The True Identity of My Hubby - Bab 93 Sebuah Masalah (1)

Dia mengurungkan niat untuk kembali ke kamarnya. Dia berjalan ke kamar Julius Yi lalu mengetuk pintunya, “Tuan Muda, apa aku boleh masuk?” tanyanya.

Tidak ada jawaban. Dia lalu menyaringkan suaranya, “Tuan Muda, apa kamu ada di dalam?”

Akhirnya, Julius Yi menyaut dari dalam kamar, “Ada apa?”

“Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.”

“Kalau kamu butuh apa-apa, kamu bisa memberitahu Kak Sarah Huang.”

“Tidak bisa. Aku harus langsung membicarakannya denganmu.” paksa Clarissa Yuan.

Satu menit kemudian, pintu kamar terbuka dan Julius Yi yang sedang mengenakan baju mandi, muncul di hadapannya, “Ada apa?”

Clarissa Yuan tersenyum, “Ini hari Sabtu. Bagaimana jika pergi ke pantai?”

“Aku tidak tertarik.”

“Tapi, aku tertarik.”

“Kalau begitu kamu saja yang pergi dan cari teman.” ujar Julius Yi dengan malas.

“Tapi, aku ingin pergi dengamu.” Clarissa Yuan berjalan mendekatinya lalu menari tangannya, “Tuan Muda, pergilah denganku. Aku berjanji aku tidak akan merepotkanmu.” ujar Clarissa Yuan dengan genit.

Julius Yi kehabisan kata-kata.

Clarissa Yuan berusaha meyakinkannya lagi, “Kamu pasti sangat bosan terus-terusan di rumah. Bepergian itu bagus untuk kesehatan dan mentalmu. Kamu dulu hobi bersenang-senang. Sekarang, karena kamu memiliki isteri seperti diriku, aku uakan membantumu hidup senormal mungkin.”

Julius Yi mendengarkannya dengan seksama. Dia merasa ragu. Setelah memikirkannya lagi, dia menggelengkan kepalanya, “Menurutku hidupku normal-normal saja sekarang. Aku juga tidak sedang menyiksa diriku sendiri.”

Clarissa Yuan merasa kesal. Dia menatapnya sambil mengancam, “Julius Yi, kamu mau keluar atau tidak? Jika tidak, aku akan terus berdiri disini.”

Julius Yi tadinya berpikir Clarissa Yuan akan pergi sendiri jika dia masih saja menolaknya.

Namun, dia tidak menyangka Clarissa Yuan malah mengancamnya.

Julius Yi mau tidak mau harus mengalah padanya.

Hanya saja, apakah Julius Yi bersedia keluar dengannya karena dia tidak memiliki cara lain untuk menghindar? Hanya Julius Yi seorang yang mengetahui alasannya.

Dua puluh menit kemudian, dia berganti pakaian dan turun ke lantai bawah.

Clarissa Yuan melihat mantel, shawl, dan sarung tangan yang digunakan Julius Yi. Dia terlihat tampan, hanya saja…

“Tuan Muda, diluar tidak terlalu dingin.” ujar Clarissa Yuan sambil menahan tawa.

Julius Yi tersenyum, “Semua orang sakit takut dingin. Apa kamu tidak tahu itu?”

“Walau begitu, kamu tidak perlu mengenakan shawl dan sarung tangan.” Clarissa Yuan melepas shawl dari leher Julius Yi, juga sarung tangannya.

Sarah Huang menyela dan menghentikannya, “Nyonya Muda, Tuan Muda jarang keluar. Lagipula, pantai akan sangat berangin. Tuan Muda bisa masuk angin.”

Ini bukan penghujung musim gugur. Matahari juga sangat terik. Di luar sama sekali tidak dingin. Tetapi, Clarissa Yuan tidak bisa membantah kata-kata Sarah Huang. Dia lalu menggandeng tangan Julius Yi dan tersenyum, “Yuk.”

Sarah Huang hanya bisa pasrah melihat dua orang itu keluar.

Semakin hari semakin susah menghentikan mereka untuk bertemu.

Clarissa Yuan mengemudikan mobilnya menuju pantai di sisi timur kota. Banyak sekali pengunjung ketika akhir pekan. Tempat parkir mobil pun penuh.

Setelah berputar-putar, akhirnya mereka menemukan tempat parkir. Clarissa Yuan bernafas lega. Dia lalu berhenti dan memutar mobil ke tempat parkir.

Saat mobilnya baru saja akan bergerak, tiba-tiba mobil lain menabraknya.

Tabrakkannya tidak begitu kencang, namun Clarissa Yuan tetap saja ketakutan. Dia lalu membuka jendela mobil dan menoleh ke belakang.

“Ada apa?” tanya Julius Yi yang duduk di kursi belakang.

“Sebuah mobil menabrakku.” ujar Clarissa Yuan.

Celaka. Ini pertama kalinya Clarissa Yuan mengajak Julius Yi keluar, lalu hal ini terjadi.

“Apa tabrakkannya serius?”

“Harusnya tidak. Aku akan turun dan melihat kondisinya.” ujar Clarissa Yuan sambil turun dari mobil.

Kerusakannya tidak parah. Hanya lecet di bagian dekat lampu belakang mobil. Mobil penabraknya juga lecet.

Mobil penabraknya adalah Benz silver yang masih tampak baru. Wanita yang duduk di mobil kemudi tampak kaget. Setelah sadar dari rasa kagetnya, wanita itu mendorong pintu dan keluar dari mobil.

Clarissa Yuan pikir kerusakan mobilnya tidaklah parah. Jadi, dia tidak akan meminta pertanggung jawaban dari penabraknya. Namun, penabraknya justru memarahinya, “Permisi! Apa kamu tidak bisa menyetir? Apa kamu tidak lihat ada mobil dari belakangmu?” ujar wanita paruh baya yang tampak modis itu.

Wanita itu langsung memarahinya sambil melihat kondisi mobilnya. Ketika dia mendapati mobilnya lecet, dia semakin menjadi-jadi, “Kamu bisa mengemudi atau tidak? Kalau tidak bisa, kamu naik kendaraan umum saja! coba kamu lihat mobilku. Apa kamu bisa mengganti rugi mobil seharga 2 milyar ini?”

Clarissa Yuan kehabisan kata-kata. Dia belum pernah menjumpai orang sedangkal ini.

Ternyata benar wanita itu banyak maunya. Namun, wanita paruh baya-lah yang paling banyak maunya!

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu