The True Identity of My Hubby - Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
“Aku?” Clarissa tersenyum, lanjut berkata: “Apa yang menurut Julius baik, itulah yang akan aku lakukan.”
“Apakah kamu selalu menuruti perkataannya?”
“Hm.” Clarissa menganggukkan kepala: “Yah, Julius juga sangat kewalahan, meski mengalami gangguan penglihatan, dia adalah seseorang yang memiliki pikiran dan perasaan tersendiri. Perusahaan Besar Yi sangat penting, tetapi bagi dia cinta juga sangat penting. Dia tidak ingin mengkhianatiku, juga tidak ingin berdiam diri melihat Perusahaan Besar Yi runtuh. Beban yang dia tanggung jauh lebih berat dari siapapun. Jadi, semoga Ayah tidak menyalahkannya lagi, ya?”
Selesai berkata, Clarissa melihat Carter terus menatapnya, segera lanjut berkata: “Yah, apakah Ayah merasa aku sangat egois? Maaf, kami telah membuat Ayah kecewa.”
“Memang ada sedikit rasa kecewa, tetapi permintaan ini memang sedikit berlebihan.” Carter menggelengkan kepala dengan pelan: “Sudahlah, kalian pikirkan saja dengan baik, aku juga tidak akan mendesak lagi.”
Carter kembali memejamkan mata, terlihat tidak ingin berbicara lagi.
Melihatnya seperti itu, Clarissa pun terpaksa berbalik badan keluar dari kamar.
****
Setelah mendesak Asisten Chen dengan beberapa pertanyaan, akhirnya Nenek Yi tahu keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan.
Dia tidak menyangka perusahaan akan jatuh seperti ini, juga tidak menyangka penyakit Carter berhubungan langsung dengan masalah itu.
Selama seharian dia hanya duduk berpikir di sofa, bahkan makan dan minum pun menjadi tidak nafsu.
Yuliana terus membujuknya dari sambil, pada akhirnya terpikirkan sesuatu dan berkata: “Nenek, hubungan Clarissa dan Kakak Pertama begitu baik, pantas saja dia tidak bersedia meninggalkan Kakak, Nenek jangan terus cemas.”
“Gwendolyn bersikeras ingin dinikahi Julius, mungkinkah aku tidak cemas?” Nenek Yi menghela nafas, mengangkat kepala bertanya pada Kak Vero: “Dimana Tuan Muda Pertama dan Nyonya Muda? Apakah sudah datang?”
“Sedang di perjalanan.” Kak Vero menjawab.
Julius dan Clarissa memang sedang dalam perjalanan, keduanya mengerti sekali maksud panggilan Nenek kali ini. Saat mobil memasuki kediaman Keluarga Yi, Clarissa menyandarkan kepala ke bahu Julius sambil berkata: “Bagaimana jika Nenek juga merasa kita harus berpisah?”
“Apa yang dikatakan sebelumnya, itu juga yang harus dikatakan sekarang.” Julius mengangkat tangan mengelus kepalanya, tersenyum kecil: “Ingat dengan pendirianmu, jangan menyerah ataupun lengah karena kata-kata Nenek.”
“Aku tidak akan kok, tetapi dalam hati selalu merasa bersalah, rasanya sungguh tidak berbakti.”
Julius berpikir sesaat, lalu mengangguk: “Aku juga mengerti perasaan itu, aku saja bisa menahannya, kamu punya alasan apa untuk tidak mampu menahannya? Patuh, turunlah.” Dia menepuk pelan kepala Clarissa, membuka pintu mobil lebih awal.
Julius dan Clarissa masuk ke dalam kediaman Keluarga Yi, setelah menyapa Nenek, mereka pun duduk di sofa ruang tamu.
Sama seperti biasanya Clarissa tidak berhenti menggandeng lengan Julius, seolah takut dia terjatuh.
Setelah mereka duduk, Yuliana yang duduk di depan langsung tertarik oleh cincin di jari manis mereka, timbul sedikit rasa curiga dalam hati.
Jelas-jelas waktu itu Vicvin He memberitahunya, bahwa cincin Clarissa itu adalah pemberian Juwono, kenapa sekarang malah sepasang dengan Julius? Mungkinkah Vicvin salah? Cincin itu sama sekali bukan berasal dari Juwono?
Di antara Juwono dan Clarissa….sebenarnya ada hubungan yang tersembunyi atau tidak? Setelah melihat cincin itu, dia pun mulai curiga.
Secara diam-diam dia undur diri, meninggalkan ruang tamu menuju kamar di lantai 2.
“Nenek, Nenek memanggil kami dengan sangat mendadak, apakah ada hal yang penting?” Julius bertanya sambil tersenyum.
Nenek Yi memerhatikan kedua orang di depan mata, tiba-tiba berkata dengan cemas: “Hari ini aku sudah bertemu Asisten Chen, juga sudah tahu permasalahan yang ada. Kalian sungguh berbakti, menutupi begitu rapat dariku..” Dia berkata sambil tersenyum pahit.
“Nenek, kami menutupinya karena takut Nenek cemas.” Clarissa berkata.
“Tentu saja aku tahu.” Nenek kembali melihat dan memandangi mereka berdua: “Aku memanggil kalian pulang karena ingin mendengar seperti apa pendapat kalian, ingin mendengar bagaimana rencana kalian. Nenek bukanlah orang yang lemah, tidak perlu merahasiakan semua masalah dari Nenek.”
Selesai berkata, Nenek Yi menambahkan: “Jadi dua hari yang lalu Ayah kamu marah besar hingga dibawa ke ruang UGD karena masalah Gwendolyn? Apakah seperti itu Julius.”
Julius menundukkan kepala, berkata dengan penuh rasa bersalah: “Benar, Nek..”
“Nek, apakah Nenek memanggil kami kemari juga untuk menganjurkan aku menceraikan Clarissa dan menikahi Gwendolyn?” Selesai bertanya, tanpa menunggu Nenek menjawab, Julius lanjut berkata: “Jika benar, maka tidak perlu dikatakan lagi, aku tidak ingin membuat Nenek marah, juga tidak ingin membantah Nenek.”
Nenek Yi menggelengkan kepala dengan tidak berdaya: “Tidak, aku tidak akan menganjurkan kalian bercerai.”
“Benarkah?”
“Ayahmu memohon pada situasi seperti itu saja sudah kamu tolak dengan keras, untuk apa aku membujuk kamu lagi? Bukankah sama saja akan ditolak olehmu.” Nenek menghela nafas, lanjut berkata: “Meski Perusahaan Besar Yi sangat penting, tetapi saat kalian menikah dulu akulah yang mengambil keputusan, Clarissa juga anak perempuan yang sangat patuh, dengan alasan apa aku memisahkan kalian? Tenang saja, Nenek tidak akan mengikuti Ayahmu memaksa kalian bercerai, juga tidak akan memaksa kamu menikahi Gwendolyn.”
“Benaran?” Julius Yi sangat senang mendengarnya.
Nenek Yi menganggukkan kepala.
“Lalu untuk apa Nenek memanggil kami kemari?”
Nenek menghela nafas lagi: “Memangnya untuk apa lagi, ingin tahu apa rencana kalian selanjutnya, apakah perlu Nenek bantu.”
“Tidak perlu.” Julius tersenyum dan berkata: “Dukungan dan perhatian dari Nenek sudah sangat membantu aku dan Clarissa, terima kasih Nek.”
“Terima kasih atas dukungan Nenek.” Clarissa berkata dengan penuh haru.
Siapapun tidak menyangka Nenek akan ceria seperti itu, dia saja yang terlalu cemas bagaimana cara menghadapi Nenek di sepanjang perjalanan tadi.
“Asalkan kalian bisa hidup dengan bahagia, ada Perusahaan Besar Yi atau tidak, itu sama sekali tidak masalah.” Nenek menepuk tangan keduanya: “Harapan terbesar Nenek adalah kalian tiga bersaudara bisa memiliki hubungan yang akur dan baik, mengerti?”
“Mengerti.” Julius mengangguk dengan patuh.
Nenek kembali terdiam selama dua detik, lalu menambahkan: “Tetapi kalian juga jangan menyalahkan Ayah, dia mendesak kalian karena sudah benar-benar kehabisan solusi, sebab Perusahaan Besar Yi adalah hasil jerih payah Kakek kalian, tentu saja dia tidak berharap Perusahaan Besar Yi runtuh di tangannya. Seharusnya menyalahkan takdir, siapa suruh keluarga kita bertemu Keluarga Tsu?”
“Nenek tenang saja, aku tidak akan menyalahkan Ayah, setelah menolaknya saja hatiku terasa tidak nyaman.”
“Baguslah, baguslah jika tidak menyalahkannya.” Nenek Yi merasa sedikit lebih lega.
Hari ini adalah hari Sabtu, Yuliana datang ke sebuah kafe dekat rumah Vicvin. Setelah menemukan sebuah tempat duduk, dia pun meneleponnya.
Telepon tersambung dengan cepat, Vicvin tersenyum sangat manis: “Yuliana, lama tidak berjumpa denganmu, seharusnya sebentar lagi kamu melahirkan ya?”
Yuliana juga tersenyum mendengarnya: “Dua bulan lagi kok, hari ini kamu libur kan, bagaimana jika kita keluar jalan-jalan?”
“Jalan-jalan?”
“Benar, aku ingin pergi membeli sedikit pakaian anak.”
“Tetapi…..hari ini aku harus berkunjung ke tempat pelanggan untuk membicarakan material, janji juga sudah dibuat, bagaimana jika besok saja? Besok aku akan menemanimu.” Vicvin berkata dengan kewalahan.
“Begitu ya, tetapi aku sudah di kafe dekat rumahmu.”
“Ha, sudah di depan rumahku?”
“Tentu saja, apakah kamu sungguh akan pergi? Menemaniku minum segelas kopi saja tidak bisa?”
“Bukan harus pergi sih, hanya saja…..” Vicvin berpikir sejenak, terpaksa mengiyakan: “Baiklah jika begitu, besok saja aku temui pelanggannya.”
Dengan sangat cepat, Vicvin pun tiba. Yuliana memandangi dia yang berpakaian mahal dan bermerek, serta kalung berlian yang melingkar di leher, dalam hati merasa curiga, sengaja meledeknya: “Wah, sebentar saja tidak bertemu, kamu berubah sangat banyak, jauh lebih cantik dibandingkan dulu.”
“Mana ada, sama seperti dulu kok.” Vicvin tersenyum sambil memandanginya juga, berkata: “Malahan kamu, sejak menikah dengan keluarga bangsawan memang berubah banyak, sudah terlihat tampang nyonya pada dirimu.”
“Oh iya, apakah Clarissa si perempuan sial itu masih terus menggoda suamimu?” Vicvin lanjut bertanya.
Yuliana sengaja menghela nafas seolah sedang bersedih: “Jika bukan karenanya, aku pun tidak perlu jalan-jalan sendirian lagi.”
“Perempuan sial, sungguh tidak tahu malu.” Vicvin marah sambil menggigit gigi.
Melihat Vicvin yang jauh lebih emosi darinya, Yuliana tertawa dalam hati, lalu berkata: “Sungguh sial aku bertemu perempuan seperti dia. Sudahlah, jangan membahasnya lagi, kita bahas soal dirimu saja, apa kabar belakangan ini?”
“Aku? Aku masih sama seperti biasa.”
“Eh, kamu sudah mengganti handphone?” Yuliana langsung meraih handphone yang diletakkannya di meja, tersenyum berkata: “Ini edisi emas, aku selalu bermimpi memiliki handphone ini, berapa kamu membelinya?”
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinVillain's Giving Up
Axe AshciellyPengantin Baruku
FebiCinta Yang Terlarang
MinnieThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)