The True Identity of My Hubby - Bab 164 Selalu Menemanimu (2)

“Aku?” Clarissa tersenyum, lanjut berkata: “Apa yang menurut Julius baik, itulah yang akan aku lakukan.”

“Apakah kamu selalu menuruti perkataannya?”

“Hm.” Clarissa menganggukkan kepala: “Yah, Julius juga sangat kewalahan, meski mengalami gangguan penglihatan, dia adalah seseorang yang memiliki pikiran dan perasaan tersendiri. Perusahaan Besar Yi sangat penting, tetapi bagi dia cinta juga sangat penting. Dia tidak ingin mengkhianatiku, juga tidak ingin berdiam diri melihat Perusahaan Besar Yi runtuh. Beban yang dia tanggung jauh lebih berat dari siapapun. Jadi, semoga Ayah tidak menyalahkannya lagi, ya?”

Selesai berkata, Clarissa melihat Carter terus menatapnya, segera lanjut berkata: “Yah, apakah Ayah merasa aku sangat egois? Maaf, kami telah membuat Ayah kecewa.”

“Memang ada sedikit rasa kecewa, tetapi permintaan ini memang sedikit berlebihan.” Carter menggelengkan kepala dengan pelan: “Sudahlah, kalian pikirkan saja dengan baik, aku juga tidak akan mendesak lagi.”

Carter kembali memejamkan mata, terlihat tidak ingin berbicara lagi.

Melihatnya seperti itu, Clarissa pun terpaksa berbalik badan keluar dari kamar.

****

Setelah mendesak Asisten Chen dengan beberapa pertanyaan, akhirnya Nenek Yi tahu keadaan yang sebenarnya dalam perusahaan.

Dia tidak menyangka perusahaan akan jatuh seperti ini, juga tidak menyangka penyakit Carter berhubungan langsung dengan masalah itu.

Selama seharian dia hanya duduk berpikir di sofa, bahkan makan dan minum pun menjadi tidak nafsu.

Yuliana terus membujuknya dari sambil, pada akhirnya terpikirkan sesuatu dan berkata: “Nenek, hubungan Clarissa dan Kakak Pertama begitu baik, pantas saja dia tidak bersedia meninggalkan Kakak, Nenek jangan terus cemas.”

“Gwendolyn bersikeras ingin dinikahi Julius, mungkinkah aku tidak cemas?” Nenek Yi menghela nafas, mengangkat kepala bertanya pada Kak Vero: “Dimana Tuan Muda Pertama dan Nyonya Muda? Apakah sudah datang?”

“Sedang di perjalanan.” Kak Vero menjawab.

Julius dan Clarissa memang sedang dalam perjalanan, keduanya mengerti sekali maksud panggilan Nenek kali ini. Saat mobil memasuki kediaman Keluarga Yi, Clarissa menyandarkan kepala ke bahu Julius sambil berkata: “Bagaimana jika Nenek juga merasa kita harus berpisah?”

“Apa yang dikatakan sebelumnya, itu juga yang harus dikatakan sekarang.” Julius mengangkat tangan mengelus kepalanya, tersenyum kecil: “Ingat dengan pendirianmu, jangan menyerah ataupun lengah karena kata-kata Nenek.”

“Aku tidak akan kok, tetapi dalam hati selalu merasa bersalah, rasanya sungguh tidak berbakti.”

Julius berpikir sesaat, lalu mengangguk: “Aku juga mengerti perasaan itu, aku saja bisa menahannya, kamu punya alasan apa untuk tidak mampu menahannya? Patuh, turunlah.” Dia menepuk pelan kepala Clarissa, membuka pintu mobil lebih awal.

Julius dan Clarissa masuk ke dalam kediaman Keluarga Yi, setelah menyapa Nenek, mereka pun duduk di sofa ruang tamu.

Sama seperti biasanya Clarissa tidak berhenti menggandeng lengan Julius, seolah takut dia terjatuh.

Setelah mereka duduk, Yuliana yang duduk di depan langsung tertarik oleh cincin di jari manis mereka, timbul sedikit rasa curiga dalam hati.

Jelas-jelas waktu itu Vicvin He memberitahunya, bahwa cincin Clarissa itu adalah pemberian Juwono, kenapa sekarang malah sepasang dengan Julius? Mungkinkah Vicvin salah? Cincin itu sama sekali bukan berasal dari Juwono?

Di antara Juwono dan Clarissa….sebenarnya ada hubungan yang tersembunyi atau tidak? Setelah melihat cincin itu, dia pun mulai curiga.

Secara diam-diam dia undur diri, meninggalkan ruang tamu menuju kamar di lantai 2.

“Nenek, Nenek memanggil kami dengan sangat mendadak, apakah ada hal yang penting?” Julius bertanya sambil tersenyum.

Nenek Yi memerhatikan kedua orang di depan mata, tiba-tiba berkata dengan cemas: “Hari ini aku sudah bertemu Asisten Chen, juga sudah tahu permasalahan yang ada. Kalian sungguh berbakti, menutupi begitu rapat dariku..” Dia berkata sambil tersenyum pahit.

“Nenek, kami menutupinya karena takut Nenek cemas.” Clarissa berkata.

“Tentu saja aku tahu.” Nenek kembali melihat dan memandangi mereka berdua: “Aku memanggil kalian pulang karena ingin mendengar seperti apa pendapat kalian, ingin mendengar bagaimana rencana kalian. Nenek bukanlah orang yang lemah, tidak perlu merahasiakan semua masalah dari Nenek.”

Selesai berkata, Nenek Yi menambahkan: “Jadi dua hari yang lalu Ayah kamu marah besar hingga dibawa ke ruang UGD karena masalah Gwendolyn? Apakah seperti itu Julius.”

Julius menundukkan kepala, berkata dengan penuh rasa bersalah: “Benar, Nek..”

“Nek, apakah Nenek memanggil kami kemari juga untuk menganjurkan aku menceraikan Clarissa dan menikahi Gwendolyn?” Selesai bertanya, tanpa menunggu Nenek menjawab, Julius lanjut berkata: “Jika benar, maka tidak perlu dikatakan lagi, aku tidak ingin membuat Nenek marah, juga tidak ingin membantah Nenek.”

Nenek Yi menggelengkan kepala dengan tidak berdaya: “Tidak, aku tidak akan menganjurkan kalian bercerai.”

“Benarkah?”

“Ayahmu memohon pada situasi seperti itu saja sudah kamu tolak dengan keras, untuk apa aku membujuk kamu lagi? Bukankah sama saja akan ditolak olehmu.” Nenek menghela nafas, lanjut berkata: “Meski Perusahaan Besar Yi sangat penting, tetapi saat kalian menikah dulu akulah yang mengambil keputusan, Clarissa juga anak perempuan yang sangat patuh, dengan alasan apa aku memisahkan kalian? Tenang saja, Nenek tidak akan mengikuti Ayahmu memaksa kalian bercerai, juga tidak akan memaksa kamu menikahi Gwendolyn.”

“Benaran?” Julius Yi sangat senang mendengarnya.

Nenek Yi menganggukkan kepala.

“Lalu untuk apa Nenek memanggil kami kemari?”

Nenek menghela nafas lagi: “Memangnya untuk apa lagi, ingin tahu apa rencana kalian selanjutnya, apakah perlu Nenek bantu.”

“Tidak perlu.” Julius tersenyum dan berkata: “Dukungan dan perhatian dari Nenek sudah sangat membantu aku dan Clarissa, terima kasih Nek.”

“Terima kasih atas dukungan Nenek.” Clarissa berkata dengan penuh haru.

Siapapun tidak menyangka Nenek akan ceria seperti itu, dia saja yang terlalu cemas bagaimana cara menghadapi Nenek di sepanjang perjalanan tadi.

“Asalkan kalian bisa hidup dengan bahagia, ada Perusahaan Besar Yi atau tidak, itu sama sekali tidak masalah.” Nenek menepuk tangan keduanya: “Harapan terbesar Nenek adalah kalian tiga bersaudara bisa memiliki hubungan yang akur dan baik, mengerti?”

“Mengerti.” Julius mengangguk dengan patuh.

Nenek kembali terdiam selama dua detik, lalu menambahkan: “Tetapi kalian juga jangan menyalahkan Ayah, dia mendesak kalian karena sudah benar-benar kehabisan solusi, sebab Perusahaan Besar Yi adalah hasil jerih payah Kakek kalian, tentu saja dia tidak berharap Perusahaan Besar Yi runtuh di tangannya. Seharusnya menyalahkan takdir, siapa suruh keluarga kita bertemu Keluarga Tsu?”

“Nenek tenang saja, aku tidak akan menyalahkan Ayah, setelah menolaknya saja hatiku terasa tidak nyaman.”

“Baguslah, baguslah jika tidak menyalahkannya.” Nenek Yi merasa sedikit lebih lega.

Hari ini adalah hari Sabtu, Yuliana datang ke sebuah kafe dekat rumah Vicvin. Setelah menemukan sebuah tempat duduk, dia pun meneleponnya.

Telepon tersambung dengan cepat, Vicvin tersenyum sangat manis: “Yuliana, lama tidak berjumpa denganmu, seharusnya sebentar lagi kamu melahirkan ya?”

Yuliana juga tersenyum mendengarnya: “Dua bulan lagi kok, hari ini kamu libur kan, bagaimana jika kita keluar jalan-jalan?”

“Jalan-jalan?”

“Benar, aku ingin pergi membeli sedikit pakaian anak.”

“Tetapi…..hari ini aku harus berkunjung ke tempat pelanggan untuk membicarakan material, janji juga sudah dibuat, bagaimana jika besok saja? Besok aku akan menemanimu.” Vicvin berkata dengan kewalahan.

“Begitu ya, tetapi aku sudah di kafe dekat rumahmu.”

“Ha, sudah di depan rumahku?”

“Tentu saja, apakah kamu sungguh akan pergi? Menemaniku minum segelas kopi saja tidak bisa?”

“Bukan harus pergi sih, hanya saja…..” Vicvin berpikir sejenak, terpaksa mengiyakan: “Baiklah jika begitu, besok saja aku temui pelanggannya.”

Dengan sangat cepat, Vicvin pun tiba. Yuliana memandangi dia yang berpakaian mahal dan bermerek, serta kalung berlian yang melingkar di leher, dalam hati merasa curiga, sengaja meledeknya: “Wah, sebentar saja tidak bertemu, kamu berubah sangat banyak, jauh lebih cantik dibandingkan dulu.”

“Mana ada, sama seperti dulu kok.” Vicvin tersenyum sambil memandanginya juga, berkata: “Malahan kamu, sejak menikah dengan keluarga bangsawan memang berubah banyak, sudah terlihat tampang nyonya pada dirimu.”

“Oh iya, apakah Clarissa si perempuan sial itu masih terus menggoda suamimu?” Vicvin lanjut bertanya.

Yuliana sengaja menghela nafas seolah sedang bersedih: “Jika bukan karenanya, aku pun tidak perlu jalan-jalan sendirian lagi.”

“Perempuan sial, sungguh tidak tahu malu.” Vicvin marah sambil menggigit gigi.

Melihat Vicvin yang jauh lebih emosi darinya, Yuliana tertawa dalam hati, lalu berkata: “Sungguh sial aku bertemu perempuan seperti dia. Sudahlah, jangan membahasnya lagi, kita bahas soal dirimu saja, apa kabar belakangan ini?”

“Aku? Aku masih sama seperti biasa.”

“Eh, kamu sudah mengganti handphone?” Yuliana langsung meraih handphone yang diletakkannya di meja, tersenyum berkata: “Ini edisi emas, aku selalu bermimpi memiliki handphone ini, berapa kamu membelinya?”

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu