The True Identity of My Hubby - Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)

Setelah lewat beberapa waktu dia baru sadar dan pergi mencoba menarik Clarissa turun dari atas tubuh Gwendolyn bersama dengan para penonton keramaian.

Namun, setelah tahu bahwa Gwendolyn yang melukai Liam, Clarissa terlalu murka, dia menjambak rambut Gwendolyn dengan kuat dan tidak mau melepasnya. Mulutnya tetap berteriak sambil menangis: "Aku sudah merelakan Julius untukmu, kamu kenapa tetap tidak mau melepaskanku? Kenapa mau melukai Liam! Perempuan kejam..........!"

Yang orang-orang lihat adalah seseorang yang normal sedang menindas seseorang yang cacat, mereka pun menyalahkan dan memarahi Clarissa, tapi Clarissa sama sekali tidak peduli, dia juga tidak menjelaskan, saat ini seluruh kebenciannya, baik yang lama maupun yang baru, meledak, dia hanya ingin mencekik mati Gwendolyn.

Mendengar keributan, Frans pun segera kemari, dari jauh dia melihat Clarissa duduk di atas Gwendolyn dan terus memukulnya, Frans segera berlari kemari dan melepaskan cekikan Clarissa di leher Gwendolyn, kemudian berusaha sekuat tenaga menarik Clarissa dari Gwendolyn.

"Aku mau membunuhnya! Siapapun jangan menghentikanku!" Clarissa sambil memberontak sambil berteriak ke arah Frans.

"Kalau kamu membunuhnya maka kamu akan masuk penjara, kalau begitu nanti siapa yang membantumu menjaga Liam?" Frans langsung memeluk Clarissa, menepuk tubuh Clarissa dan menenangkannya: "Sudah, disini rumah sakit, jangan emosi........"

"Aku mau membunuhnya------!" Clarissa berteriak tajam, kemudian pandangannya berubah hitam dan pingsan di dalam pelukan Frans.

Setelah tidak tidur selama 2 hari, ditambah dengan perkelahian dan kemarahan tadi, dia akhirnya lemas dan pingsan.

"Clarissa! Clarissa! Kamu kenapa?" Frans dengan panik menepuk wajah Clarissa, kemudian menggendongnya dan berjalan ke arah UGD.

*****

20 menit kemudian, Frans duduk di kursi di depan ruang perawatan intensif, Gwendolyn duduk di kursi roda.

Setelah perkelahian tadi, rambut Gwendolyn berantakan, di wajahnya juga ada bekas cakaran Clarissa, di lehernya juga ada bekas dicekik.

"Aku hari ini akhirnya tahu, di hati kakak sebenarnya siapa yang lebih penting, adik kandung atau perempuan itu." Gwendolyn tertawa pahit: "Kak, kamu hanya melihat dia pingsan, namun tidak melihat aku ditekan olehnya dan hampir mati karena dicekik."

Frans melirik Gwendolyn: "Kenapa Clarissa ingin mencekikmu, kamu sendiri tidak tahu?"

"Tapi ini adalah masalah aku dan dia, tidak ada hubungannya denganmu."

"Liam juga adalah anakku!" Frans menunjuk Liam yang muncul ke arah layar pemantau: "Meskipun dia adalah anak Clarissa dan Julius, tapi dia hanyalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa, kamu kenapa tega melukainya?"

"Apakah kamu merasa sangat kecewa Clarissa tidak mencekikku sampai mati?" Gwendolyn melirik Frans kesal.

"Kalaupun Clarissa mencekikmu sampai mati, kamu pantas mendapatkannya!"

"Kamu.........Frans Tsu! Sialan kamu!" Gwendolyn berteriak ke arah luar dengan kesal: "Sisca! Sisca!"

Sisca yang berada tidak jauh segera berlari kemari, mendorong Gwendolyn ke arah lift.

*****

Clarissa perlahan-lahan terbangun dari tidurnya, Teresa Wang yang duduk di samping melihat ada gerakan, dia pun segera membungkuk dan bertanya: "Clarissa, sudah bangun?"

Clarissa tidak menjawab, tatapannya melihat sekeliling, dan akhirnya berhenti di Frans yang ada di belakang Teresa, berkata dengan suara kecil: "Frans, kamu bukannya bilang mau membantuku menjaga Liam?"

Frans tersenyum: "Kamu tenang saja, dokter pasti membantumu menjaganya."

"Tidak boleh, dokter sekarang rata-rata tidak bertanggung jawab."

"Tidak, di ruang perawatan intensif ada perawat khusus yang berjaga." Frans mengamati Clarissa dan bertanya: "Bagaimana denganmu?"

"Aku tidak apa-apa." Clarissa berusaha bangun dari kasur, namun karena terlalu pusing, dia kembali jatuh ke kasur.

"Lihat, dokter sudah bilang kamu perlu istirahat dengan baik untuk sementara waktu." Frans menenangkan Clarissa: "Masalah Liam kamu tenang saja, sekarang Tuan muda kedua seharusnya sudah datang, tapi kamu harus menjaga baik-baik kesehatanmu, tahu?"

Clarissa mengangguk, dia menutup matanya, segala ingatan sebelum pingsan kembali ke otaknya, air matanya juga ikut membasahi matanya.

"Gwendolyn melakukan hal seperti itu pada anakku, aku ingin melaporkan dia, aku mau dia merasakan rasanya dipenjara." Clarissa berkata sesenggukan.

Frans menggenggam pergelangan tangan Clarissa, berkata dengan wajah penuh minta maaf: "Maaf, aku juga tidak tahu bagaimana Gwendolyn bisa tahu identitas anak-anak, juga sama sekali tidak menyangka dia bisa melukai Liam. Tapi Gwendolyn bersikeras tidak mengaku, terlebih lagi kamu tidak punya bukti, polisi juga tidak bisa melakukan apapun terhadapnya."

"Kalau begitu apa yang harus aku lakukan? Apa hanya bisa melepaskannya begitu saja? Tapi aku tidak rela......."

"Apa maksud tidak ada bukti tidak bisa melakukan apa-apa? Aku lihat kamu sengaja berkata seperti itu untuk melindungi dia, kan?" Teresa berkata kesal sambil memelototi Frans.

Frans melihat Teresa, tetap dengan sangat sopan berkata: "Bibi, tidak ada orang yang melihat Gwendolyn beraksi, terlebih lagi kedua kaki Gwendolyn cacat, dan dia juga adalah Bibi Liam, sangat susah membuat orang lain percaya dia bisa melakukan hal seperti itu kepada seorang anak kecil."

"Intinya, kamu tetap sedang membantu adikmu yang kejam itu!"

Frans tidak berbicara lagi, tidak mungkin kalau dibilang sama sekali tidak melindungi Gwendolyn, bagaimanapun dia tetap tidak berharap melihat adiknya dipenjara.

Setelah Frans meninggalkan kamar Clarissa, ponsel Clarissa berbunyi, Clarissa berpaling melihat ponselnya, melihat nomor Julius muncul di layar ponselnya.

Dia tidak mengangkat telepon, saat ini dia sangat kesal dan juga sangat sedih, benar-benar tidak ada keberanian mengangkat telepon Julius.

Teresa berkata kesal: "Julius ini benar-benar sangat menyebalkan, sudah menelepon berpuluh-puluh kali."

Clarissa mengambil ponselnya dan melihat, benar sudah ada puluhan panggilan tak terjawab, semua dari Julius. Selain itu ada satu pesan masuk, dengan nada Julius yang kesal: "Clarissa Yuan! Penyakit lamamu lagi-lagi kambuh, lagi-lagi bermain sembunyi denganku?"

Clarissa meletakkan ponsel di atas meja, berbalik badan memunggungi ponselnya.

Teresa di samping berkata marah: "Benar, sudah seharusnya tidak mengangkat teleponnya, dia sudah menikahi orang lain masih saja mengganggumu, benar-benar tidak tahu malu."

Melihat Clarissa tidak bersuara, Teresa tiba-tiba tertawa berseri dan berkata: "Namun Tuan muda Tsu tadi kelihatannya tidak buruk, juga adalah ayah adopsi Liam dan Natalia, kamu boleh mempertimbangkan dia."

Clarissa menutup matanya, berkata dengan wajah sedih: "Bu, sekarang aku hanya berharap Liam bisa segera sadar."

"Liam pasti akan sadar, tenanglah." Teresa menepuk lengan Clarissa.

*****

Setelah berbaring satu sorean di kamar, Clarissa pun tidak mau berbaring lagi.

Demi mengurangi tekanan di hatinya, Frans sengaja menyerahkan pekerjaan menjemput Natalia dari TK ke Clarissa.

Clarissa muncul di pintu TK tepat waktu, setelah turun dari mobil, dia tiba-tiba melihat Julius berjalan mendekatinya dari arah lain.

Kelihatannya Julius sudah berpengalaman, begitu tidak menemukannya dia pun ke TK untuk menangkap orang, karena dia tahu Clarissa pasti akan datang menjemput anak-anak.

Tapi setelah Clarissa melihat sosok Julius, dia langsung berbalik dan pergi.

Julius tentu saja tidak akan membiarkan dia melarikan diri, dia melangkah lebar beberapa langkah dan berhasil mengejar Clarissa, menahannya di samping mobil dan menatapinya dengan wajah marah: "Clarissa Tsu! Apakah kamu masih punya kredibilitas? Kamu masih mau melarikan diri kemana?"

Clarissa ditahan di antara mobil dan dada Julius, dia yang tidak bisa melarikan diri pun memelototi Julius, berteriak dengan mata yang basah: "Julius Yi! Anggap saja aku memohon padamu, mohon biarkan aku hidup, bisa tidak?"

"Apa maksudmu?" Julius mengerutkan kening.

Clarissa malah menangis semakin keras dan sedih: "Aku sudah tidak ingin begini lagi, aku ingin hidup dengan baik dan tenang seorang diri, bisa tidak? Bolehkah kita melewati hidup masing-masing, tidak bertemu lagi mulai sekarang?"

"Boleh, tapi kamu harus memberikan satu alasan padaku."

"Alasannya adalah aku ingin melewati hidupku dengan tenang, ini adalah alasan yang paling baik!"

"Apakah Gwendolyn lagi-lagi mencari masalah untukmu?" yang bisa Julius pikirkan hanyalah ini.

Clarissa tidak menjawabnya, dia hanya menangis sedih, mulutnya tidak berhenti mengulang: "Mohon kamu lepaskan aku, lepaskan aku........"

Julius menarik kedua tangannya dari mobil, menggenggam bahu Clarissa dan bertanya: "Kamu beritahu aku, Apa yang lagi-lagi Gwendolyn lakukan kepadamu?"

Ada kesedihan yang tidak bisa dikatakan, membuat Clarissa merasa sangat tidak adil, juga sangat sakit, tapi asalkan dia teringat ancaman Gwendolyn, dia pun merasa hatinya dingin, sesakit apapun dia tidak berani memberitahu Julius.

Clarissa menggelengkan kepala: "Tidak ada, dia tidak melakukan apapun kepadaku, aku sendiri yang tidak ingin terus begini lagi, ini adalah masalahku sendiri......."

"Maaf.........." Julius menarik Clarissa ke pelukannya, mengelus rambutnya dan berkata penuh rasa bersalah: "Aku yang tidak cukup pasti, aku yang terlalu lemah, aku seharusnya teguh pada pendirianku dan bercerai dengan Gwendolyn, kemudian melindungi dan mencintaimu di sisimu........."

"Jangan!" Clarissa segera mengangkat tangan menutup mulut Julius, air matanya mengalir deras: "Jangan bercerai dengannya, jangan......."

Kalau Julius cerai dengan Gwendolyn, Gwendolyn pasti akan melukai Liam dan Natalia tanpa memedulikan hal lain, Gwendolyn sudah gila, dia bisa melakukan apapun!

"Sudah sampai seperti ini, kamu masih tetap berkata seperti ini?"

"Aku mohon, jangan bercerai dengannya, aku mohon." Clarissa memohon sambil menangis.

"Clarissa, kamu jelas-jelas tahu aku tidak bisa meninggalkanmu, kenapa masih tetap menyusahkanku seperti ini? Kamu begitu takut dengan Gwendolyn?"

Clarissa tiba-tiba berteriak: "Benar! Aku menakutinya, begitu melihatnya tubuhku langsung gemetar! Aku sangat ingin jauh darinya!"

"Disini adalah lingkungan yang memiliki hukum! Dia bisa melakukan apa padamu?"

"Hukum?" Clarissa tiba-tiba tertawa sinis.

Gwendolyn dengan sangat mudah melukai Liam sampai separah itu, namun hukum bisa melakukan apa padanya? Dia sekarang bukannya masih baik-baik saja?

"Clarissa........." Julius menatapi wajah Clarissa yang tertawa lebih jelek daripada menangis, dengan sedikit khawatir memanggilnya.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu