke arah UGD.
*****
20 menit kemudian, Frans duduk di kursi di depan ruang perawatan intensif, Gwendolyn duduk di kursi roda.
Setelah perkelahian tadi, rambut Gwendolyn berantakan, di wajahnya juga ada bekas cakaran Clarissa, di lehernya juga ada bekas dicekik.
"Aku hari ini akhirnya tahu, di hati kakak sebenarnya siapa yang lebih penting, adik kandung atau perempuan itu." Gwendolyn tertawa pahit: "Kak, kamu hanya melihat dia pingsan, namun tidak melihat aku ditekan olehnya dan hampir mati karena dicekik."
Frans melirik Gwendolyn: "Kenapa Clarissa ingin mencekikmu, kamu sendiri tidak tahu?"
"Tapi ini adalah masalah aku dan dia, tidak ada hubungannya denganmu."
"Liam juga adalah anakku!" Frans menunjuk Liam yang muncul ke arah layar pemantau: "Meskipun dia adalah anak Clarissa dan Julius, tapi dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa, kamu kenapa tega melukainya?"
"Apakah kamu merasa sangat kecewa Clarissa tidak mencekikku sampai mati?" Gwendolyn melirik Frans kesal.
"Kalaupun Clarissa mencekikmu sampai mati, kamu pantas mendapatkannya!"
"Kamu.........Frans Tsu! Sialan kamu!" Gwendolyn berteriak ke arah luar dengan kesal: "Sisca! Sisca!"
Sisca yang berada tidak jauh segera berlari kemari, mendorong Gwendolyn ke arah lift.
*****
Clarissa perlahan-lahan terbangun dari tidurnya, Teresa Wang yang duduk di samping melihat ada gerakan, dia pun segera membungkuk dan bertanya: "Clarissa, sudah bangun?"
Clarissa tidak menjawab, tatapannya melihat sekeliling, dan akhirnya berhenti di Frans yang ada di belakang Teresa, berkata dengan suara kecil: "Frans, kamu bukannya bilang mau membantuku menjaga Liam?"
Frans tersenyum: "Kamu tenang saja, dokter pasti membantumu menjaganya."
"Tidak boleh, dokter sekarang rata-rata tidak bertanggung jawab."
"Tidak, di ruang perawatan intensif ada perawat khusus yang berjaga." Frans mengamati Clarissa dan bertanya: "Bagaimana denganmu?"
"Aku tidak apa-apa." Clarissa berusaha bangun dari kasur, namun karena terlalu pusing, dia kembali jatuh ke kasur.
"Lihat, dokter sudah bilang kamu perlu istirahat dengan baik untuk sementara waktu." Frans menenangkan Clarissa: "Masalah Liam kamu tenang saja, sekarang Tuan muda kedua seharusnya sudah datang, tapi kamu harus menjaga baik-baik kesehatanmu, tahu?"
Clarissa mengangguk, dia menutup matanya, segala ingatan sebelum pingsan kembali ke otaknya, air matanya juga ikut membasahi matanya.
"Gwendolyn melakukan hal seperti itu pada anakku, aku ingin melaporkan dia, aku mau dia merasakan rasanya dipenjara." Clarissa berkata sesenggukan.
Frans menggenggam pergelangan tangan Clarissa, berkata dengan wajah penuh minta maaf: "Maaf, aku juga tidak tahu bagaimana Gwendolyn bisa tahu identitas anak-anak, juga sama sekali tidak menyangka dia bisa melukai Liam. Tapi Gwendolyn bersikeras tidak mengaku, terlebih lagi kamu tidak punya bukti, polisi juga tidak bisa melakukan apapun terhadapnya."
"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan? Apa hanya bisa melepaskannya begitu saja? Tapi aku tidak rela......."
"Apa maksud tidak ada bukti tidak bisa melakukan apa-apa? Aku lihat kamu sengaja berkata seperti itu untuk melindungi dia, kan?" Teresa berkata kesal sambil memelototi Frans.
Frans melihat Teresa, tetap dengan sangat sopan berkata: "Bibi, tidak ada orang yang melihat Gwendolyn beraksi, terlebih lagi kedua kaki Gwendolyn cacat, dan dia juga adalah Bibi Liam, sangat susah membuat orang lain percaya dia bisa melakukan hal seperti itu kepada seorang anak kecil."
"Intinya, kamu tetap sedang membantu adikmu yang kejam itu!"
Frans tidak berbicara lagi, tidak mungkin kalau dibilang sama sekali tidak melindungi Gwendolyn, bagaimanapun dia tetap tidak berharap melihat adiknya dipenjara.
Setelah Frans meninggalkan kamar Clarissa, ponsel Clarissa berbunyi, Clarissa berpaling melihat ponselnya, melihat nomor Julius muncul di layar ponselnya.
Dia tidak mengangkat telepon, saat ini dia sangat kesal dan juga sangat sedih, benar-benar tidak ada keberanian mengangkat telepon Julius.
Teresa berkata kesal: "Julius ini benar-benar sangat menyebalkan, sudah menelepon berpuluh-puluh kali."
Clarissa mengambil ponselnya dan melihat, benar sudah ada puluhan panggilan tak terjawab, semua dari Julius. Selain itu ada satu pesan masuk, dengan nada Julius yang kesal: "Clarissa Yuan! Penyakit lamamu lagi-lagi kambuh, lagi-lagi bermain sembunyi denganku?"
Clarissa meletakkan ponsel di atas meja, berbalik badan memunggungi ponselnya.
Teresa di samping berkata marah: "Benar, sudah seharusnya tidak mengangkat teleponnya, dia sudah menikahi orang lain masih saja mengganggumu, benar-benar tidak tahu malu."
Melihat Clarissa tidak bersuara, Teresa tiba-tiba tertawa berseri dan berkata: "Namun Tuan muda Tsu tadi kelihatannya tidak buruk, juga adalah ayah adopsi Liam dan Natalia, kamu boleh mempertimbangkan dia."
Clarissa menutup matanya, berkata dengan wajah sedih: "Bu, sekarang aku hanya berharap Liam bisa segera sadar."
"Liam pasti akan sadar, tenanglah." Teresa menepuk lengan Clarissa.
*****
Setelah berbaring satu sorean di kamar, Clarissa pun tidak mau berbaring lagi.
Demi mengurangi tekanan di hatinya, Frans sengaja menyerahkan pekerjaan menjemput Natalia dari TK ke Clarissa.
Clarissa muncul di pintu TK tepat waktu, setelah turun dari mobil, dia tiba-tiba melihat Julius berjalan mendekatinya dari arah lain.
Kelihatannya Julius sudah berpengalaman, begitu tidak menemukannya dia pun ke TK untuk menangkap orang, karena dia tahu Clarissa pasti akan datang menjemput anak-anak.
Tapi setelah Clarissa melihat sosok Julius, dia langsung berbalik dan pergi.
Julius tentu saja tidak akan membiarkan dia melarikan diri, dia melangkah lebar beberapa langkah dan berhasil mengejar Clarissa, menahannya di samping mobil dan menatapinya dengan wajah marah: "Clarissa Tsu! Apakah kamu masih punya kredibilitas? Kamu masih mau melarikan diri kemana?"
Clarissa ditahan di antara mobil dan dada Julius, dia yang tidak bisa melarikan diri pun memelototi Julius, berteriak dengan mata yang basah: "Julius Yi! Anggap saja aku memohon padamu, mohon biarkan aku hidup, bisa tidak?"
"Apa maksudmu?" Julius mengerutkan kening.
Clarissa malah menangis semakin keras dan sedih: "Aku sudah tidak ingin begini lagi, aku ingin hidup dengan baik dan tenang seorang diri, bisa tidak? Bolehkah kita melewati hidup masing-masing, tidak bertemu lagi mulai sekarang?"
"Boleh, tapi kamu harus memberikan satu alasan padaku."
"Alasannya adalah aku ingin melewati hidupku dengan tenang, ini adalah alasan yang paling baik!"
"Apakah Gwendolyn lagi-lagi mencari masalah untukmu?" yang bisa Julius pikirkan hanyalah ini.
Clarissa tidak menjawabnya, dia hanya menangis sedih, mulutnya tidak berhenti mengulang: "Mohon kamu lepaskan aku, lepaskan aku........"
Julius menarik kedua tangannya dari mobil, menggenggam bahu Clarissa dan bertanya: "Kamu beritahu aku, Apa yang lagi-lagi Gwendolyn lakukan kepadamu?"
Ada kesedihan yang tidak bisa dikatakan, membuat Clarissa merasa sangat tidak adil, juga sangat sakit, tapi asalkan dia teringat ancaman Gwendolyn, dia pun merasa hatinya dingin, sesakit apapun dia tidak berani memberitahu Julius.
Clarissa menggelengkan kepala: "Tidak ada, dia tidak melakukan apapun kepadaku, aku sendiri yang tidak ingin terus begini lagi, ini adalah masalahku sendiri......."
"Maaf.........." Julius menarik Clarissa ke pelukannya, mengelus rambutnya dan berkata penuh rasa bersalah: "Aku yang tidak cukup pasti, aku yang terlalu lemah, aku seharusnya teguh pada pendirianku dan bercerai dengan Gwendolyn, kemudian melindungi dan mencintaimu di sisimu........."
"Jangan!" Clarissa segera mengangkat tangan menutup mulut Julius, air matanya mengalir deras: "Jangan bercerai dengannya, jangan......."
Kalau Julius cerai dengan Gwendolyn, Gwendolyn pasti akan melukai Liam dan Natalia tanpa memedulikan hal lain, Gwendolyn sudah gila, dia bisa melakukan apapun!
"Sudah sampai seperti ini, kamu masih tetap berkata seperti ini?"
"Aku mohon, jangan bercerai dengannya, aku mohon." Clarissa memohon sambil menangis.
"Clarissa, kamu jelas-jelas tahu aku tidak bisa meninggalkanmu, kenapa masih tetap menyusahkanku seperti ini? Kamu begitu takut dengan Gwendolyn?"
Clarissa tiba-tiba berteriak: "Benar! Aku menakutinya, begitu melihatnya tubuhku langsung gemetar! Aku sangat ingin jauh darinya!"
"Disini adalah lingkungan yang memiliki hukum! Dia bisa melakukan apa padamu?"
"Hukum?" Clarissa tiba-tiba tertawa sinis.
Gwendolyn dengan sangat mudah melukai Liam sampai separah itu, namun hukum bisa melakukan apa padanya? Dia sekarang bukannya masih baik-baik saja?
"Clarissa........." Julius menatapi wajah Clarissa yang tertawa lebih jelek daripada menangis, dengan sedikit khawatir memanggilnya.
Novel Terkait
The Revival of the King
ShintaHalf a Heart
Romansa UniverseYama's Wife
ClarkBaby, You are so cute
Callie WangSee You Next Time
Cherry BlossomMenunggumu Kembali
NovanYour Ignorance
YayaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)