The True Identity of My Hubby - Bab 263 Apakah Aku Salah?
Polisi segera memasuki pabrik dan berteriak, menyuruh mereka melepaskan sandera dan berjalan ke arah mereka.
"Bagaimana ini? Ketua?" seorang pria bertanya dengan panik.
Andi bepikir, lalu dia menyeret Gwendolyn Tsu dari sudut, memakaikan pakaiannya sambil memerintah dia: "Aku memperingatkan kamu, Nona Tsu, aku memiliki semua bukti kejahatanmu, jika aku tertangkap, kamu pasti akan ditangkap juga. Jika kamu tidak ingin menghabiskan hidupmu di penjara, kamu sebaiknya mendengarkanku."
"Jadi ketika polisi bertanya, kamu sebaiknya mengatakan kepada mereka bahwa kamu dengan senang hati datang ke sini untuk bermain dengan kami, jika tidak......" Andi mengeluarkan pisau, lalu berkata dengan dingin dari belakang punggung dia: "Aku akan membunuhmu."
"Jangan......" Gwendolyn Tsu merasakan pisaunya berada di punggung dia, dia merasa sakit, dia ketakutan sampai seluruh tubuhnya gemetar, lalu dia menangis.
Andi berkata dengan kesal: "Jangan menangis!"
Gwendolyn Tsu segera menghapus air matanya dnegan tangan dia, dan berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis.
Andi membantu merapikan rambut dia, lalu mengambil tisu dan membersihkan mukanya dari debu, dan membawanya ke pinggiran lantai.
Sederet polisi berbaris di lantai dasar, ketika melihat di atas ada orang, kepala polisi segera memperingatkan dengan pengeras suara: "Pria yang diatas, tolong segera lepaskan sandera, dan segera turun agar hukumanmu diringankan, jika tidak kamu akan mendapatkan hukuman berat.
Andi berteriak kepada polisi di bawah: "Pak polisi, apakah kalian tidak mempunyai pekerjaan yang lain? Aku dan Nona Tsu hanya sedang bermesraan, apakah kalian perlu membawa begitu banyak polisi?"
Polisi tertegun, lalu menatap Gwendolyn Tsu: "Nona Tsu, apakah anda bukan diculik oleh pria ini?"
Meskipun Gwendolyn Tsu duduk di kursi roda, tubuh dia dan Andi sangat dekat, bahkan dia bisa merasakan dia semakin menancapkan pisaunya ke punggung dia.
Dia menggelengkan kepalanya dengan gemetar: "Tidak, dia tidak menculikku."
Dia bisa melihat Justin Yi berdiri di samping polisi, dia adalah Justin Yi bukan Julius Yi!
"Apa yang sebenarnya terjadi?" polisi menatap Justin Yi dengan bingung.
Justin Yi mendekatkan tubuhnya ke polisi, lalu berkata dengan suara yang rendah: "Menurutku Nona Tsu sedang diancam, tolong bujuk mereka untuk turun terlebih dahulu."
Dia membalikkan badan dan berdiskusi dengan beberapa rekan kerjanya, lalu melambaikan tangan:" Kalau begitu, bubarkan tim."
Andi melihat polisi yang termakan jebakannya, dia diam-diam merasa bangga, dia melonggarkan pisau di tangannya. Ketika dia ingin menunduk untuk memuji Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu segera menyerang dia ketika dia tidak memperhatikan, dia memegang tangannya lalu mendorong dia ke lantai dasar dengan sekuat tenaga.
Andi tidak menyangka dia akan menyerangnya, ketika dia tersadar, tubuh dia sudah terjatuh ke lantai dasar. Suara teriakannya yang kencang menembus langit malam, semua orang terpana dengan kejadian ini, mereka menyaksikan Andi dengan keras terjatuh ke lantai dasar.
Polisi awalnya ingin menyelinapkan beberapa orang untuk menyelamatkan sandera, tidak disangka akan terjadi kejadian seperti ini.
"Justin cepat tolong aku! Mereka ingin membunuhku! Di atas ada banyak orang.....tolong!" Gwendolyn Tsu jatuh dari kursi roda dan terjatuh ke tanah, lalu menangis dengan sedih.
Pada saat seperti ini, dia tidak lupa memikirkan masa depannya sendiri, tidak hanya membunuh Andi, dia juga bertingkah seperti korban.
Para pria lain ketakutan sampai kaki mereka lemas dan bersembunyi di sudut, polisi dengan cepat naik ke lantai atas dan menangkap mereka.
Justin Yi dengan cepat menghampiri Gwendolyn Tsu, dan melihat pakaiannya yang acak-acakan dan bertanya: "Apakah kamu baik-baik saja?"
Begitu Gwendolyn Tsu melihat dia, dia segera memeluk dia dan menangis, dia menangis dengan tersedu-sedu: "Justin, hidupku sudah tamat, mereka semua menyentuhku seorang, tubuhku kotor, Julius pasti tidak menginginkan aku...."
Karena langit sudah gelap, Justin Yi tidak bisa melihat kondisi tubuhnya, hanya bisa melihat gaun dia yang rusak. Dia merapikan gaunnya dengan tangan dia, lalu berkata dengan simpati: "Tenang, kamu sudah tidak apa-apa."
Pada saat ini dia memang terlihat sangat kasihan, Justin Yi bahkan sampai melupakan dengan perbuatan yang dia lakukan, dia menggendongnya, lalu berjalan menuju lantai dasar.
Setelah menjemput Julius Yi dan Natasia, Clarissa Yuan merasa ada yang salah dengan Julius Yi.
Ketika Liam dan Natasia sedang bermain, Clarissa Yuan berjalan ke teras, dia menatap Julius Yi dan bertanya: "Julius, kamu kenapa? Apakah ada masalah dalam pekerjaanmu?"
Julius Yi menarik nafas, dia membalikkan badan dan menarik tangannya, lalu berkata: "Clarissa, Gwendolyn Tsu diculik."
"Apa?" Clarissa Yuan terkejut: "Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang menculiknya?"
Julius Yi menggelengkan kepalanya: "Tidak tahu."
"Bagaimana kondisinya sekarang? Apakah dia akan kehilangan nyawanya? Lalu, bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" Clarissa Yuan terus bertanya.
"Dia meminta tolong padaku lewat telepon." Julius Yi kembali menarik nafas, dan berkata: "Tetapi aku tidak memedulikannya."
Clarissa Yuan kembali terkejut.
"Clarissa, jika kamu berada di posisiku, apakah kamu akan menolongnya?" Julius Yi menatap dia.
"Aku...." Clarissa Yuan berpikir, apakah dia akan menolongnya? Mungkin tidak.
Gwendolyn Tsu sudah mencelakai dia, dan juga Liam, kenapa dia harus menolongnya? Dia mengerti Julius Yi juga berbuat seperti ini, tetapi hatinya merasa tidak enak.
"Kalau begitu, kita laporkan ke polisi, atau memberitahu Frans Tsu." jawab Clarissa Yuan.
Julius Yi berkata: "Justin sudah melaporkannya ke polisi, dan juga sudah memberitahu Frans Tsu, tetapi Frans Tsu sedang dalam perjalanan dari Kota S."
"Baiklah kalau begitu." Clarissa Yuan berkata: "Jika kali ini Gwendolyn Tsu terluka atau sebagainya, maka ini adalah karma dari perbuatan dia."
"Betul, aku juga berpikir seperti itu." Julius Yi tertawa sambil mengelus kepala dia: "Aku khawatir kamu akan merasa aku sangat tidak mempunyai perasaan seperti yang dikatakan oleh Justin, terima kasih."
Clarissa Yuan tertawa: "Bagaimana mungkin, apa pun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu."
"Terima kasih." Julius Yi memeluk dia, lalu menarik nafas: "Pada saat itu aku bahkan berpikir, biarkan saja dia diculik, jika tidak ada dia, tidak ada lagi orang yang akan mencelakai kamu, Liam dan Natasia."
"Benarkah? Sebenarnya ketika aku mendengarmu berkata bahwa dia terjadi sesuatu, aku diam-diam merasa senang." Clarissa Yuan tersenyum sedih: "Sepertinya kita sudah terlalu banyak kali dicelakai oleh dia, jadi sangat membencinya."
"Tante Clarissa, paman Yi, apa yang sedang kalian lakukan?" Liam dan Natasia yang berada di dalam kamar pasien bertanya.
Mendengar suara mereka, Clarissa Yuan segera melepaskan diri dari pelukan Julius Yi, mereka berdua berjalan ke dalam kamar pasien, Clarissa Yuan tersenyum dan berkata: "Tidak apa-apa, kita sedang berbicara."
"Lalu kenapa kalian tidak berbicara dengan kami?" Liam bertanya dengan manja.
Clarissa Yuan dan Julius Yi saling menatap, lalu berkata dengan lembut: "Apa yang ingin kalian bicarakan?"
"Ceritakan kami sebuah cerita." jawab Liam.
"Baik, paman Yi yang menceritakannya kepada kalian." Clarissa Yuan tersenyum: "Paman Yi belum pernah bercerita kepada kalian."
"Setuju, setuju!" dengan senang Liam dan Natasia berteriak, tetapi Julius Yi terlihat tidak setuju: "Ini.....tetapi aku tidak pernah bercerita, tidak tahu apakah aku bisa bercerita dengan baik?"
Clarissa Yuan berkata dengan cepat: "Kamu saja bisa mengajar, kenapa bercerita kamu tidak bisa?"
"Sayangku, mengajar itu ada bahan ajarannya, tidak sama."
"Bercerita juga ada bahan ajarannya." Clarissa Yuan mengeluarkan buku cerita dari laci dan memberikannya kepada dia.
Julius Yi mengambil buku dan membukanya, lalu memilih satu cerita yang dia sukai, lalu menceritakannya kepada Liam dan Natasia.
Clarissa Yuan beserta Liam dan Natasia baru pertama kali mendengar dia bercerita, wajahnya yang serius, mendengar suaranya yang indah, Clarissa Yuan tiba-tiba teringat ketika dia sedang mengajar, sudah lama tidak pernah mendengar dia mengajar, dia menjadi merindukannya.
Ketika dia selesai bercerita, Clarissa Yuan bertanya dengan antusias: "Direktur Yi, kapan kamu akan mengajar kepada murid-murid? Aku ingin ikut denganmu."
"Beberapa waktu terakhir ini, aku menerima undangan dari salah satu universitas untuk berbicara dalam salah satu acara mereka, kenapa, kamu ingin menjadi asistenku?" Julius Yi meliriknya lalu tersenyum.
CEO dari perusahaan besar seperti mereka, sering menerima undangan untuk berbicara di depan umum dari sekolah maupun universitas, tetapi dia jarang menerimanya, karena dia sangat sibuk.
"Tidak, aku akan menjadi murid."
"Kamu sangat merindukan waktu ketika kamu menjadi muridku?"
"Iya, lebih tepatnya aku sangat merindukan masa ketika kita diam-diam berpacaran."
"Baiklah, besok aku akan menyuruh sekretaris untuk menerima undangannya, lalu membawamu pergi bersamaku."
"Benarkah?" Clarissa Yuan senang.
Julius Yi menatapnya, lalu tersenyum kecil.
Setelah Gwendolyn Tsu dibawa ke rumah sakit, setelah diperiksa oleh dokter, kecuali tubuh bagian bawahnya, dia memiliki bekas luka dan bekas tamparan yang berwarna merah, selain itu tidak terlihat ada luka yang lain.
Dari memasuki mobil, dia terus bergemetar di dalam pelukan Justin Yi, ketika dia dibawa ke rumah sakit, tubuh dia tidak lagi bergemetar, dan juga tidak menangis, dia seperti orang yang kehilangan jiwanya, dan bisa digerakan oleh siapa pun.
Justin Yi membawa Gwendolyn Tsu ke rumah sakit, setelah menghubungi Nyonya Tsu, dia pergi.
Nyonya Tsu takut mengejutkan Noah Tsu, jadi dia tidak memberitahu masalah ini kepadanya, Frans Tsu juga masih belum kembali, saat ini di dalam kamar pasien hanya dia sendiri yang sedang menangis dengan sedih.
Setelah Nyonya Tsu menangis beberapa waktu, dia menghapus air matanya lalu menggenggam tangan anak perempuannya: "Gwendolyn, kamu jangan takut, orang yang harus ditangkap sudah ditangkap, orang yang harus ditangkap juga sudah ditangkap, mereka tidak akan melukaimu lagi."
Gwendolyn Tsu seolah-olah tidak mendengar ucapan dia, mata hampanya tidak bergerak sama sekali.
Melihat dia seperti ini, Nyonya Tsu semakin menangis dengan sedih: "Gwendolyn, kamu jangan seperti ini, ibu tahu kamu sedih, tetapi kamu tidak boleh terus tidak makan dan minum."
Nyonya Tsu sudah mengatakan hal-hal baik di sampingnya, tetapi Gwendolyn Tsu tetap diam, jadi Nyonya Tsu hanya bisa diam.
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaCinta Tak Biasa
SusantiPergilah Suamiku
DanisTakdir Raja Perang
Brama aditioMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaLove In Sunset
ElinaCinta Di Balik Awan
KellyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)