The True Identity of My Hubby - Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
Balkon kamar Gwendolyn dulu tepat menghadap ke taman, dia yang sedang mengobrol dengan Nyonya Tsu terlihat jelas tidak fokus, tatapannya dari awal sampai akhir tidak pernah meninggalkan Liam dan Natalia yang sedang bermain gembira di taman.
Gwendolyn menyeruput sedikit jus lemon di gelasnya, berusaha membuat hatinya lebih nyaman.
Dia yang dulunya tidak begitu menyukai anak-anak ini, semenjak tahu mereka adalah darah daging dari Julius dan Clarissa pun semakin membenci mereka.
Nyonya Tsu melihat Gwendolyn tidak menjawab perkataannya pun mengikuti pandangan Gwendolyn melihat ke Liam dan Natalia yang ada di taman, tersenyum ringan: "Gwendolyn, usiamu sudah tidak kecil, sudah saatnya melahirkan satu anak."
Gwendolyn melihat ibunya, di dalam hati merasa kesal.
Dia tentu saja ingin melahirkan, tapi juga harus Julius memberinya kesempatan baru bisa!
Namun Nyonya Tsu tidak menyadari kekesalan Gwendolyn, berpikir Gwendolyn hanya tidak ingin melahirkan, dia pun terus menasehati: "Dengan adanya anak, Julius juga akan memperlakukanmu lebih baik, ketika semuanya sudah stabil, dia ingin tidak pulang juga susah."
Gwendolyn dengan kesal berkata: "Lihat nanti saja, hal ini akan aku urus sendiri."
Dia benar-benar tidak bisa mengatakan bahwa dari menikah sampai sekarang, Julius tidak pernah menyentuhnya sama sekali.
"Lihat dirimu sendiri, menasehatimu sedikit kamu langsung tidak senang."
"Ibu, aku tidak ada tidak senang, aku hanya merasa kesal."
"Kalau kesal pergilah bermain dengan anak-anak, anak-anak adalah sumber kebahagiaan orang dewasa, main dengan mereka kamu akan merasa suasana hatimu membaik."
"Baik, bu, kamu turun duluan." Gwendolyn dengan kesal mendesak ibunya.
Sumber kebahagiaan apa, dia sekarang sangat ingin mencekik mati kedua anak itu.
Nyonya Tsu telah keluar dari kamar Gwendolyn, namun Gwendolyn tidak turun untuk bermain dengan anak-anak, dia tetap duduk di balkon sambil minum jus lemon sambil melihat Liam dan Natalia yang bermain di taman.
Tidak lama kemudiaan, Liam dan Natalia sudah lelah bermain, setelah pembantu rumah tangga, Nova, mengelap dan membersihkan tangan mereka, dia pun membawa mereka masuk ke rumah.
Gwendolyn meletakkan gelasnya, menggerakkan kursi rodanya menuju ke pintu kamar.
Ketika dia keluar, Nova pas sedang membawa Liam dan Natalia naik ke lantai 2.
"Bibi." Liam dan Natalia menyapa dengan gembira.
Gwendolyn tersenyum menggandeng tangan Natalia dan langsung mengerutkan kening melirik ke Nova, berkata dengan tidak senang: "Tidak lihat? Di tangan Natalia masih ada tanah."
Nova melihat sekilas tangan Natalia, meskipun tidak melihat ada tanah, tapi kalau Nona berkata ada berarti ada, Nova langsung menunduk dan berkata: "Saya bawa Natalia pergi cuci tangan sekarang juga."
Kemudian Nova pun menggandeng tangan Natalia dan turun ke lantai bawah.
Setelah Nova pergi menggandeng Natalia, tatapan Gwendolyn beralih ke Liam, dia tersenyum: "Sini, Liam, Bibi ingin turun ke bawah, bantu Bibi."
"Bibi kenapa tidak naik lift?" Liam bertanya.
Semenjak kaki Gwendolyn cacat, di rumah dibangun sebuah lift khusus untuk Gwendolyn naik turun lantai.
"Karena Bibi ingin turun lewat tangga seperti Liam."
"Oh, baiklah kalau begitu." Liam mengulurkan tangan kecilnya menggandeng pergelangan tangan Gwendolyn.
Dia tidak tahu harus bagaimana, juga tidak ada tenaga, hanya dengan polos mengulurkan tangannya ke arah Gwendolyn.
Tapi kepolosan inilah yang membuat Gwendolyn mempunyai kesempatan, dia mengulurkan tangan menangkap lengan Liam dan langsung mendorongnya sekuat tenaga, Liam pun terjatuh ke bawah dengan kuat.
Liam refleks teriak menangis, hanya saja tangisannya tidak lama, dia langsung pingsan bawah tangga.
Gwendoly melihat Liam yang terbaring di genangan darah, di matanya terlihat kelicikan yang dengan cepat digantikan dengan ketakutan yang pura-pura, dia duduk di kursi roda dan berteriak tajam: "Tolong! Tolong----!"
Nova yang membawa Natalia keluar dari dapur melihat Liam yang terbaring dalam genangan darah, seketika terkejut, Natalia juga kaget dan menangis.
Frans awalnya sedang belajar tentang pekerjaan perusahaan di dalam ruang kerja Noah, mendengar teriakan tajam Gwendolyn dia langsung bergegas keluar, ketika dia melihat Liam yang tergeletak dan darahnya terus mengalir tanpa henti, wajahnya langsung memucat, kemudian dia langsung berlari ke bawah dengan kecepatan tinggi.
"Liam......." Frans menggendong Liam dari genangan darah, dengan panik berteriak: "Liam, Liam, kamu kenapa?"
Nyonya Tsu juga kaget, keadaan langsung berubah ramai di dalam kediaman.
Frans menggendong Liam dan berlari ke arah pintu keluar, sambil berlari sambil menjerit nama supir.
Mobil meninggalkan kediaman keluarga Tsu dengan kecepatan tinggi.
"Nenek, Kakak berdarah." Natalia menangis ketakutan di dalam pelukan Nyonya Tsu.
Nyonya Tsu sadar dari lamunannya dan memeluk Natalia sambil memelototi Nova: "Apa yang sebenarnya terjadi? Liam kenapa bisa terluka, apakah jatuh dari tangga?"
Nova sudah ketakutan setengah mati, saat ini diinterogasi seperti ini oleh Nyonya Tsu, dia pun melihat Gwendolyn dan berkata sambil menangis: "Saya tidak tahu, tadi Nona yang sedang bersama dengan Liam."
"Gwendolyn, Liam kenapa bisa jatuh?" Nyonya Tsu ganti bertanya pada Gwendolyn.
Gwendolyn tetap memasang wajah ketakutan dan menggelengkan kepala: "Aku juga tidak tahu, tiba-tiba jatuh ke bawah."
Nyonya Tsu tentu saja tidak berpikir bahwa Gwendolyn yang mendorong Liam, karena menurut dia Gwendolyn tidak ada motif berbuat seperti itu.
********
Pagi setelah Frans membawa Liam dan Natalia ke kediaman keluarga Tsu, Clarissa pun mulai menyapu rumah, baru saja selesai membersihkan dan merapikan rumah, dia menerima telepon dari Frans.
Ketika dia mendengar Frans berkata bahwa Liam jatuh dari tangga, dia terkejut sekian lama dan tidak sadar.
Setelah sekian lama, dia baru bertanya dengan suara bergetar: "Jatuh parah?"
"Berdarah, seharusnya tidak ada masalah besar." Frans tidak berani memberitahu Clarissa bahwa Liam sedang diberikan pertolongan darurat di rumah sakit, takut Clarissa histeris.
Setelah meletakkan ponsel, Clarissa langsung mengemudi menuju rumah sakit, ketika dia sampai ke UGD, Frans sedang berjalan kesana kemari dengan gelisah di depan ruangan UGD.
Clarissa melemparkan diri ke pelukan Frans, menggenggam lengan Frans dan berkata panik: "Bagaimana? Bagaimana keadaan Liam?"
Frans menopang tubuh Clarissa yang melemas, melihat ke arah ruang pertolongan darurat dan berkata: "Masih belum keluar."
"Apa yang terjadi? Liam kenapa bisa jatuh?" Clarissa menangis keras, kedua kakinya semakin tidak bertenaga.
"Tidak tahu, aku juga tidak tahu apa yang terjadi." Frans sendiri juga kaget setengah mati, juga khawatir setengah mati.
"Liam......Liam, kamu harus baik-baik saja!" Clarissa menangis dan berteriak ke arah pintu ruang gawat darurat: "Kamu pernah berjanji pada Bibi Clarissa kamu akan hidup dengan baik dan melindungi dirimu dengan baik, Liam........!"
"Clarissa, jangan begini......"
"Apa yang harus kulakukan kalau terjadi sesuatu dengan Liam? Apa yang harus kulakukan?"
"Liam pasti akan baik-baik saja." Meskipun tahu Clarissa tidak akan mendengarkannya, tapi Frans tetap menenangkannya.
Frans tidak mengerti dengan reaksi Clarissa, membuatnya bingung, tapi sekarang bukanlah waktu untuk mengkhawatirkan hal ini.
Saat ini, pintu ruang pertolongan darurat tiba-tiba terbuka, seorang nona perawat berjalan keluar, mengamati mereka berdua dan berkata: "Apakah kalian adalah orang tua dari anak itu?"
Frans langsung mengangguk: "Benar, aku adalah ayahnya."
"Begini, dari hasil pemeriksaan tadi, golongan darah anak itu adalah golongan darah Rh negatif yang lumayan langka di dunia, kita sudah menghubungi seluruh rumah sakit di Kota A, dan tidak ada yang memiliki stok darah golongan ini, melihat kalian adalah orang tua dari anak ini, maka seharusnya ada seorang yang memiliki darah Rh negatif, siapa di antara kalian yang memiliki golongan darah ini?"
Frans dan Clarissa membeku, terdiam melihat nona perawat.
"Menolong nyawa anak kecil sangat penting, cepat!" Nona perawat mendesak mereka.
Frans menatapi nona perawat, membuka mulutnya dan berkata: "Anak ini anak adopsi."
"Hah? Kalau begitu bisa hubungi orang tua kandungnya?" terlihat kekecewaan di wajah nona perawat.
Frans menggelengkan kepala: "Tidak bisa."
"Kalau begitu......" Nona perawat melihat Frans dan Clarissa dengan wajah sedih: "Kemungkinan anak selamat sangat kecil, kalian harus mempersiapkan diri."
Setelah berbicara, Nona perawat kembali melihat mereka berdua kemudian berbalik dan berjalan ke arah ruang pertolongan darurat.
"Tunggu-----!" Clarissa menggenggam pakaian nona perawat, berlutut di samping kaki perawat dan menangis keras: "Aku sekarang juga pergi mencari ayah kandungnya, mohon kalian harus berusaha sekuat tenaga menolong nyawa anak itu, aku mohon......."
Nona perawat begitu mendengar bisa menemukan anak kandung si anak, muncul harapan di wajahnya, berkata: "Kalau begitu cepat pergi!"
Clarissa dengan panik mengeluarkan ponselnya, tangannya yang gemetaran menekan nomor Julius, dia yang dengan susah payah memasukkan nomor Julius sampai setengah tiba-tiba berhenti, kemudian menghapus nomor itu dan mencari nomor Justin Yi di daftar nomor teleponnya.
Justin dan Julius adalah saudara kembar, golongan darah seharusnya sama!
Setelah berdering 5,6 kali, Justin baru mengangkat teleponnya: "Clarissa, ada apa?"
Begitu mendengar suaranya, Clarissa langsung menangis dan berteriak: "Justin! Kamu cepat datang ke Sunshine Hospital, cepat.......!"
Justin terdiam sejenak, nada suaranya serius dan bertanya: "Apakah terjadi sesuatu dengan Julius?"
"Bukan, terjadi sesuatu dengan putra Julius, sekarang sangat memerlukan darah golongan Rh negatif....... Kamu cepat datang....... cepat.......!" Clarissa menangis sesenggukan.
Justin mendengar tidak jelas, tapi melihat Clarissa begitu panik, juga tidak ada waktu bertanya lebih, dia menutup telepon dan langsung menuju ke rumah sakit.
Begitu Justin tiba di UGD, belum sempat bertanya tentang keadaan ini ke Clarissa, dia sudah disambut oleh Nona perawat: "Apakah anda memiliki darah Rh negatif?"
"Benar." Justin mengangguk.
"Tolong ikut saja." Nona perawat membawa Justin ke ruang pengambilan darah.
Suasana di koridor hening seketika, Clarissa tetap sama seperti tadi, duduk menangis di lantai, semenjak Clarissa menelepon Justin, Frans yang di sampingnya terus memasang wajah bingung dan tidak mengerti, tatapannya tidak pernah terlepas dari Clarissa.
Dia ingin bertanya pada Clarissa apa yang sebenarnya terjadi, tapi Clarissa sekarang terus menerus menangis sambil gemetaran, membuatnya tidak tega bertanya.
Teringat biasanya perhatian dan kasih sayang Clarissa terhadap Liam dan Natalia, dan juga perasaannya yang lebih mendalam daripada ibu kandung terhadap Liam, kemudian melihat sosok Clarissa yang sekarang ini, Frans kira-kira sedikit mengerti.
Hanya saja dia sangat kaget, kaget di dunia ini bisa-bisanya ada kebetulan seperti ini, Clarissa bisa-bisanya adalah ibu kandung Liam dan Natalia?
Frans bangun, melangkah maju dan menggandeng Clarissa berdiri dari lantai, dengan lembut menenangkan Clarissa: "Tenang saja, Liam akan baik-baik saja."
Clarissa masih belum keluar dari kesedihan tadi, terlebih lagi sekarang Liam belum keluar dari keadaan kritis, oleh karena itu dia sama sekali tidak bisa merasa tenang.
Dia mendongak, dengan mata yang penuh dengan air mata melihat Frans dan berkata: "Maaf......"
Dia membohongi Frans, menyembunyikan sesuatu dari dia, tidak hanya Frans, dia juga membohongi begitu banyak orang.
"Boleh beritahu aku, siapa orang tua Liam dan Natalia?" Frans bertanya sambil menatapi Clarissa.
Clarissa mengelap air mata di wajahnya: "Punyaku dan Julius."
"Bagaimana mungkin?" Frans bergumam.
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiWahai Hati
JavAliusMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraMy Enchanting Guy
Bryan WuAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaThe Revival of the King
ShintaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)