The True Identity of My Hubby - Bab 83 Sakit (3)

“Apakah benar-benar memerah wajahnya?” Julius menyampingkan tubuhnya, sambil meraba ia menarik Clarissa kembali ke atas kursi, lalu meraba wajahnya sambil tersenyum kecil.

Akibat demam, telapak tangannya agak panas, juga membuat Clarissa menyadari dia masih seorang pasien, kalau pun dirinya dicandai juga tidak boleh terlalu perhitungan dengannya.

Clarissa menarik nafas dalam-dalam, lalu menangkis tangannya dan berkata dengan ketus : “Sekarang sudah boleh makan buburnya?”

“Boleh.” Julius menganggukkan kepala.

Sebenarnya dia sudah lapar keroncongan saat mencium bubur kacang berangan Clarissa yang wangi, demi mencandainya, Julius sudah sangat berusaha.

Dengan hati-hati Clarissa menyerahkan bubur tersebut ke tangan kirinya, lalu sendok di tangan kanannya.

“Terima kasih.” Julius memakan satu suap, karena sendok tidak dipegang dengan datar, bubur pun tumpah ke bawah. Clarissa segera menangkap dengan beberapa tisu dan mengingatkan dengan lembut : “Hati-hati.”

“Iya.” Jawab Julius. Namun tumpah lebih banyak lagi saat suap kedua.

Sekali lagi Clarissa menangkap memakai tisu, ia sudah kehabisan kata-kata. Biasanya dia selalu makan dengan pelan, gentle, dan anggun, tidak beda jauh dengan orang normal, kenapa hari ini…….

“Sudahlah, aku yang menyuapi kamu saja.” Kata Clarissa.

“Iya.” Julius tetap menjawab sambil tersenyum.

Clarissa mengambil kembali bubur tersebut dari tangannya, lalu menyuapi ke mulutnya dengan hati-hati.

Julius membuka mulut menerima suapan itu, senyum di wajahnya lambat laun menghilang. Tadi saat suapan pertama ia hanya memikirkan respon Clarissa, telah mengabaikan rasa buburnya, sekarang baru mendadak merasa…….

“Kenapa? Apakah tidak enak?” Melihat ekspresi seperti itu, Clarissa bertanya dengan agak kecewa.

“Tadi kamu bilang ini bubur apa?”

“Bubur kacang berangan, kamu tidak suka?”

Julius menggeleng : “Bukan, aku merasa aku pernah memakan ini.”

“Benarkah? Kapan?”

Julius mengernyitkan alis, berusaha mengingat kapan dirinya memakan bubur kacang berangan seperti ini. Jelas-jelas……tadi saat Clarissa menyebut bubur kacang berangan, dia masih merasa asing sekali, mendengar pun tidak pernah.

Tapi tidak peduli bagaimana ia mengingat, tetap tidak terpikirkan kapan dan di mana dia pernah memakannya.

“Tidak ingat.” Dia memijit keningnya yang sakit.

“Tuan muda pertama, kalau tidak ingat jangan dipikirkan lagi, daripada nanti sakit kepala.” Kak Sarah yang di samping mengingatkan.

“Hm.” Jawab Julius.

Banyak sekali hal yang tidak ia ingat, mana mungkin hanya ini saja?

Setelah memakan bubur, Julius berkata dirinya ingin tidur, dan menyuruh Clarissa juga cepat kembali ke kamar untuk tidur.

Clarissa menatap wajah lesunya, meskipun agak tidak enak hati, tapi ia tetap menebalkan muka dan berkata : “Atau……malam ini aku tetap tinggal di sini saja, jadi bisa menjaga kamu.”

Dia masih demam, matanya juga tidak bisa melihat apa-apa, kalau terjadi sesuatu di malam hari, tidak ada seorang pun yang bisa membantu, dia sungguh khawatir.

“Kamu mau tidur di kamarku?” Julius mengangkat alis.

“Aku hanya mengkhawatirkan kamu.” Clarissa menjelaskan dengan canggung.

“Tenang saja, bencana yang begitu besar pada saat itu saja sudah aku lewati, demam kecil ini tidak akan menaklukkan aku.” Jawab Julius.

Clarissa tahu yang ia maksud adalah kecelakaan yang membuat dirinya buta, karena tidak ingin memancing kesedihannya, juga tidak ingin mempersulit dia, Clarissa pun berkata :

“Kalau begitu kamu jangan kunci pintu, aku akan datang melihat kamu saat malam, kalau begini pasti boleh bukan?”

Melihat dia begitu bertulus hati ingin memperhatikannya, Julius pun tidak tega untuk menolak.

Tidak lama setelah Clarissa pergi, kak Sarah datang membawakan obat demam dan air hangat, disodorkannya ke hadapan Julius dan berkata : “Tuan muda pertama, makan obat dulu baru tidur.”

Julius menerima obat dan air tersebut, setelah meminumnya, disodorkannya kembali ke kak Sarah : “Terima kasih.”

Setelah kak Sarah menerima kembali gelas tersebut, ia tidak langsung pergi, melainkan menatapnya dengan seolah ingin mengatakan sesuatu.

Julius tersenyum pahit : “Apakah kak Sarah juga merasa malam ini aku agak bagaimana begitu?

“Hm……Tuan muda pertama.” Kak sarah ragu sejenak : “Memang waktu yang dilewati bersama nyonya muda terlalu lama.”

“Bersama dengannya, adalah bahagia yang tidak pernah aku rasakan beberapa tahun ini.”

“Kak Sarah tahu, tapi…….”

“Kak Sarah, kamu tenang saja, kelak aku akan berusaha mengendalikan diri sendiri.”

“Baiklah kalau begitu.” Kak Sarah menganggukkan kepala : “Kamu istirahatlah yang awal, kalau malam merasa semakin tidak enak badan, ingat untuk pergi ke rumah sakit, jangan ditahan.”

“Hm.”

Kak Sarah berjalan sampai di depan pintu, saat akan menutup pintu ia berkata kepada Julius : “Aku bantu kamu mengunci pintu.”

Julius menganggukkan kepala.

Saat malam, Clarissa berusaha bangun dari dalam selimut yang hangat dan turun dari ranjang, sambil mengucek mata ia berjalan ke arah kamar Julius.

Sudah subuh, lorong menjadi sunyi senyap.

Dia memperlahan langkah kakinya dan sampai di depan pintu kamar Julius, digenggamnya kenop pintu dan diputar, tapi pintu sama sekali tidak terbuka. Ia mengeluarkan tenaga lagi, tetap tidak bisa dibuka.

Jelas sekali, Julius mengunci pintunya.

Bukankah sudah bilang tidak akan mengunci pintu? Clarissa kehabisan kata-kata di depan pintu yang tertutup rapat.

Ia menempel telinganya ke celah pintu, di dalam sunyi senyap, tidak ada bunyi apa pun, kelihatannya dia tidur nyenyak, setelah diam beberapa saat di depan sana, ia pun membalikkan badan kembali ke kamarnya sendiri.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu