The True Identity of My Hubby - Bab 223 Malam pengantin
Evelin ke luar negeri, Catherine hamil, di malam yang paling menderita dalam hidupnya, Clarissa malah tidak menemukan teman yang bisa menemaninya minum bir.
Dia tidak pernah menyukai tempat yang penuh asap dan bau alkohol, tapi di hari pernikahan Julius dan Gwendolyn ini, mau tidak mau dia menempatkan dirinya di sini.
Dia tidak ingin minum bir, hanya ingin meminjam tempat yang ramai ini untuk menenangkan pikirannya, dia sungguh tidak ingin memikirkan Julius dan Gwendolyn, tapi otaknya selalu tidak dikendalikan olehnya.
Saat Frans datang, Clarissa sedang melamun sendiri di sofa pojok sana, Frans menghela nafas lega mendekatinya, dan menariknya keluar dari sana.
“Total aku mencari 10 tempat, akhirnya aku menemukanmu.” Frans mengamatinya : “Kenapa? Merasa menderita?”
Clarissa mengadahkan kepala dengan sayu : “Kenapa kamu tidak menghadiri acara pernikahan adikmu?”
“Untuk apa pergi ke pernikahan seperti itu, aku tidak ingin menghadirinya.” Frans mengambil gelas bir di meja, mengisi dua gelas tersebut dengan bir dan menyodorkannya ke Clarissa : “Ingin minum bir bukan? Sini, aku temani kamu minum.”
“Aku tidak kuat minum bir, jadi tidak boleh.”
“Tidak masalah, aku jago, bisa kutahan.”
“Frans, kenapa begitu baik dengan aku?” Clarissa mengamatinya.
Frans menjawab : “Masih bisa karena apa, karena aku ingin mengejar kamu, ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku.”
Melihat Clarissa mengamatinya dengan serius, Frans mendadak tertawa, lalu menepuk kepala Clarissa : “Candain kamu.”
Clarissa mengalihkan pandangan, diambilnya bir yang disodor, serta mengamati cairan berwarna kuning emas itu : “Apakah mabuk benar-benar bisa menghilangkan kerisauan?”
“Akan tahu jawabannya kalau dicoba.” Frans menempelkan gelasnya ke gelas Clarissa.
Clarissa minum seteguk, ternyata bir ini tidak seburuk yang dulu dia coba, apakah karena dia sedang dalam suasana hati yang tidak baik?”
“Aku kira kamu datang untuk membujuk aku jangan minum.” Clarissa tertawa kecil sambil menggeleng, lalu meminum satu teguk lagi.
“Aku lihat kamu ingin minum tapi tidak berani, jadi baru berbelas kasihan menemani kamu minum.”
“Tapi kenapa aku merasa suasana hati kamu juga sedang tidak baik?” Clarissa mengamati dia yang air mukanya tampak suram.
“Ketahuan sama kamu.” Frans tersenyum pahit : “Hari ini adalah hari pernikahan adikku, tapi aku malah tidak menghadirinya, aku sungguh bukan kakak yang baik.”
“Kenapa tidak pergi?”
“Tidak tahu, hanya tidak ingin merestuinya.” Frans meneguk sekali lagi, lalu menghela nafas : “Perlahan aku sudah jatuh dalam keadaan ditentang orang banyak dan ditinggalkan keluarga!”
“Keluarga selamanya adalah keluarga, tidak peduli kapan pun, hubungan darah yang lebih kental dari air itu tetap ada.” Clarissa tersenyum pilu : “Tidak seperti suami istri, sekali berpisah langsung tidak ada hubungan lagi, dan menjadi orang asing.”
“Ayo, minum bir.” Frans mengangkat gelasnya.
Clarissa juga mengangkat gelas dan cheers dengannya, langsung habis dalam sekali teguk.
Clarissa yang memang satu gelas langsung tepar pun sudah mulai mabuk, sedangkan Frans masih sangat sadar, tidak mabuk sama sekali.
Clarissa keluar dari bar dengan dipapah oleh Frans, dan Frans pun akhirnya tahu seberapa level alkohol Clarissa, tidak semenakutkan yang Clarissa katakan, tapi memang mengkhawatirkan sekali.
Frans membuka pintu mobil berencana untuk memasukkannya ke dalam, tapi Clarissa meronta : “Aku tidak mau pulang, aku tidak mau pulang......”
Dengan sabar Frans berkata : “Nona Yuan, kamu mau ke mana kalau tidak pulang? Tidak mungkin tidur di tepi jalan bukan?”
“Aku mau ke......sana!” Clarissa sembarangan menunjuk ke satu arah.
Frans melihat ke arah yang ditunjuk, itu arah menuju ke sungai A.
“Setelah minum bir tidak boleh berangin-angin......Woi......!” Frans ingin menahannya, tapi ia terlambat.
Akhirnya hanya bisa menurutinya, mengikuti dia yang sempoyongan berjalan ke arah sungai A.
“Hati-hati, jangan sampai jatuh ke dalam air.” Saat dia hampir terpeleset, Frans segera menangkapnya.
Clarissa tertawa bodoh : “Baguslah kalau jatuh ke dalam......semuanya langsung terselesaikan......”
“Bukankah kamu bilang baik-baik saja?” Frans kehabisan kata-kata, benar-benar wanita yang sok tegar namun lemah.
“Julius sudah menikah dengan wanita lain, mana mungkin aku masih bisa baik-baik saja......?” Tiba-tiba air mata Clarissa keluar, lalu berteriak ke arah sungai : “Aku tidak baik-baik saja! Aku tidak baik-baik saja......Julius sudah menikah dengan orang lain, bagaimana mungkin aku baik-baik saja.......!”
Frans menariknya ke dalam pelukan, dan menepuk pundaknya menghibur : “Tenang, jangan teriak lagi, semua orang melihat.”
“Frans......” Clarissa mengangkat kepala dengan terisak, menatapnya dengan air mata berlinang : “Malam ini adalah malam pengantin Julius dan Gwendolyn, aku menderita sekali.....sangat menderita.......”
“Aku tahu.” Frans masih menepuk pundaknya : “Aku tahu kamu menderita, bagaimana kalau pulang dan tidur saja? Setelah tidur akan merasa baikan.”
“Aku tidak ingin pulang, aku tidak ingin sendiri.......”
“Lalu kamu ingin bagaimana?”
“Aku ingin bersama Liam dan Natasia.” Jawabnya sambil mengalirkan air mata.
Frans mengangguk : “Baiklah, kita pulang dan bersama Liam dan Natasia,”
Dengan tidak gampangnya Frans bisa membawa Clarissa kembali ke mobil, dia masuk ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin.
Clarissa tepar di atas kursi, masih mengulangi perkataannya dengan terisak : “Aku ingin bersama Liam dan Natasia......”
“Kamu baring yang tenang saja di sana, kita pulang bertemu Liam dan Natasia sekarang juga.”
“Iya......aku akan tenang, terima kasih Frans......terima kasih kamu begitu menyayangi Liam dan Natasia.....terima kasih......”
Frans sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakannya, ia hanya tersenyum pahit sambil menggeleng-geleng, lalu mulai menjalankan mobil.
****
Dengan tidak gampang sekali akhirnya acara sudah selesai, Julius membantu nyonya tua mengurusi beberapa hal di lantai satu, baru kemudian kembali ke kamar.
Saat dia masuk ke dalam, Gwendolyn sudah mandi, mengganti gaun pengantinnya, dan sekarang sedang duduk di atas kursi roda dengan pakaian tidur yang seksi. Melihat Julius masuk, dua orang perawat itu pun menganggukkan kepala ke Julius dan keluar.
Di dalam kamar ini, tata letak atau pun dekorasinya diubah menjadi yang disukai Gwendolyn, sama sekali berbeda dengan sebelumnya, juga tidak ada sedikit pun jejak Clarissa yang dulu berada di sini.
Julius melirik sekilas ke Gwendolyn yang bagaikan bunga teratai yang baru mekar, lalu mengeluarkan pakaian tidur dari lemari dan masuk ke dalam kamar mandi.
Selesai mandi dan mengeringkan rambut, Gwendolyn masih duduk di atas kursi roda.
Gwendolyn menatapnya, wajahnya tidak bisa menyembunyikan tersipu malunya.
Julius mendekat, membopong dan meletakkannya ke tengah ranjang.
“Julius.....” Gwendolyn melingkarkan tangannya dengan berseri-seri : “Bukankah malam pengantin harus minum red wine dulu?”
“Ingin minum red wine?” Tanya Julius sambil memandanginya.
Gwendolyn mengangguk manja : “Kayak begitu baru lebih romantis.”
“Gwendolyn.” Julius melihat sekilas ke kakinya, lalu berkata dengan wajah perhatian : “Kaki kamu tidak leluasa, lebih baik kita tidak memikirkan hal itu, takutnya nanti ayah mertua akan menghajar aku kalau menindih kamu, tidurlah yang awal, selamat malam.”
Selesai berkata seperti itu, Julius menurunkan tangan ramping yang melingkar di lehernya dan berdiri tegak.
Melihat dia mau pergi, air muka Gwendolyn berubah, ditariknya pergelangan tangan Julius : ”Julius, mau buat apa kamu? Meninggalkan aku di sini?”
“Bukan meninggalkan kamu di sini, melainkan melayani nona besar Tsu di sini.”
“Kamu mau pergi ke mana?”
“Aku bisa tidur di mana saja, tidak perlu cemaskan aku.” Dia menepuk tangan Gwendolyn, “Sudah, sudah capek seharian, tidur yang awal.”
“Julius!” Gwendolyn bangun terduduk, menatapnya dengan wajah emosi : “Malam ini adalah malam pertama kita! Kamu malah mau tidur terpisah dengan aku?”
“Kalau tidak, kamu masih ingin bagaimana?” Julius yang sudah bersabar seharian akhirnya tidak bisa menahan diri untuk meledak, dihempasnya tangan Gwendolyn dan menatapnya dinign : “Sekarang menikah juga sudah, ciuman juga sudah, kamu masih ingin aku minum red wine dengan romantis dan berhubungan intim dengan kamu?”
Julius memajukan badannya hingga jarak tatapan mereka mendekat : “Gwendolyn, di acara pernikahan tadi aku bisa mencium, memeluk kamu dengan menganggap kamu itu Clarissa, itu karena terpaksa. Tapi sekarang, dengan menganggap kamu Clarissa pun aku tidak mampu melakukannya, aku sungguh tidak bisa melakukan tindakan yang lebih mesra lagi kepada kamu, tolong kamu maklumi.”
“Julius, kamu menikahi aku hanya untuk formalitas, ingin menjadikan aku pajangan saja? Aku tidak setuju, aku akan memberitahu ayahku!”
“Urusan kamarku sendiri dia juga mau ikut campur?” Julius membentak dengan emosi : “Aku tidak bisa bergairah dengan kamu, seksualitasku tidak berguna, puas?”
“Kamu.....!” Gwendolyn emosi hingga terbata-bata.
Julius merendahkan nada bicaranya, tapi masih sambil menggertakkan gigi : “Jujur saja, sekarang melihat wajah kamu yang buruk sekali ini saja rasanya ingin mencekikmu sampai mati, aku takut tengah malam nanti aku akan gegabah dan melakukan hal yang akan aku sesali seumur hidup, jadi demi keamanan kita berdua, kita juga tidak boleh tidur satu ranjang, bukankah begitu?”
“Untuk apa menyebutkan begitu banyak alasan?” Gwendolyn yang tengah dipenuhi amarah melempar bantal di tangannya ke Julius.
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaMenaklukkan Suami CEO
Red MaplePergilah Suamiku
DanisCantik Terlihat Jelek
SherinIstri Pengkhianat
SubardiThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)