The True Identity of My Hubby - Bab 263 Apakah Aku Salah?

Polisi segera memasuki pabrik dan berteriak, menyuruh mereka melepaskan sandera dan berjalan ke arah mereka.

"Bagaimana ini? Ketua?" seorang pria bertanya dengan panik.

Andi bepikir, lalu dia menyeret Gwendolyn Tsu dari sudut, memakaikan pakaiannya sambil memerintah dia: "Aku memperingatkan kamu, Nona Tsu, aku memiliki semua bukti kejahatanmu, jika aku tertangkap, kamu pasti akan ditangkap juga. Jika kamu tidak ingin menghabiskan hidupmu di penjara, kamu sebaiknya mendengarkanku."

"Jadi ketika polisi bertanya, kamu sebaiknya mengatakan kepada mereka bahwa kamu dengan senang hati datang ke sini untuk bermain dengan kami, jika tidak......" Andi mengeluarkan pisau, lalu berkata dengan dingin dari belakang punggung dia: "Aku akan membunuhmu."

"Jangan......" Gwendolyn Tsu merasakan pisaunya berada di punggung dia, dia merasa sakit, dia ketakutan sampai seluruh tubuhnya gemetar, lalu dia menangis.

Andi berkata dengan kesal: "Jangan menangis!"

Gwendolyn Tsu segera menghapus air matanya dnegan tangan dia, dan berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis.

Andi membantu merapikan rambut dia, lalu mengambil tisu dan membersihkan mukanya dari debu, dan membawanya ke pinggiran lantai.

Sederet polisi berbaris di lantai dasar, ketika melihat di atas ada orang, kepala polisi segera memperingatkan dengan pengeras suara: "Pria yang diatas, tolong segera lepaskan sandera, dan segera turun agar hukumanmu diringankan, jika tidak kamu akan mendapatkan hukuman berat.

Andi berteriak kepada polisi di bawah: "Pak polisi, apakah kalian tidak mempunyai pekerjaan yang lain? Aku dan Nona Tsu hanya sedang bermesraan, apakah kalian perlu membawa begitu banyak polisi?"

Polisi tertegun, lalu menatap Gwendolyn Tsu: "Nona Tsu, apakah anda bukan diculik oleh pria ini?"

Meskipun Gwendolyn Tsu duduk di kursi roda, tubuh dia dan Andi sangat dekat, bahkan dia bisa merasakan dia semakin menancapkan pisaunya ke punggung dia.

Dia menggelengkan kepalanya dengan gemetar: "Tidak, dia tidak menculikku."

Dia bisa melihat Justin Yi berdiri di samping polisi, dia adalah Justin Yi bukan Julius Yi!

"Apa yang sebenarnya terjadi?" polisi menatap Justin Yi dengan bingung.

Justin Yi mendekatkan tubuhnya ke polisi, lalu berkata dengan suara yang rendah: "Menurutku Nona Tsu sedang diancam, tolong bujuk mereka untuk turun terlebih dahulu."

Dia membalikkan badan dan berdiskusi dengan beberapa rekan kerjanya, lalu melambaikan tangan:" Kalau begitu, bubarkan tim."

Andi melihat polisi yang termakan jebakannya, dia diam-diam merasa bangga, dia melonggarkan pisau di tangannya. Ketika dia ingin menunduk untuk memuji Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu segera menyerang dia ketika dia tidak memperhatikan, dia memegang tangannya lalu mendorong dia ke lantai dasar dengan sekuat tenaga.

Andi tidak menyangka dia akan menyerangnya, ketika dia tersadar, tubuh dia sudah terjatuh ke lantai dasar. Suara teriakannya yang kencang menembus langit malam, semua orang terpana dengan kejadian ini, mereka menyaksikan Andi dengan keras terjatuh ke lantai dasar.

Polisi awalnya ingin menyelinapkan beberapa orang untuk menyelamatkan sandera, tidak disangka akan terjadi kejadian seperti ini.

"Justin cepat tolong aku! Mereka ingin membunuhku! Di atas ada banyak orang.....tolong!" Gwendolyn Tsu jatuh dari kursi roda dan terjatuh ke tanah, lalu menangis dengan sedih.

Pada saat seperti ini, dia tidak lupa memikirkan masa depannya sendiri, tidak hanya membunuh Andi, dia juga bertingkah seperti korban.

Para pria lain ketakutan sampai kaki mereka lemas dan bersembunyi di sudut, polisi dengan cepat naik ke lantai atas dan menangkap mereka.

Justin Yi dengan cepat menghampiri Gwendolyn Tsu, dan melihat pakaiannya yang acak-acakan dan bertanya: "Apakah kamu baik-baik saja?"

Begitu Gwendolyn Tsu melihat dia, dia segera memeluk dia dan menangis, dia menangis dengan tersedu-sedu: "Justin, hidupku sudah tamat, mereka semua menyentuhku seorang, tubuhku kotor, Julius pasti tidak menginginkan aku...."

Karena langit sudah gelap, Justin Yi tidak bisa melihat kondisi tubuhnya, hanya bisa melihat gaun dia yang rusak. Dia merapikan gaunnya dengan tangan dia, lalu berkata dengan simpati: "Tenang, kamu sudah tidak apa-apa."

Pada saat ini dia memang terlihat sangat kasihan, Justin Yi bahkan sampai melupakan dengan perbuatan yang dia lakukan, dia menggendongnya, lalu berjalan menuju lantai dasar.

Setelah menjemput Julius Yi dan Natasia, Clarissa Yuan merasa ada yang salah dengan Julius Yi.

Ketika Liam dan Natasia sedang bermain, Clarissa Yuan berjalan ke teras, dia menatap Julius Yi dan bertanya: "Julius, kamu kenapa? Apakah ada masalah dalam pekerjaanmu?"

Julius Yi menarik nafas, dia membalikkan badan dan menarik tangannya, lalu berkata: "Clarissa, Gwendolyn Tsu diculik."

"Apa?" Clarissa Yuan terkejut: "Kenapa bisa seperti ini? Siapa yang menculiknya?"

Julius Yi menggelengkan kepalanya: "Tidak tahu."

"Bagaimana kondisinya sekarang? Apakah dia akan kehilangan nyawanya? Lalu, bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" Clarissa Yuan terus bertanya.

"Dia meminta tolong padaku lewat telepon." Julius Yi kembali menarik nafas, dan berkata: "Tetapi aku tidak memedulikannya."

Clarissa Yuan kembali terkejut.

"Clarissa, jika kamu berada di posisiku, apakah kamu akan menolongnya?" Julius Yi menatap dia.

"Aku...." Clarissa Yuan berpikir, apakah dia akan menolongnya? Mungkin tidak.

Gwendolyn Tsu sudah mencelakai dia, dan juga Liam, kenapa dia harus menolongnya? Dia mengerti Julius Yi juga berbuat seperti ini, tetapi hatinya merasa tidak enak.

"Kalau begitu, kita laporkan ke polisi, atau memberitahu Frans Tsu." jawab Clarissa Yuan.

Julius Yi berkata: "Justin sudah melaporkannya ke polisi, dan juga sudah memberitahu Frans Tsu, tetapi Frans Tsu sedang dalam perjalanan dari Kota S."

"Baiklah kalau begitu." Clarissa Yuan berkata: "Jika kali ini Gwendolyn Tsu terluka atau sebagainya, maka ini adalah karma dari perbuatan dia."

"Betul, aku juga berpikir seperti itu." Julius Yi tertawa sambil mengelus kepala dia: "Aku khawatir kamu akan merasa aku sangat tidak mempunyai perasaan seperti yang dikatakan oleh Justin, terima kasih."

Clarissa Yuan tertawa: "Bagaimana mungkin, apa pun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu."

"Terima kasih." Julius Yi memeluk dia, lalu menarik nafas: "Pada saat itu aku bahkan berpikir, biarkan saja dia diculik, jika tidak ada dia, tidak ada lagi orang yang akan mencelakai kamu, Liam dan Natasia."

"Benarkah? Sebenarnya ketika aku mendengarmu berkata bahwa dia terjadi sesuatu, aku diam-diam merasa senang." Clarissa Yuan tersenyum sedih: "Sepertinya kita sudah terlalu banyak kali dicelakai oleh dia, jadi sangat membencinya."

"Tante Clarissa, paman Yi, apa yang sedang kalian lakukan?" Liam dan Natasia yang berada di dalam kamar pasien bertanya.

Mendengar suara mereka, Clarissa Yuan segera melepaskan diri dari pelukan Julius Yi, mereka berdua berjalan ke dalam kamar pasien, Clarissa Yuan tersenyum dan berkata: "Tidak apa-apa, kita sedang berbicara."

"Lalu kenapa kalian tidak berbicara dengan kami?" Liam bertanya dengan manja.

Clarissa Yuan dan Julius Yi saling menatap, lalu berkata dengan lembut: "Apa yang ingin kalian bicarakan?"

"Ceritakan kami sebuah cerita." jawab Liam.

"Baik, paman Yi yang menceritakannya kepada kalian." Clarissa Yuan tersenyum: "Paman Yi belum pernah bercerita kepada kalian."

"Setuju, setuju!" dengan senang Liam dan Natasia berteriak, tetapi Julius Yi terlihat tidak setuju: "Ini.....tetapi aku tidak pernah bercerita, tidak tahu apakah aku bisa bercerita dengan baik?"

Clarissa Yuan berkata dengan cepat: "Kamu saja bisa mengajar, kenapa bercerita kamu tidak bisa?"

"Sayangku, mengajar itu ada bahan ajarannya, tidak sama."

"Bercerita juga ada bahan ajarannya." Clarissa Yuan mengeluarkan buku cerita dari laci dan memberikannya kepada dia.

Julius Yi mengambil buku dan membukanya, lalu memilih satu cerita yang dia sukai, lalu menceritakannya kepada Liam dan Natasia.

Clarissa Yuan beserta Liam dan Natasia baru pertama kali mendengar dia bercerita, wajahnya yang serius, mendengar suaranya yang indah, Clarissa Yuan tiba-tiba teringat ketika dia sedang mengajar, sudah lama tidak pernah mendengar dia mengajar, dia menjadi merindukannya.

Ketika dia selesai bercerita, Clarissa Yuan bertanya dengan antusias: "Direktur Yi, kapan kamu akan mengajar kepada murid-murid? Aku ingin ikut denganmu."

"Beberapa waktu terakhir ini, aku menerima undangan dari salah satu universitas untuk berbicara dalam salah satu acara mereka, kenapa, kamu ingin menjadi asistenku?" Julius Yi meliriknya lalu tersenyum.

CEO dari perusahaan besar seperti mereka, sering menerima undangan untuk berbicara di depan umum dari sekolah maupun universitas, tetapi dia jarang menerimanya, karena dia sangat sibuk.

"Tidak, aku akan menjadi murid."

"Kamu sangat merindukan waktu ketika kamu menjadi muridku?"

"Iya, lebih tepatnya aku sangat merindukan masa ketika kita diam-diam berpacaran."

"Baiklah, besok aku akan menyuruh sekretaris untuk menerima undangannya, lalu membawamu pergi bersamaku."

"Benarkah?" Clarissa Yuan senang.

Julius Yi menatapnya, lalu tersenyum kecil.

Setelah Gwendolyn Tsu dibawa ke rumah sakit, setelah diperiksa oleh dokter, kecuali tubuh bagian bawahnya, dia memiliki bekas luka dan bekas tamparan yang berwarna merah, selain itu tidak terlihat ada luka yang lain.

Dari memasuki mobil, dia terus bergemetar di dalam pelukan Justin Yi, ketika dia dibawa ke rumah sakit, tubuh dia tidak lagi bergemetar, dan juga tidak menangis, dia seperti orang yang kehilangan jiwanya, dan bisa digerakan oleh siapa pun.

Justin Yi membawa Gwendolyn Tsu ke rumah sakit, setelah menghubungi Nyonya Tsu, dia pergi.

Nyonya Tsu takut mengejutkan Noah Tsu, jadi dia tidak memberitahu masalah ini kepadanya, Frans Tsu juga masih belum kembali, saat ini di dalam kamar pasien hanya dia sendiri yang sedang menangis dengan sedih.

Setelah Nyonya Tsu menangis beberapa waktu, dia menghapus air matanya lalu menggenggam tangan anak perempuannya: "Gwendolyn, kamu jangan takut, orang yang harus ditangkap sudah ditangkap, orang yang harus ditangkap juga sudah ditangkap, mereka tidak akan melukaimu lagi."

Gwendolyn Tsu seolah-olah tidak mendengar ucapan dia, mata hampanya tidak bergerak sama sekali.

Melihat dia seperti ini, Nyonya Tsu semakin menangis dengan sedih: "Gwendolyn, kamu jangan seperti ini, ibu tahu kamu sedih, tetapi kamu tidak boleh terus tidak makan dan minum."

Nyonya Tsu sudah mengatakan hal-hal baik di sampingnya, tetapi Gwendolyn Tsu tetap diam, jadi Nyonya Tsu hanya bisa diam.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu