The True Identity of My Hubby - Bab 149 Petir di Siang Bolong
“Aku beritahu kamu kebenaran yang lain, sebenarnya Justin Yi sudah dibunuh oleh Julius Yi tiga tahun lalu, Justin Yi yang kamu lihat sekarang adalah peran yang dimainkan Julius Yi, artinya Julius Yi dan Justin Yi adalah orang yang sama. Tahun itu dia membunuh Justin Yi demi mendapatkanku, karena takut ketahuan, dia memainkan dua peran dan membohongi semua orang. Dia pura-pura buta bersembunyi di Villa West Town untuk mencegah orang lain mengetahui rahasianya. Dan kenapa dia menikahimu……aku pikir seharusnya aku tidak perlu memberitahu kamu kan?”
“Kamu beritahu aku saja.” Sekujur tubuh Clarissa Yuan gemetaran.
Dia tidak percaya Julius Yi dan Justin Yi adalah orang yang sama, tidak percaya dia begitu kejam, bisa membunuh adik sendiri demi mendapatkan seorang wanita, dia tidak percaya……!
Tetapi setelah berpikir kembali, segalanya terlihat sangat nyata.
Julius Yi dan Justin Yi tidak pernah muncul bersama, alasannya kedua orang tidak cocok karena masalah Gwendolyn Tsu dan tidak ingin bertemu.
“Karena dia membutuhkan kamu untuk membantu dia menutupi, membuat orang mengira Julius Yi telah menikah dan menjalani kehidupan yang tenang. Juga demi ada waktu yang lebih untuk menyamar menjadi Justin Yi dan bersama denganku.” Gwendolyn Tsu menertawakan: “Clarissa, kamu sungguh naif, walaupun tidak pernah masuk ke rumah orang tajir juga pernah menonton serial TV orang tajir kan? Pria mana yang tidak menginginkan warisan keluarga? Pria mana yang ingin menikahi wanita yang tidak bisa hamil dan tidak bisa membawa keuntungan untuknya? Kamu masih percaya dia akan mengadopsi seorang anak yatim, atau kawin lari denganmu. Kalau dia mencintaimu, dia akan langsung membunuh Yuliana Liu saat tahu dia yang menabrak kamu, tetapi bukan menyuruh kamu sabar dan mengalah, menyuruh kamu menyudahi semuanya. Yang jelas, dia sama sekali tidak menginginkan bayi di kandunganmu, juga tidak peduli apakah keguguran atau tidak.”
Gwendolyn Tsu melihat ekspresinya yang pucat, juga tidak berharap dia berkata apa, dan menyambung: “Kamu pasti ingin tanya kenapa aku memberitahu kamu kan?”
Clarissa Yuan memandang dia, dirinya memang tidak tahu.
“Karena aku terlalu mencintai Julius, aku tidak ingin berbagi sedikit pun dengan perempuan lain, tetapi dia memikirkan terlalu banyak, ingin memperhatikan perasaan keluarga, tidak berani memberitahu kebenarannya. Waktu itu aku juga terpaksa memanfaatkan masalah divestasi untuk menekan dia, sekarang aku sudah paham, aku tidak bisa terlalu memaksanya dan membuat dia kesulitan, jadi aku mencari kamu dan memberi tahu kamu.” Gwendolyn Tsu berhenti sebentar: “Ini juga demi kebaikan kamu, bagaimanapun kamu sudah sangat kasihan, tidak bisa dimanfaatkan terus seperti tidak ada masa depan.”
Ponsel Clarissa Yuan berdering, tetapi dia tidak mengangkatnya dan membiarkannya berbunyi.
Gwendolyn Tsu tertawa, menunjuk Mall City di seberang jalan raya dengan dagunya: “Kenapa tidak diangkat? Lihat, Julius sedang mencarimu di mana-mana untuk candlelight dinner?”
Clarissa Yuan membalik wajahnya, dari jendela kaca benar-benar melihat di depan pintu Mall City, Julius Yi sedang menelepon dan mencarinya di mana-mana.
Situasi seperti itu, benar-benar tidak seperti orang buta…….
“Yang ingin aku bicarakan hanya segitu, kamu sendiri pikirkan baik-baik.” Gwendolyn Tsu berdiri dari sofa, saat pergi dia membalik kepala dan berkata: “Oh iya, selain aku, Kak Sarah, dan Steve, hampir tidak ada yang mengetahui hal ini, ingin menyebarkan hal ini atau tidak, terserah kamu.”
Gwendolyn Tsu berpikir sebentar, dia membungkukkan badan, menatap dia dan tersenyum: “Kenapa aku bisa tahu semuanya, tetapi kamu malah tidak tahu apa-apa? Karena orang yang dicintai Julius itu aku, kami berdua baru sehati.”
“Cukup!” Clarissa Yuan berteriak padanya.
Kenapa ingin memberitahunya hal ini? Kenapa?
Dia lebih baik tidak mengetahui kebenaran ini selamanya, dibohongi selamanya, karena setidaknya sejak menikah sampai sekarang, Julius Yi tidak pernah berbuat buruk padanya, bahkan dia bisa merasakan Julius Yi tulus terhadapnya.
Jika dia selamanya tidak mengetahui kebenaran ini, kalau begitu apakah Julius Yi akan membohonginya seumur hidup? Walaupun kebohongan juga tidak apa-apa, dia sungguh sangat ingin mengetahuinya.
Ponsel dia berdering lagi, dia melihat Julius Yi yang ada di seberang jalan raya dan menekan tombol angkat.
Dia melihat Julius Yi menghentikan langkah dan berkata dengan panik: “Clarissa, kamu ada di mana? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu?”
“Julius, tadi aku mendapat telepon dari Nenek, dia bilang Keluarga Yi tidak akan menerima aku, menyuruh aku meninggalkan kamu.”
“Apa? Bukannya aku sudah bicarakan dengan sangat jelas kepada Nenek?” Julius Yi sangat panik.
“Jadi.” Clarissa Yuan berkata dengan sedih: “Kita kawin lari saja, malam ini kita langsung pergi, baik tidak?”
“Clarissa, sekarang kamu di mana?”
“Kamu menyetujui aku dulu.”
“Kamu keluar dulu, urusan keluarga akan aku bicarakan lagi.”
“Kamu tidak bersedia kawin lari denganku?”
“Bukan……tapi sekarang belum sampai saatnya harus kawin lari, kita bisa bersama meyakinkan orang tua.”
Clarissa Yuan memejamkan mata, lalu tertawa: “Aku becanda, sekarang ada urusan darurat harus diurus, tidak bisa menemanimu makan.”
“Urusan apa begitu terburu-buru?” Kepanikan Julius Yi menghilang, tetapi sekarang diganti kekecewaan.
Candlelight dinner yang sudah disiapkan dengan teliti, namun ditinggalkan olehnya.
*****
Di dalam ruang tamu Keluarga Tsu, Gwendolyn Tsu menggandeng lengan Noah Tsu, tertawa dan berkata: “Ayah, aku beritahu kamu sebuah kabar baik, belakangan ini Justin Yi sudah tidak sempat untuk bekerja.”
Noah Tsu meletakkan gelas teh dari mulutnya, melihatnya: “Kabar baik macam apa itu?”
Gwendolyn Tsu memonyongkan mulut: “Kenapa ini bukan kabar baik? Kamu bukannya selalu menunggu saat yang tepat untuk balas dendam? Ini kesempatan yang sangat baik.”
Noah Tsu berpikir sebentar, mengangguk: “Eemm, memang kesempatan yang baik.”
“Kalau begitu……Ayah berencana berbuat apa?”
“Tentu saja menyerang dari Tuan Muda Ketiga yang bodoh itu dulu.”
“Tetapi waktu itu Juwono Yi sudah dijebak kamu sekali, apakah kali ini dia akan masih mempercayaimu?”
“Tenang, ada Ibunya yang serakah, aku tidak khawatir dia tidak menurut.” Noah Tsu menghisap rokoknya, nadanya dingin: “Waktu itu membiarkan mereka lolos, kali ini aku tidak akan membiarkan mereka lolos, membuat Julius Yi itu memohon padaku untuk menikah dengan anakku.”
“Terima kasih Ayah.” Gwendolyn Tsu berterima kasih dan tertawa.
“Ayah, kamu ingin menjebak Perusahaan Besar Yi lagi?” Frans Tsu dan Nyona Tsu turun bersama dari lantai atas dan berkata dengan nada dingin.
Nyonya Tsu menabrak lengan Frans Tsu dengan sikunya: “Bagaimana kamu berbicara? Ayahmu sedang membalas dendam untuk adikmu, itu adalah hal yang pantas.”
“Membalas dendam apa? Perasaan cinta adalah urusan dua orang, tidak bisa dipaksa. Mana ada yang seperti kamu, memaksa mereka becerai dan menikahi kamu?” Frans Tsu berkata pada Gwendolyn Tsu.
Gwendolyn Tsu paling kesal Frans Tsu menceramahi dia tentang hal ini, dia menggoyang lengan Noah Tsu dengan merasa kasihan.
Noah Tsu tentu juga tidak suka anak yang tidak pernah mempedulikan urusan perusahaan berbicara seperti ini padanya, seketika marah, melotot dan berkata: “Aku sudah bilang, kalau kamu tidak ingin mengambil alih perusahaan, jadi masalah mengelola perusahaan, tidak ada hubungan denganmu.”
“Ayah, kamu bisa tidak jangan begitu keras kepala!”
“Aku meminta kamu menikah dan melahirkan anak, bekerja ke perusahaan dengan tenang, kamu ada menuruti aku tidak?”
“Ini sama sekali adalah hal yang berbeda, aku takut kamu tidak sengaja membuat perusahaan hancur.”
“Itu urusanku! Tidak ada hubungan denganmu!”
Frans Tsu membisu, lalu berdiri dari sofa: “Kalau begitu, Ayah, terserah kamu, aku tidak ingin peduli.”
Setelah dia berkata langsung meninggalkan sofa dan naik ke atas, Nyonya Tsu langsung menghalang dan berkata dengan panik: “Frans Tsu, apa maksudmu? Ingin pergi lagi?”
Frans Tsu melihat sekilas Ayahnya, berpikir dan berkata: “Ayah, aku mungkin bisa mengambil alih perusahaan, tetapi syaratnya kamu harus membiarkan aku mengurus perusahaan sepenuhnya, kamu juga seharusnya pensiun dan menikmati sisa hidup.”
“Kakak, aku tidak mengerti, kenapa kamu begitu membela Perusahaan Besar Yi?” kata Gwendolyn Tsu dengan marah.
Frans Tsu melihat adiknya kembali: “Aku bukan membela dia, melainkan tidak ingin melihat kalian melakukan kesalahan terus. Ingin aku diam dan melihat kalian mencelakai orang lain, aku tidak bisa melakukannya, jadi aku pergi dulu, tunggu suatu hari Ayah berhenti aku baru pulang.”
Noah Tsu mengambil nafas, berkata dengan dingin: “Kalau begitu kamu pergi saja.”
Frans Tsu mengangguk: “Satu tahun kemudian aku baru pulang, kalau perusahaan masih ada, aku akan bantu mengurus.”
“Tidak perlu, aku anggap saja tidak memiliki anak sepertimu.” kata Noah Tsu.
“Jangan begitu, sayang.” kata Nyonya Tsu dengan khawatir, lalu menarik lengan Frans Tsu dan menasihati: “Frans Tsu, Kamu kenapa melawan Ayahmu? Adikmu suka Julius Yi, kamu sebagai kakak seharusnya membantu dia mendapatkan kebahagiannya.”
“Gwendolyn dia sudah gila, kalian tidak menasihatinya, malah membiarkannya begitu, apakah ini cinta sejati? Bukan! Kamu berbuat seperti ini suatu hari akan mencelakai dia!” Frans Tsu berteriak pada semuanya, tidak mempedulikan Gwendolyn Tsu yang sangat marah dan menuju ke lantai atas.
Clarissa Yuan berbohong dirinya nginap di rumah Evelin satu malam, menyuruh Julius Yi jangan mempedulikannya.
Julius Yi sama sekali tidak menyadari keanehannya, berpesan sedikit dan membiarkannya.
Dan malam ini, Clarissa Yuan tidak ke rumah Evelin, juga tidak pulang ke rumah Ibu,tetapi duduk sendiri di tepi sungai.
Air matanya sudah kering beberapa kali, juga tidak tahu sudah menangis berapa kali, rasanya wajahnya sakit sedikit sakit saat tertiup angin sungai, tetapi dia tidak mempedulikannya sama sekali.
Dalam pikirannya terus terpikir kata-kata Gwendolyn Tsu, berulang-ulang mengenang momen bersama Julius Yi setengah tahun ini, juga bayinya yang mati tragis, dia tidak bisa hamil lagi, hatinya sangat sakit sampai tidak bisa bernafas.
Duduk di tepi sungai satu malam, hatinya sakit satu malam.
Pagi hari kedua, dia mematikan ponsel dan naik bus menuju bandara.
Orang yang berlewatan di bandara, masing-masing sedang sibuk pergi ke tempat tujuan sendiri, hanya Clarissa Yuan seperti jiwa yang kesepian dan tidak ada tempat tujuan.
Dia tidak tahu dirinya harus ke mana, juga tidak tahu bisa ke mana. Selain Kota A, dia asing dengan dunia di luar, satu-satunya Kota A yang dia lebih kenal, bagi dia adalah sebuah tempat sedih. Karena dia dan Charlie Shen bertemu, saling mencintai, dan akhirnya putus di sana.
Saat dia berdiri di depan papan informasi penerbangan dan tidak tahu harus ke mana, dari sampingnya tiba-tiba terdengar dua suara yang gembira: “Bibi Clarissa…….”
Clarissa membalik kepala, melihat Liam Tsu dan Natasia Tsu dua orang anak kecil sedang mengangkat kepalanya yang kecil, dan di belakangnya adalah Frans Tsu yang tersenyum.
Clarissa mengusap air matanya dan jongkok di depan dua orang anak kecil, mengelus kepala mereka dan tersenyum: “Lama tak jumpa, kalian masih imut seperti biasanya.”
“Bibi Clarissa, apakah kamu sedang menangis?” Natasia Tsu mengamati kelopak mata Clarissa yang merah dan bertanya dengan suara yang imut.
Clarissa mengusap matanya dan menggeleng kepala: “Tidak kok, mata aku hanya sedang tidak nyaman.”
Frans Tsu berjalan kemari, menggandeng kedua anak kecil di masing-masing sisi: “Liam dan Natasia, kalian main dengan Bibi Ling yuk.”
Anak kecil mengangguk dengan menurut, bermain bersama pengasuh ke samping.
Setelah membuat sepasang anak pergi, Frans Tsu mengamati Clarissa Yuan, tertawa dan bertanya: “Penampilan begitu kacau, wajah terlihat sedih, kelopak mata merah, kenapa? Bertengkar dengan Julius?”
Clarissa Yuan memegang wajahnya sendiri, dia bisa membayangkan sekarang dirinya sangat berantakan, juga tahu tidak bisa menyembunyikannya dari Frans Tsu, jadi dia mengangguk.
”Masalah apa sampai separah ini?” tanya Frans Tsu.
Clarissa Yuan menatap dia, sebentar baru bertanya: “Apakah kamu tahu masalah dia dengan adikmu?”
Novel Terkait
1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMi Amor
TakashiAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaKisah Si Dewa Perang
Daron JayStep by Step
LeksThat Night
Star AngelJalan Kembali Hidupku
Devan HardiThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)