The True Identity of My Hubby - Bab 96 Mencari tahu (2)
"Mobilku ada di sini." Gwendolyn Tsu menoleh ke arah Justin Yi yang ikut turun ke bawah: "Justin , aku pulang dulu."
Justin Yi mengantarnya sampai di depan pintu, setelah melihat mobilnya menghilang di balik pintu gerbang Kediaman Yi, Justin akhirnya menghela napas lega, lalu dia berbalik dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Keesokan paginya Gwendolyn Tsu pergi ke Villa West Town, ketika dia sampai, Clarissa Yuan sedang bersiap untuk pergi bekerja. Ketika Clarissa melihatnya, kesedihan melintas di dalam hatinya, tapi dia tetap menyapanya sambil tersenyum: " Gwendolyn kenapa kamu datang?"
Apakah Gwendolyn Tsu khusus datang kemari untuk bertemu dengan Julius Yi?
“Aku membantu nenek membawakan sekotak teh untuk Tuan Muda Pertama, dan juga ada yang ingin aku beritahukan kepada kalian.” Gwendolyn Tsu menyerahkan sekotak teh itu kepada Kak Sarah sambil tersenyum.
“Ada apa?” Tanya Clarissa Yuan.
"Acara pertunanganku dan Justin Yi sudah ditetapkan akan diselenggarakan pada akhir bulan ini."
"Benarkah? Selamat," kata Clarissa Yuan dengan tulus.
“Selamat, Nona Tsu.” Kak Sarah yang berdiri di samping juga ikut menyelamati.
“Terima kasih.” Gwendolyn Tsu melihat sekeliling: “Oh ya, Tuan Muda Pertama masih belum turun?”
Kak Sarah bergegas berkata, "Oh, hari ini cuaca cerah, jadi Tuan Muda tiba-tiba merasa bersemangat, dan pergi ke taman untuk mendengarkan musik."
Tuan Muda Pertama mendengarkan musik di taman? Clarissa Yuan merasa heran, kenapa dia tidak tahu soal ini? Dia pikir Julius Yi berada di kamar seperti biasa.
Kak Sarah merasakan keherannya lalu tersenyum dengan tidak enak hati: "Maaf, Nona Muda, Tuan Muda Pertama ingin mendengarkan musik dengan tenang dan dia tidak ingin ada yang mengganggunya, oleh karena itu saya tidak memberi tahu anda.
“Oh.” Clarissa Yuan merasa sedikit kecewa.
Kak Sarah bersedia memberi tahu Gwendolyn Tsu, tetapi tidak bersedia memberitahunya.
Julius Yi juga pasti lebih suka bertemu dan mengobrol dengan Gwendolyn Tsu daripada bersama dirinya sebentar.
Ternyata benar, setelah mengatakan: "Aku akan pergi menemuinya." Gwendolyn Tsu langsung berjalan menuju ke taman belakang.
Gwendolyn lebih berhak menemuinya, bahkan lebih berhak dari pada istrinya
Melihat raut wajahnya yang terlihat tidak begitu senang, Kak Sarah sengaja melihat kearah jam yang berada di dinding lalu mengingatkannya: "Nona Muda, anda hampir terlambat."
Clarissa Yuan mengangguk lalu berjalan menuju pintu gerbang.
Dia tidak ingin melihat adegan saat mereka berdua sedang berduaan!
Gwendolyn Tsu berjalan ke taman belakang, dari jauh dia melihat Julius Yi yang sedang mengenakan kacamata hitam dan jaket sedang duduk di kursi santai di tepi kolam renang, dia terlihat santai dan sangat menikmati musiknya.
Gwendolyn Tsu melihatnya dari jauh, sesaat pikirannya kosong, orang ini menyimpan rahasia yang sangat dalam, sangat dalam sehingga dia tidak bisa mengenalinya.
Mungkin karena sedang memakai earphone Julius Yi juga tidak meyadari Gwendolyn berjalan mendekatinya.
Setelah Gwendolyn Tsu berjalan sampai di sebelahnya dan duduk di sebelahnya, dia baru melepas earphone-nya lalu menoleh untuk bertanya "Clarissa?"
“Ini aku, Gwendolyn.” Gwendolyn Tsu berkata sambil tersenyum.
“Gwendolyn, kenapa kamu datang di sini?” Julius Yi bergegas duduk dengan tegak, lalu melepas kacamata hitamnya dan tersenyum dengan sopan padanya.
"Nenek memintaku membawakan sekotak teh untukmu, aku sudah memberikannya kepada Kak Sarah ."
"Terima kasih."
“Untuk apa berterima kasih, aku juga hanya sekalian lewat.” Gwendolyn Tsu melihat jaket yang membungkus tubuh Julius, lalu tatapan matanya tertuju ke sarung tangan tipis yang membungkus telapak tangan Julius“Julius, kamu kedinginan? Kenapa kamu membungkus dirimu seperti ini? "
Julius Yi terkekeh, "Beberapa hari yang lalu aku flu, dan membuat Clarissa dan Kak Sarah kalang kabut hingga tidak bisa makan dan tidur dengan baik. Kak Sarah takut penyakitku kambuh lagi, jadi dia memaksa aku harus berpakaian seperti ini."
"Bukankah ini benar, udara sekarang sangat dingin, terutama di pagi hari, Tuan Muda Pertama memiliki temperamen yang gampang marah, begitu dia sakit siapa pun tidak sanggup menghadapinya." Kak Sarah membawa dua cangkir teh lalu meletakkannya di atas meja. Setelah itu dia berkata sambil tersenyum: "Nona Tsu , Ini teh Biluochun yang kamu bawa barusan, silahkan di cicipi. "
"Terima kasih, Kak Sarah." Gwendolyn Tsu mengambil cangkir teh lalu menciumnya, setelah itu dia mengangguk: Harum sekali."
Julius Yi berkata, "Aku kira kamu tidak suka minum teh."
“Kadang-kadang aku meminumnya.” Gwendolyn Tsu meletakkan cangkir tehnya, lalu melihat ke arah rumah dan bertanya kepada Kak Sarah : "Eh, kakak ipar sudah pergi bekerja?"
“Hmm, dia sudah hampir terlambat.” Kak Sarah mengambil nampannya lalu berkata: “Kalian lanjutkan ngobrolnya, jika butuh sesuatu, silahkan panggil aku lagi.”
"Baik."
Setelah Kak Sarah pergi, Gwendolyn Tsu menatap Julius Yi dan berkata, "Kakak ipar sedang hamil tapi dia masih pergi bekerja, kamu tidak khawatir dengan kondisi tubuhnya? Aku lihat Yuliana bahkan tidak berani keluar rumah.
"Clarissa sendiri yang mau pergi kerja, dia tidak bisa berdiam diri di rumah."
“Tapi sekalipun dia tidak khawatir dengan dirinya seharusnya dia khawatir dengan anaknya, lagian dia tidak perlu menghidupi keluarga, dia tidak perlu selelah ini.” Gwendolyn Tsu berhenti, dia khawatir Julius salah paham terhadap dirinya, kemudian dia tersenyum: “Julius, kamu jangan salah paham, aku tidak punya maksud lain, aku hanya mengkhawatirkannya dan anak di dalam kandungannya, aku berharap mereka bisa sehat dan selamat. "
"Terima kasih atas perhatianmu, tapi yang penting dia suka, dan juga dia sangat telaten dalam melakukan sesuatu, aku tidak khawatir."
"Hmm, bagus kalau begitu." Gwendolyn Tsu menghentikan topik pembicaraan ini dan menggantinya dengan topik pembicaraan yang lain "Oh ya, ada yang ingin aku beritahukan kepadamu. Justin dan aku akan bertunangan akhir bulan ini."
Julius Yi mengangkat alisnya, "Benarkah? Harinya sudah ditentukan?"
“Hmm, sudah ditentukan,” Gwendolyn Tsu mengangguk sambil diam-diam memperhatikan ekspresi wakahnya.
Julius Yi tersenyum: "Bagus kalau begitu, aku juga sudah bisa merasa tenang."
"Julius ......" tatapan mata Gwendolyn Tsu yang sedang melihat ke arah Julius perlahan lahan menjadi lembut, dia menjulurkan tangannya untuk mengenggam telapak tangan Julius, lalu dia berkata dengan lembut, "Tidak tahu kenapa, hari pertunangan sudah ditentukan, tapi hatiku malah merasa gelisah."
Dia mengenggam tangannya dengan sedikit lebih kuat, tapi Julius Yi bahkan tidak mengedipkan kelopak matanya, sebaliknya dia malah tersenyum dengan lembut: "Mungkin ini fobia pra-nikah seperti yang sering orang-orang katakan."
Dengan kekuatan yang dikerahkan tangannya, jika ada luka di punggung tangan, pasti akan merasa sangat kesakitan, tapi Julius Yi tidak terlihat kesakitan sama sekali.
Apakah tebakannya salah? Dan kenyataannya bukan seperti apa yang dia bayangkan?
Tidak, Justin Yi yang asli tidak seperti ini.
Justin Yi sangat mencintainya, dia mencintainya selama bertahun-tahun, pasti saat bermimpi pun dia ingin menikah dengannya dan punya anak dengannya, bagaimana mungkin ...
"Mungkin iya." Gwendolyn menghela nafas sambil tersenyum getir, "Dulu saat Justin tidak setuju untuk bertunangan, aku selalu merasa cemas dan selalu mendesaknya. Sekarang saat dia setuju, aku malah merasa sedikit takut."
“Jangan khawatir, setelah rasa takutmu ini mereda semuanya akan baik-baik saja” Julius Yi mengenggam telapak tangannya dan menepuk-nepuk punggung tangannya.
"Hmm, aku rasa juga begitu." Gwendolyn Tsu mengangguk sambil tersenyum lalu dia berdiri dari kursinya: "Mendengar perkataanmu, aku sudah merasa jauh lebih tenang, terima kasih, Julius."
"Untuk apa berterima kasih, aku juga berharap kamu dan Justin bisa berbahagia."
"Hmm, kami pasti akan bahagia." Gwendolyn Tsu tersenyum: "Kalau begitu kamu lanjutkan mendengarkan musikmu, aku pergi dulu."
“Baik, hati-hati saat menyetir,” kata Julius Yi dengan lembut.
Novel Terkait
Gaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangWaiting For Love
SnowMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniThe Revival of the King
ShintaAdieu
Shi QiHusband Deeply Love
NaomiLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)