The True Identity of My Hubby - Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui

"Aku ingin masuk dan memeriksanya sendiri.

"Tidak perlu, aku akan melakukannya sendiri. Sebaiknya kamu kembali untuk istirahat dulu."

"Aku bertanggung jawab atas cedera ibu mertuaku, bukan?"

Melihat penampilan wajahnya yang tegas, Clarissa akhirnya tidak menyarankannya untuk pergi lagi.

Di sebelahnya,Tante Liu berkata dengan ekspresi terkejut: "Tuan Muda tertua Keluarga Y adalah suami Clarissai?"

"Suami Clarissa adalah seorang tuna netra!" Tante Hong juga wajah terkejut.

"Benar-benar orang buta!"

"Berkatnya, Teresa masih dapat memuji Tuan Muda itu? Ternyata dia adalah orang buta. Jika ingin menikahi aku pun, aku juga tidak akan mau."

Meskipun kedua orang tua itu mengecilkan suara mereka, Clarissa yang berada dalam beberapa meter dapat mendengar dengan jelas. Dia mendongak dan melihat Julius dengan malu.

Julius pasti sudah mendengarnya, bukan? Dia pasti merasa lebih tidak nyaman dari Clarissa bukan?

"Tuan Muda, mari kita pergi ke sana dan duduk." Dia memegang lengan Julius dan membawanya ke kursi jauh dari Tante Liu dan Tante Hong untuk duduk.

Clarissa merasa bahwa dia harus dihibur oleh sesuatu. Setelah memikirkannya sebentar, dia membuat kata yang menurutnya tepat. Dia berkata kepada Julius: "Para wanita tua semuanya telah berusia tiga puluh delapan. Jangan terlalu memperdulikan mereka Tuan Muda."

Julius tersenyum dengan acuh tak acuh :"Aku sudah terbiasa dengan hal itu sejak lama. Aku haya khawatir kamu merasa tidak akan nyaman."

"Aku sudah terbiasa juga." Clarissa tersenyum pahit.

Sejak saat itu, Clarissa hampir tidak dapat mengingat berapa banyak hal yang telah dideritanya dan berapa banyak tawa yang dia dengar.

Lebih dari satu jam kemudian, Teresa keluar dari ruang operasi. Ketika dia keluar, dia bangun.

Staf medis membawanya ke tempat tidur rumah sakit, memberinya beberapa kata dan meninggalkan ruang pasien.

Clarissa mendekati tempat tidur Teresa, memandang kepala dan kakinya yang dibungkus, dan bertanya dengan ringan: "Apakah kamu baik-baik saja?"

Begitu dia berpikir bahwa Teresa telah berjudi, dia menjadi marah di dalam hatinya, dan nadanya menjadi berubah.

Tapi Teresa hanya menatapnya dengan dingin dan berkata: "Apa urusannya denganmu? Lagipula kamu tidak berpikir aku ibumu."

Clarissa mengerutkan kening: "Apa maksudmu, Nyonya Teresa? Apakah aku memintamu untuk berjudi? Apakah aku menyakitimu seperti ini?"

"Jika kamu bersedia membantuku membayar kembali lima puluh ribu yuan, bagaimana denganku?"

"Bu, apakah yang kamu katakan masuk akal? Gajiku telah dipertaruhkan oleh kamu sejak lama. Darimana aku dapat memberi kamu 50.000 yuan?"

"Bukankah Keluarga Yi memberimu banyak uang? Apa yang kamu anggap miskin?"

"Kamu tahu itu uang Keluarga Yi. Beraninya kamu mengambilnya untuk membayar hutang judi?"

"Keluarga Yi memberimu apa yang seharusnya menjadi milikmu. Aku adalah ibumu, aku membesarkanmu begitu besar, bukankah itu juga milikku? Apa lagi, Keluarga Yi punya banyak uang. Apa kamu berpura-pura?" Hal yang membuat Teresa marah kepada Clarissa ialah jelas bahwa dia bisa hidup sangat kaya dan indah. Karena harga diri Clarissa, dia memalingkannya.

Begitu dia memikirkan penderitaan dirinya, Teresa menjadi sangat marah, apakah dia akan menyakiti Clarissa atau tidak, dan memarahi dengan marah: "Clarissa, mengapa kamu begitu tidak berperasaan? Kamu telah makan dengan baik dan minum dengan baik di vila Keluarga Yi, tidak memperdulikan Ibu. Coba pikirkanlah, ketika kamu ditinggalkan oleh pria itu dan menjadi bingung, yang merawat hidupmu sehari-hari ketika kamu tidak tidur nyenyak di bulan Oktober itu adalah aku ...!"