The True Identity of My Hubby - Bab 223 Malam pengantin

Evelin ke luar negeri, Catherine hamil, di malam yang paling menderita dalam hidupnya, Clarissa malah tidak menemukan teman yang bisa menemaninya minum bir.

Dia tidak pernah menyukai tempat yang penuh asap dan bau alkohol, tapi di hari pernikahan Julius dan Gwendolyn ini, mau tidak mau dia menempatkan dirinya di sini.

Dia tidak ingin minum bir, hanya ingin meminjam tempat yang ramai ini untuk menenangkan pikirannya, dia sungguh tidak ingin memikirkan Julius dan Gwendolyn, tapi otaknya selalu tidak dikendalikan olehnya.

Saat Frans datang, Clarissa sedang melamun sendiri di sofa pojok sana, Frans menghela nafas lega mendekatinya, dan menariknya keluar dari sana.

“Total aku mencari 10 tempat, akhirnya aku menemukanmu.” Frans mengamatinya : “Kenapa? Merasa menderita?”

Clarissa mengadahkan kepala dengan sayu : “Kenapa kamu tidak menghadiri acara pernikahan adikmu?”

“Untuk apa pergi ke pernikahan seperti itu, aku tidak ingin menghadirinya.” Frans mengambil gelas bir di meja, mengisi dua gelas tersebut dengan bir dan menyodorkannya ke Clarissa : “Ingin minum bir bukan? Sini, aku temani kamu minum.”

“Aku tidak kuat minum bir, jadi tidak boleh.”

“Tidak masalah, aku jago, bisa kutahan.”

“Frans, kenapa begitu baik dengan aku?” Clarissa mengamatinya.

Frans menjawab : “Masih bisa karena apa, karena aku ingin mengejar kamu, ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku.”

Melihat Clarissa mengamatinya dengan serius, Frans mendadak tertawa, lalu menepuk kepala Clarissa : “Candain kamu.”

Clarissa mengalihkan pandangan, diambilnya bir yang disodor, serta mengamati cairan berwarna kuning emas itu : “Apakah mabuk benar-benar bisa menghilangkan kerisauan?”

“Akan tahu jawabannya kalau dicoba.” Frans menempelkan gelasnya ke gelas Clarissa.

Clarissa minum seteguk, ternyata bir ini tidak seburuk yang dulu dia coba, apakah karena dia sedang dalam suasana hati yang tidak baik?”

“Aku kira kamu datang untuk membujuk aku jangan minum.” Clarissa tertawa kecil sambil menggeleng, lalu meminum satu teguk lagi.

“Aku lihat kamu ingin minum tapi tidak berani, jadi baru berbelas kasihan menemani kamu minum.”

“Tapi kenapa aku merasa suasana hati kamu juga sedang tidak baik?” Clarissa mengamati dia yang air mukanya tampak suram.

“Ketahuan sama kamu.” Frans tersenyum pahit : “Hari ini adalah hari pernikahan adikku, tapi aku malah tidak menghadirinya, aku sungguh bukan kakak yang baik.”

“Kenapa tidak pergi?”

“Tidak tahu, hanya tidak ingin merestuinya.” Frans meneguk sekali lagi, lalu menghela nafas : “Perlahan aku sudah jatuh dalam keadaan ditentang orang banyak dan ditinggalkan keluarga!”

“Keluarga selamanya adalah keluarga, tidak peduli kapan pun, hubungan darah yang lebih kental dari air itu tetap ada.” Clarissa tersenyum pilu : “Tidak seperti suami istri, sekali berpisah langsung tidak ada hubungan lagi, dan menjadi orang asing.”

“Ayo, minum bir.” Frans mengangkat gelasnya.

Clarissa juga mengangkat gelas dan cheers dengannya, langsung habis dalam sekali teguk.

Clarissa yang memang satu gelas langsung tepar pun sudah mulai mabuk, sedangkan Frans masih sangat sadar, tidak mabuk sama sekali.

Clarissa keluar dari bar dengan dipapah oleh Frans, dan Frans pun akhirnya tahu seberapa level alkohol Clarissa, tidak semenakutkan yang Clarissa katakan, tapi memang mengkhawatirkan sekali.

Frans membuka pintu mobil berencana untuk memasukkannya ke dalam, tapi Clarissa meronta : “Aku tidak mau pulang, aku tidak mau pulang......”

Dengan sabar Frans berkata : “Nona Yuan, kamu mau ke mana kalau tidak pulang? Tidak mungkin tidur di tepi jalan bukan?”

“Aku mau ke......sana!” Clarissa sembarangan menunjuk ke satu arah.

Frans melihat ke arah yang ditunjuk, itu arah menuju ke sungai A.

“Setelah minum bir tidak boleh berangin-angin......Woi......!” Frans ingin menahannya, tapi ia terlambat.

Akhirnya hanya bisa menurutinya, mengikuti dia yang sempoyongan berjalan ke arah sungai A.

“Hati-hati, jangan sampai jatuh ke dalam air.” Saat dia hampir terpeleset, Frans segera menangkapnya.

Clarissa tertawa bodoh : “Baguslah kalau jatuh ke dalam......semuanya langsung terselesaikan......”

“Bukankah kamu bilang baik-baik saja?” Frans kehabisan kata-kata, benar-benar wanita yang sok tegar namun lemah.

“Julius sudah menikah dengan wanita lain, mana mungkin aku masih bisa baik-baik saja......?” Tiba-tiba air mata Clarissa keluar, lalu berteriak ke arah sungai : “Aku tidak baik-baik saja! Aku tidak baik-baik saja......Julius sudah menikah dengan orang lain, bagaimana mungkin aku baik-baik saja.......!”

Frans menariknya ke dalam pelukan, dan menepuk pundaknya menghibur : “Tenang, jangan teriak lagi, semua orang melihat.”

“Frans......” Clarissa mengangkat kepala dengan terisak, menatapnya dengan air mata berlinang : “Malam ini adalah malam pengantin Julius dan Gwendolyn, aku menderita sekali.....sangat menderita.......”

“Aku tahu.” Frans masih menepuk pundaknya : “Aku tahu kamu menderita, bagaimana kalau pulang dan tidur saja? Setelah tidur akan merasa baikan.”

“Aku tidak ingin pulang, aku tidak ingin sendiri.......”

“Lalu kamu ingin bagaimana?”

“Aku ingin bersama Liam dan Natasia.” Jawabnya sambil mengalirkan air mata.

Frans mengangguk : “Baiklah, kita pulang dan bersama Liam dan Natasia,”

Dengan tidak gampangnya Frans bisa membawa Clarissa kembali ke mobil, dia masuk ke kursi pengemudi dan menyalakan mesin.

Clarissa tepar di atas kursi, masih mengulangi perkataannya dengan terisak : “Aku ingin bersama Liam dan Natasia......”

“Kamu baring yang tenang saja di sana, kita pulang bertemu Liam dan Natasia sekarang juga.”

“Iya......aku akan tenang, terima kasih Frans......terima kasih kamu begitu menyayangi Liam dan Natasia.....terima kasih......”

Frans sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakannya, ia hanya tersenyum pahit sambil menggeleng-geleng, lalu mulai menjalankan mobil.

****

Dengan tidak gampang sekali akhirnya acara sudah selesai, Julius membantu nyonya tua mengurusi beberapa hal di lantai satu, baru kemudian kembali ke kamar.

Saat dia masuk ke dalam, Gwendolyn sudah mandi, mengganti gaun pengantinnya, dan sekarang sedang duduk di atas kursi roda dengan pakaian tidur yang seksi. Melihat Julius masuk, dua orang perawat itu pun menganggukkan kepala ke Julius dan keluar.

Di dalam kamar ini, tata letak atau pun dekorasinya diubah menjadi yang disukai Gwendolyn, sama sekali berbeda dengan sebelumnya, juga tidak ada sedikit pun jejak Clarissa yang dulu berada di sini.

Julius melirik sekilas ke Gwendolyn yang bagaikan bunga teratai yang baru mekar, lalu mengeluarkan pakaian tidur dari lemari dan masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi dan mengeringkan rambut, Gwendolyn masih duduk di atas kursi roda.

Gwendolyn menatapnya, wajahnya tidak bisa menyembunyikan tersipu malunya.

Julius mendekat, membopong dan meletakkannya ke tengah ranjang.

“Julius.....” Gwendolyn melingkarkan tangannya dengan berseri-seri : “Bukankah malam pengantin harus minum red wine dulu?”

“Ingin minum red wine?” Tanya Julius sambil memandanginya.

Gwendolyn mengangguk manja : “Kayak begitu baru lebih romantis.”

“Gwendolyn.” Julius melihat sekilas ke kakinya, lalu berkata dengan wajah perhatian : “Kaki kamu tidak leluasa, lebih baik kita tidak memikirkan hal itu, takutnya nanti ayah mertua akan menghajar aku kalau menindih kamu, tidurlah yang awal, selamat malam.”

Selesai berkata seperti itu, Julius menurunkan tangan ramping yang melingkar di lehernya dan berdiri tegak.

Melihat dia mau pergi, air muka Gwendolyn berubah, ditariknya pergelangan tangan Julius : ”Julius, mau buat apa kamu? Meninggalkan aku di sini?”

“Bukan meninggalkan kamu di sini, melainkan melayani nona besar Tsu di sini.”

“Kamu mau pergi ke mana?”

“Aku bisa tidur di mana saja, tidak perlu cemaskan aku.” Dia menepuk tangan Gwendolyn, “Sudah, sudah capek seharian, tidur yang awal.”

“Julius!” Gwendolyn bangun terduduk, menatapnya dengan wajah emosi : “Malam ini adalah malam pertama kita! Kamu malah mau tidur terpisah dengan aku?”

“Kalau tidak, kamu masih ingin bagaimana?” Julius yang sudah bersabar seharian akhirnya tidak bisa menahan diri untuk meledak, dihempasnya tangan Gwendolyn dan menatapnya dinign : “Sekarang menikah juga sudah, ciuman juga sudah, kamu masih ingin aku minum red wine dengan romantis dan berhubungan intim dengan kamu?”

Julius memajukan badannya hingga jarak tatapan mereka mendekat : “Gwendolyn, di acara pernikahan tadi aku bisa mencium, memeluk kamu dengan menganggap kamu itu Clarissa, itu karena terpaksa. Tapi sekarang, dengan menganggap kamu Clarissa pun aku tidak mampu melakukannya, aku sungguh tidak bisa melakukan tindakan yang lebih mesra lagi kepada kamu, tolong kamu maklumi.”

“Julius, kamu menikahi aku hanya untuk formalitas, ingin menjadikan aku pajangan saja? Aku tidak setuju, aku akan memberitahu ayahku!”

“Urusan kamarku sendiri dia juga mau ikut campur?” Julius membentak dengan emosi : “Aku tidak bisa bergairah dengan kamu, seksualitasku tidak berguna, puas?”

“Kamu.....!” Gwendolyn emosi hingga terbata-bata.

Julius merendahkan nada bicaranya, tapi masih sambil menggertakkan gigi : “Jujur saja, sekarang melihat wajah kamu yang buruk sekali ini saja rasanya ingin mencekikmu sampai mati, aku takut tengah malam nanti aku akan gegabah dan melakukan hal yang akan aku sesali seumur hidup, jadi demi keamanan kita berdua, kita juga tidak boleh tidur satu ranjang, bukankah begitu?”

“Untuk apa menyebutkan begitu banyak alasan?” Gwendolyn yang tengah dipenuhi amarah melempar bantal di tangannya ke Julius.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu