The True Identity of My Hubby - Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)

Balkon kamar Gwendolyn dulu tepat menghadap ke taman, dia yang sedang mengobrol dengan Nyonya Tsu terlihat jelas tidak fokus, tatapannya dari awal sampai akhir tidak pernah meninggalkan Liam dan Natalia yang sedang bermain gembira di taman.

Gwendolyn menyeruput sedikit jus lemon di gelasnya, berusaha membuat hatinya lebih nyaman.

Dia yang dulunya tidak begitu menyukai anak-anak ini, semenjak tahu mereka adalah darah daging dari Julius dan Clarissa pun semakin membenci mereka.

Nyonya Tsu melihat Gwendolyn tidak menjawab perkataannya pun mengikuti pandangan Gwendolyn melihat ke Liam dan Natalia yang ada di taman, tersenyum ringan: "Gwendolyn, usiamu sudah tidak kecil, sudah saatnya melahirkan satu anak."

Gwendolyn melihat ibunya, di dalam hati merasa kesal.

Dia tentu saja ingin melahirkan, tapi juga harus Julius memberinya kesempatan baru bisa!

Namun Nyonya Tsu tidak menyadari kekesalan Gwendolyn, berpikir Gwendolyn hanya tidak ingin melahirkan, dia pun terus menasehati: "Dengan adanya anak, Julius juga akan memperlakukanmu lebih baik, ketika semuanya sudah stabil, dia ingin tidak pulang juga susah."

Gwendolyn dengan kesal berkata: "Lihat nanti saja, hal ini akan aku urus sendiri."

Dia benar-benar tidak bisa mengatakan bahwa dari menikah sampai sekarang, Julius tidak pernah menyentuhnya sama sekali.

"Lihat dirimu sendiri, menasehatimu sedikit kamu langsung tidak senang."

"Ibu, aku tidak ada tidak senang, aku hanya merasa kesal."

"Kalau kesal pergilah bermain dengan anak-anak, anak-anak adalah sumber kebahagiaan orang dewasa, main dengan mereka kamu akan merasa suasana hatimu membaik."

"Baik, bu, kamu turun duluan." Gwendolyn dengan kesal mendesak ibunya.

Sumber kebahagiaan apa, dia sekarang sangat ingin mencekik mati kedua anak itu.

Nyonya Tsu telah keluar dari kamar Gwendolyn, namun Gwendolyn tidak turun untuk bermain dengan anak-anak, dia tetap duduk di balkon sambil minum jus lemon sambil melihat Liam dan Natalia yang bermain di taman.

Tidak lama kemudiaan, Liam dan Natalia sudah lelah bermain, setelah pembantu rumah tangga, Nova, mengelap dan membersihkan tangan mereka, dia pun membawa mereka masuk ke rumah.

Gwendolyn meletakkan gelasnya, menggerakkan kursi rodanya menuju ke pintu kamar.

Ketika dia keluar, Nova pas sedang membawa Liam dan Natalia naik ke lantai 2.

"Bibi." Liam dan Natalia menyapa dengan gembira.

Gwendolyn tersenyum menggandeng tangan Natalia dan langsung mengerutkan kening melirik ke Nova, berkata dengan tidak senang: "Tidak lihat? Di tangan Natalia masih ada tanah."

Nova melihat sekilas tangan Natalia, meskipun tidak melihat ada tanah, tapi kalau Nona berkata ada berarti ada, Nova langsung menunduk dan berkata: "Saya bawa Natalia pergi cuci tangan sekarang juga."

Kemudian Nova pun menggandeng tangan Natalia dan turun ke lantai bawah.

Setelah Nova pergi menggandeng Natalia, tatapan Gwendolyn beralih ke Liam, dia tersenyum: "Sini, Liam, Bibi ingin turun ke bawah, bantu Bibi."

"Bibi kenapa tidak naik lift?" Liam bertanya.

Semenjak kaki Gwendolyn cacat, di rumah dibangun sebuah lift khusus untuk Gwendolyn naik turun lantai.

"Karena Bibi ingin turun lewat tangga seperti Liam."

"Oh, baiklah kalau begitu." Liam mengulurkan tangan kecilnya menggandeng pergelangan tangan Gwendolyn.

Dia tidak tahu harus bagaimana, juga tidak ada tenaga, hanya dengan polos mengulurkan tangannya ke arah Gwendolyn.

Tapi kepolosan inilah yang membuat Gwendolyn mempunyai kesempatan, dia mengulurkan tangan menangkap lengan Liam dan langsung mendorongnya sekuat tenaga, Liam pun terjatuh ke bawah dengan kuat.

Liam refleks teriak menangis, hanya saja tangisannya tidak lama, dia langsung pingsan bawah tangga.

Gwendoly melihat Liam yang terbaring di genangan darah, di matanya terlihat kelicikan yang dengan cepat digantikan dengan ketakutan yang pura-pura, dia duduk di kursi roda dan berteriak tajam: "Tolong! Tolong----!"

Nova yang membawa Natalia keluar dari dapur melihat Liam yang terbaring dalam genangan darah, seketika terkejut, Natalia juga kaget dan menangis.

Frans awalnya sedang belajar tentang pekerjaan perusahaan di dalam ruang kerja Noah, mendengar teriakan tajam Gwendolyn dia langsung bergegas keluar, ketika dia melihat Liam yang tergeletak dan darahnya terus mengalir tanpa henti, wajahnya langsung memucat, kemudian dia langsung berlari ke bawah dengan kecepatan tinggi.

"Liam......." Frans menggendong Liam dari genangan darah, dengan panik berteriak: "Liam, Liam, kamu kenapa?"

Nyonya Tsu juga kaget, keadaan langsung berubah ramai di dalam kediaman.

Frans menggendong Liam dan berlari ke arah pintu keluar, sambil berlari sambil menjerit nama supir.

Mobil meninggalkan kediaman keluarga Tsu dengan kecepatan tinggi.

"Nenek, Kakak berdarah." Natalia menangis ketakutan di dalam pelukan Nyonya Tsu.

Nyonya Tsu sadar dari lamunannya dan memeluk Natalia sambil memelototi Nova: "Apa yang sebenarnya terjadi? Liam kenapa bisa terluka, apakah jatuh dari tangga?"

Nova sudah ketakutan setengah mati, saat ini diinterogasi seperti ini oleh Nyonya Tsu, dia pun melihat Gwendolyn dan berkata sambil menangis: "Saya tidak tahu, tadi Nona yang sedang bersama dengan Liam."

"Gwendolyn, Liam kenapa bisa jatuh?" Nyonya Tsu ganti bertanya pada Gwendolyn.

Gwendolyn tetap memasang wajah ketakutan dan menggelengkan kepala: "Aku juga tidak tahu, tiba-tiba jatuh ke bawah."

Nyonya Tsu tentu saja tidak berpikir bahwa Gwendolyn yang mendorong Liam, karena menurut dia Gwendolyn tidak ada motif berbuat seperti itu.

********

Pagi setelah Frans membawa Liam dan Natalia ke kediaman keluarga Tsu, Clarissa pun mulai menyapu rumah, baru saja selesai membersihkan dan merapikan rumah, dia menerima telepon dari Frans.

Ketika dia mendengar Frans berkata bahwa Liam jatuh dari tangga, dia terkejut sekian lama dan tidak sadar.

Setelah sekian lama, dia baru bertanya dengan suara bergetar: "Jatuh parah?"

"Berdarah, seharusnya tidak ada masalah besar." Frans tidak berani memberitahu Clarissa bahwa Liam sedang diberikan pertolongan darurat di rumah sakit, takut Clarissa histeris.

Setelah meletakkan ponsel, Clarissa langsung mengemudi menuju rumah sakit, ketika dia sampai ke UGD, Frans sedang berjalan kesana kemari dengan gelisah di depan ruangan UGD.

Clarissa melemparkan diri ke pelukan Frans, menggenggam lengan Frans dan berkata panik: "Bagaimana? Bagaimana keadaan Liam?"

Frans menopang tubuh Clarissa yang melemas, melihat ke arah ruang pertolongan darurat dan berkata: "Masih belum keluar."

"Apa yang terjadi? Liam kenapa bisa jatuh?" Clarissa menangis keras, kedua kakinya semakin tidak bertenaga.

"Tidak tahu, aku juga tidak tahu apa yang terjadi." Frans sendiri juga kaget setengah mati, juga khawatir setengah mati.

"Liam......Liam, kamu harus baik-baik saja!" Clarissa menangis dan berteriak ke arah pintu ruang gawat darurat: "Kamu pernah berjanji pada Bibi Clarissa kamu akan hidup dengan baik dan melindungi dirimu dengan baik, Liam........!"

"Clarissa, jangan begini......"

"Apa yang harus kulakukan kalau terjadi sesuatu dengan Liam? Apa yang harus kulakukan?"

"Liam pasti akan baik-baik saja." Meskipun tahu Clarissa tidak akan mendengarkannya, tapi Frans tetap menenangkannya.

Frans tidak mengerti dengan reaksi Clarissa, membuatnya bingung, tapi sekarang bukanlah waktu untuk mengkhawatirkan hal ini.

Saat ini, pintu ruang pertolongan darurat tiba-tiba terbuka, seorang nona perawat berjalan keluar, mengamati mereka berdua dan berkata: "Apakah kalian adalah orang tua dari anak itu?"

Frans langsung mengangguk: "Benar, aku adalah ayahnya."

"Begini, dari hasil pemeriksaan tadi, golongan darah anak itu adalah golongan darah Rh negatif yang lumayan langka di dunia, kita sudah menghubungi seluruh rumah sakit di Kota A, dan tidak ada yang memiliki stok darah golongan ini, melihat kalian adalah orang tua dari anak ini, maka seharusnya ada seorang yang memiliki darah Rh negatif, siapa di antara kalian yang memiliki golongan darah ini?"

Frans dan Clarissa membeku, terdiam melihat nona perawat.

"Menolong nyawa anak kecil sangat penting, cepat!" Nona perawat mendesak mereka.

Frans menatapi nona perawat, membuka mulutnya dan berkata: "Anak ini anak adopsi."

"Hah? Kalau begitu bisa hubungi orang tua kandungnya?" terlihat kekecewaan di wajah nona perawat.

Frans menggelengkan kepala: "Tidak bisa."

"Kalau begitu......" Nona perawat melihat Frans dan Clarissa dengan wajah sedih: "Kemungkinan anak selamat sangat kecil, kalian harus mempersiapkan diri."

Setelah berbicara, Nona perawat kembali melihat mereka berdua kemudian berbalik dan berjalan ke arah ruang pertolongan darurat.

"Tunggu-----!" Clarissa menggenggam pakaian nona perawat, berlutut di samping kaki perawat dan menangis keras: "Aku sekarang juga pergi mencari ayah kandungnya, mohon kalian harus berusaha sekuat tenaga menolong nyawa anak itu, aku mohon......."

Nona perawat begitu mendengar bisa menemukan anak kandung si anak, muncul harapan di wajahnya, berkata: "Kalau begitu cepat pergi!"

Clarissa dengan panik mengeluarkan ponselnya, tangannya yang gemetaran menekan nomor Julius, dia yang dengan susah payah memasukkan nomor Julius sampai setengah tiba-tiba berhenti, kemudian menghapus nomor itu dan mencari nomor Justin Yi di daftar nomor teleponnya.

Justin dan Julius adalah saudara kembar, golongan darah seharusnya sama!

Setelah berdering 5,6 kali, Justin baru mengangkat teleponnya: "Clarissa, ada apa?"

Begitu mendengar suaranya, Clarissa langsung menangis dan berteriak: "Justin! Kamu cepat datang ke Sunshine Hospital, cepat.......!"

Justin terdiam sejenak, nada suaranya serius dan bertanya: "Apakah terjadi sesuatu dengan Julius?"

"Bukan, terjadi sesuatu dengan putra Julius, sekarang sangat memerlukan darah golongan Rh negatif....... Kamu cepat datang....... cepat.......!" Clarissa menangis sesenggukan.

Justin mendengar tidak jelas, tapi melihat Clarissa begitu panik, juga tidak ada waktu bertanya lebih, dia menutup telepon dan langsung menuju ke rumah sakit.

Begitu Justin tiba di UGD, belum sempat bertanya tentang keadaan ini ke Clarissa, dia sudah disambut oleh Nona perawat: "Apakah anda memiliki darah Rh negatif?"

"Benar." Justin mengangguk.

"Tolong ikut saja." Nona perawat membawa Justin ke ruang pengambilan darah.

Suasana di koridor hening seketika, Clarissa tetap sama seperti tadi, duduk menangis di lantai, semenjak Clarissa menelepon Justin, Frans yang di sampingnya terus memasang wajah bingung dan tidak mengerti, tatapannya tidak pernah terlepas dari Clarissa.

Dia ingin bertanya pada Clarissa apa yang sebenarnya terjadi, tapi Clarissa sekarang terus menerus menangis sambil gemetaran, membuatnya tidak tega bertanya.

Teringat biasanya perhatian dan kasih sayang Clarissa terhadap Liam dan Natalia, dan juga perasaannya yang lebih mendalam daripada ibu kandung terhadap Liam, kemudian melihat sosok Clarissa yang sekarang ini, Frans kira-kira sedikit mengerti.

Hanya saja dia sangat kaget, kaget di dunia ini bisa-bisanya ada kebetulan seperti ini, Clarissa bisa-bisanya adalah ibu kandung Liam dan Natalia?

Frans bangun, melangkah maju dan menggandeng Clarissa berdiri dari lantai, dengan lembut menenangkan Clarissa: "Tenang saja, Liam akan baik-baik saja."

Clarissa masih belum keluar dari kesedihan tadi, terlebih lagi sekarang Liam belum keluar dari keadaan kritis, oleh karena itu dia sama sekali tidak bisa merasa tenang.

Dia mendongak, dengan mata yang penuh dengan air mata melihat Frans dan berkata: "Maaf......"

Dia membohongi Frans, menyembunyikan sesuatu dari dia, tidak hanya Frans, dia juga membohongi begitu banyak orang.

"Boleh beritahu aku, siapa orang tua Liam dan Natalia?" Frans bertanya sambil menatapi Clarissa.

Clarissa mengelap air mata di wajahnya: "Punyaku dan Julius."

"Bagaimana mungkin?" Frans bergumam.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu