The True Identity of My Hubby - Bab 184 Kesempatan terakhir

“Iya, kata nenek dari dulu kamu itu anak yang berbakti, kalau bukan alasan yang benar-benar terpaksa, tidak mungkin kamu tidak menghadiri upacara pemakaman ayah, makanya dia mulai curiga.”

“Apakah nenek baik-baik saja sekarang?” Tanya Julius dengan cemas.

“Dia bilang ingin menenangkan diri dulu dan istirahat sebentar, aku agak mencemaskannya.” Clarissa menarik tangan Julius dan berkata : “Julius, kita di sini dulu saja untuk banyak menemani dia.”

“Iya, kamu sudah berjerih payah.”

“Sama sekali tidak jerih payah.” Ucap Clarissa sambil tertawa.

Julius tidak banyak berkata lagi, ia menarik Clarissa ke dalam pelukannya dan mencium kening Clarissa.

***

Nyonya memang sangat dikejutkan oleh kenyataan ini, dia yang terus berdiam di dalam kamar bahkan tidak keluar untuk makan siang.

Setelah makan siang, Julius dan Clarissa datang ke kamarnya, sedangkan dia masih terbaring di kursi tidur tersebut dengan diam.

Julius ragu sejenak, kemudian baru mendekat dan memperhatikan : “Nenek baik-baik saja?”

Mendengar suaranya, nyonya tua perlahan membuka mata.

“Nyonya tua mengamatinya, seolah sedang mengamati orang asing yang baru pertama kali ketemu, seolah dia bukan cucu kandung yang selama ini ia temui, melainkan orang lain.

Agak lama kemudian baru ia bergumam : “Julius......Kamu Julius?”

“Iya, aku Julius.” Julius membungkukkan badan mengenggam telapak tangan nyonya tua.

“Mata kamu sudah bisa melihat.”

“Benar, dari dulu bisa melihat.”

“Bagus, baguslah kalau begitu.” Nyonya tua terisak senang, dan melanjutkan : “Nenek selalu berharap mata kamu bisa disembuhkan, bisa menjalani hidup orang normal, akhirnya sekarang sudah tercapai.”

Iya, sudah tercapai, tapi di sudut hatinya yang lain ia mulai khawatir lagi, ia sedang memikirkan di mana sebenarnya Justin sekarang?”

“Terima kasih nenek, aku juga berharap nenek bisa segera baikan, bisa menerima kenyataan.”

“Iya.” Nyonya tua mengangguk : “Aku akan membaik setelah satu dua hari, kalian tidak perlu mencemaskan aku.”

“Tapi kami semua akan khawatir kalau nenek tidak makan.” Clarissa juga mendekat, berdiri di samping Julius dan berkata kepadanya : “Nenek, aku buatkan makanan, bolehkah makan walaupun sedikit saja?”

“Bawa ke sini.” Ucap Julius.

Clarissa mengangguk, lalu membalikkan badan keluar untuk membuat makan siang nyonya tua.

Di ruang tamu sana, Gloria melirik ke Clarissa yang hendak berjalan ke dapur dan menyindir : “Tidak mendapat warisan, jadi hendak menjilat nyonya tua, sungguh pandai sekali dia.”

Yuliana melirik ke dapur sekilas, namun tidak bersuara.

“Ibu, kapan pergi mengurus prosedur penerimaan warisan?” Yang Yuliana peduli adalah hal ini.

Gloria berpikir sejenak dan berkata : “Mungkin besok, aku akan mendesak pengacara untuk diselesaikan secepatnya.”

Selesai berkata seperti itu, dia mengelus perut besar Yuliana dan berkata dengan senang : “Tentu saja warisan Charles kecilku harus segera diproses, kalau tidak, bagaimana nanti jika di rebut orang?”

Yuliana tertawa kecil : “Memang harus di selesaikan dengan cepat, daripada terjadi perubahan kalau berlarut terus.”

“Tenang saja, aku lebih mendambakan hal ini dari pada kamu.” Gloria mengelus perutnya sekali lagi : “Kamu ini, cukup perlu menunggu saatnya melahirkan, yang lain tidak perlu kamu pedulikan.”

“Iya, aku tahu.” Jawab Yuliana dengan tidak fokus.

Gloria punya banyak ide licik, dirinya jelas akan hal itu daripada siapa pun, dan memang belum tentu dirinya bisa menandingi Gloria.

Clarissa memanaskan makanan yang tadinya sudah disiapkan dan diantarnya ke kamar nyonya tua, saat dia memasuki kamar lagi, nyonya tua sudah bangun dari kursi tidurnya, air mukanya juga sudah membaik banyak dibandingkan tadi, tidak tahu apa yang sedang dia obrolkan dengan Julius, dari bibirnya tampak sedang tersenyum.

“Nenek, makan siangnya sudah dipanaskan.” Clarissa mendekat, serta meletakkan nampan di atas meja.

“Iya, sini biar aku sendiri saja.” Nyonya tua menerima mangkuk dan sumpit dari tangannya, lalu berkata kepada keduanya : “Kalian sudah mengatur banyak hal beberapa hari ini, pasti sudah capek, pergilah istirahat.”

“Nenek, aku tidak capek, biarkan kami banyak menemani kamu di rumah lama.” Ucap Clarissa sambil tersenyum.

“Julius pasti sudah capek.” Nyonya tua melihat ke Julius.

“Aku juga tidak capek.” Julius merangkul pundak Clarissa sambil tertawa dan berkata : “Hanya saja sudah lama tidak memeluk Clarissaku ini.”

“Julius!” Clarissa segera menepuk tangan Julius untuk turun dari pundaknya, lalu mengomel sambil melototinya : “Nenek ada di sini, kamu tidak jaga sikap sekali.”

“Lagi pula nenek bukan orang luar.” Julius tertawa tanpa sependapat dengannya.

“Benar, lagi pula pula nenek bukan orang luar.”Nyonya tua pun tertawa juga : “Kalian pulanglah, nenek tidak perlu ditemani, mengenai Justin, serahkan ke aku saja, lagipula......”

Senyuman di bibir nyonya tua menjadi pahit seketika : “Yang lain sibuk mengurusi warisan mereka, jadi tidak akan mengindahkan ke mana perginya Justin, kalian cukup tenang saja.”

“Tunggu sudah lewat 7 hari kepergian ayah baru kami pulang.” Ucap Julius.

Nyonya tua mengangguk setelah berpikir sejenak : “Boleh juga.”

*****

Tiga hari kemudian adalah 7 hari setelah kepergian Carter, setelah melayat ke pemakaman, Julius dan Clarissa pun langsung kembali ke Villa West Town.

Malamnya, Julius sedang menyibukkan pekerjaannya di ruang kerja, sedangkan Clarissa sedang membaca majalah di balkon.

Terdengar suara mesin mobil dari luar sana, Clarissa pun mengangkat kepalanya, tampak sebuah mobil balap berwarna mencolok memasuki villa. Itu mobil Gwendolyn, dia masih punya muka untuk ke sini?

Setelah sedikit terkejut, Clarissa pun membalikkan badan turun ke lantai bawah dengan cepat.

Saat dia sampai di tangga lantai dua, Gwendolyn sudah memasuki ruang tamu, berjalan ke arah tangga.

Tetap congkak dan angkuh seperti biasa!

“Nona Tsu, untuk apa kamu datang?” Clarissa berjalan ke bawah, menghalanginya di ujung tangga.

“Gwendolyn mengerutkakn alis, menatapnya dengan dingin dan bertanya : “Aku datang untuk menemui Julius.”

“Julius tidak punya waktu sekarang.”

“Tidak punya waktu? Sedang menyibukkan apa? Menyibukkan pekerjaan?” Gwendolyn tertawa meledek : “Perusahaan Yi sudah akan menjadi milik keluarga Tsu, apa yang masih bisa ia sibukkan?”

“Tidakkah perkataan nona Tsu terlalu keterlaluan?” Clarissa mengerutkan alis.

Gwendolyn mulai sebal : “Clarissa, aku tidak ingin omong kosong dengan kamu, awas.”

“Ini rumah aku, Julius adalah suami aku, menurutmu apakah kamu punya hak untuk memerintah aku?”

“Kalau begitu kuberitahu kamu, tidak lama lagi di sini akan menjadi rumahku, Julius juga akan menjadi suamiku.” Gwendolyn mendorongnya ke tepi dan terus berjalan ke atas.

Clarissa mulai emosi, ditariknya lengan Gwendolyn dan berkata : “Gwendolyn, aku sungguh tidak pernah ketemu orang yang lebih tidak tahu malu dibandingkan kamu, merebut pria orang sampai datang ke rumahnya langsung, bisakah kamu lebih tidak tahu diri lagi?”

“Apa urusannya dengan kamu!” Gwendolyn menyingkirkannya dengan emosi dan naik ke atas.

Clarissa mengejar langkah kakinya sampai di depan pintu ruang kerja, kebetulan Julius yang sudah mendengar suara berisik membuka pintu dan keluar.

Karena baru selesai mandi tidak lama, tubuhnya yang tinggi kekar itu sedang memakai piyama tidur warna putih, rambutnya masih agak basah, ditambah lagi dengan wajah tampan yang sudah lama tidak ditemui, seketika Gwendolyn menarik nafas, amarah dalam hatinya pun hilang seketika.

“Julius......” Dia memanggil dengan termangu,

Apakah karena terlalu lama tidak bertemu? Dia semakin tertarik dengan pria di hadapannya ini.

Ketika beberapa hari yang lalu Noah bilang Julius tidak ada bagusnya, tidak pantas dikejar olehnya, jawaban dia adalah dirinya sudah tidak mencintai Julius lagi, karena api emosi yang tidak ingin mengalah di hatinya itu tidak bisa dihilangkan, jadi memaksa untuk memisahkan Julius dan Clarissa, serta mengikat Julius di sisinya.

Beberapa hari ini dia juga mengira, nafsu dia untuk memiliki Julius bukanlah cinta, melainkan karena ingin menaklukkannya.

Hari ini sekali sudah ketemu, baru tahu dirinya salah, pria di hadapannya ini......Tidak peduli dia Julius atau Justin, dia tetap tertarik.

“Kamu mencari aku?” Julius menatapnya dengan wajah penuh sindiran : “Datang untuk melihat hasil perangmu dengan ayahmu? Untuk melihat apakah aku masih hidup?”

“Bukan.” Gwendolyn menatapnya, dengan wajah serius ia berkata : “Aku merindukanmu, jadi aku datang.”

“Kamu merindukan aku? Terima kasih.” Dengan tidak berekspresi, Julius berkata : “Kalau begitu sekarang kamu sudah melihat aku, sudah boleh pergikah?”

“Julius, kamu jangan begitu cuek dulu......”

“Lalu kamu mau aku bagaimana? Menyambut kamu dengan bahagia, memeluk kamu dan bilang aku juga merindukan kamu? Apakah aku juga perlu berlutut, memeluk kakimu untuk memohon kamu melepaskan aku? Melepaskan perusahaan Yi?” Julius berkata dengan marah : “Inilah tujuan kamu datang hari ini bukan? Kamu mengira dirimu sudah menang, jadi datang untuk menyambut kemenangan?”

“Aku sudah menang dari awal, tapi aku tidak ingin menyambutnya terlalu awal, karena aku sedang menunggu kamu mengubah keputusanmu.” Gwendolyn sudah tidak peduli apakah Clarissa ada di sana, dia melangkah maju menarik lengan Julius, suaranya juga melembut : “Julius, ini adalah kesempatan terakhir, setelah lewat dari rapat direktur dua minggu yang akan datang, semuanya akan menjadi hasil akhir yang tetap.”

“Aku juga tidak berharap perusahaan Yi akan dibeli oleh perusahaan Tsu, lebih tidak berharap melihat kamu bersedih.” Gwendolyn menatapnya dengan wajah penuh belas kasihan : “Kita pernah begitu saling mencintai, bahkan ayahku pernah berencana untuk menyerahkan perusahan Tsu ke kamu, kenapa sekarang semuanya berubah? Kenapa kamu begitu keras kepala? Apakah kamu tidak ingin melihat perusahaan Tsu dan perusahaan Yi terus berjaya? Sekarang ayahku bersikeras mau membeli perusahaan Yi, bukan untuk mendapatkan keuntungan, melainkan hanya untuk melampiaskan emosi demi aku, untuk mempermalukakn keluarga Yi, aku juga tidak berharap akhirnya menjadi begini.”

“Gwendolyn, kamu tidak perlu melempar semua tanggung jawab ke ayahmu.” Julius melanjutkan : “Orang yang ingin mempermalukan aku adalah kamu, yang ingin memaksa aku juga kamu. Kamu bilang kita pernah begitu saling mencintai, belakangan ini aku juga bingung, kenapa waktu itu aku bisa menyukai wanita yang jahatnya sampai ke dalam tulang belulang seperti kamu, kalau dipikir-pikir mungkin masih polos karena terlalu muda. Mengenai perusahaan Yi, aku sudah memutuskan untuk merelakannya, juga tidak memerlukan kesempatan terakhir yang kamu beri, terima kasih.”

“Kenapa? Bagian mana dari wanita ini yang pantas membuat kamu mengorbankan segalanya?” Gwendolyn menunjuk Clarissa dengan berapi-api : “Kamu merelakan hak untuk menjadi seorang ayah demi dia, merelakan keringat darah yang diupayakan oleh keluargamu, Julius, apakah kamu masih seorang pria?”

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu