The True Identity of My Hubby - Bab 174 Kebohongannya
“Hmm?” Julius Yi mengangkat alisnya, “Berapa harga yang kamu buka?”
"Seratus enam puluh... seratus enam puluh miliyar rupiah." Clarissa Yuan menatapnya, dan berkata dengan terbata-bata.
“Akhirnya kamu diusir?” Julius Yi mencubiti pipinya sambil tersenyum: “Istriku, kamu sedang merampok?”
Rasa kantuk Clarissa Yuan langsung menghilang, dia bimbang apakah dia harus berterus terang atau tidak, apakah dia harus mengatakan kepadanya sebenarnya semua perhiasan itu hanya dijual seharga empat puluh miliyar rupiah, dan seratus dua puluh miliyar rupiah lainnya dia pinjam dari Frans Tsu .
Sudahlah, situasi sekarang masih sangat genting lebih baik jangan beritahukan hal ini kepadanya, supaya tidak mempengaruhi suasana hatinya, kalau dia tidak senang bisa-bisa dia akan langsung mengembalikan uang itu kepada Frans Tsu.
Clarissa bangun dan duduk di atas tempat tidur, sambil berpura-pura tidak senang dia melirik Julius Yi dan berkata: "Tuan Muda Yi, kamu terlalu menganggap remeh temanmu. Dia sangat kaya, dan dia punya banyak uang. Aku baru selesai berbicara, dia langsung menyetujui harga yang aku buka, sampai sekarang aku masih merasa menyesal kenapa aku tidak meninggikan harganya. "
Julius Yi terkejut, dia ikut bangun dan duduk di atas tempat tidur dengan tak percaya dia berkata: "Benarkah? Dia langsung setuju?"
"Iya, buat apa aku membohongimu," Clarissa Yuan terkekeh: "Ini artinya, aku menjualnya dengan harga yang bagus?"
“Sangat bagus hingga melampaui perkiraanku,” Julius Yi tersenyum lalu menindihnya di atas tempat tidur, dan menciumnya dengan penuh semangat.
Clarissa Yuan yang berada di bawah tubuhnya, melingkarkan tangannya di pinggang Julius, meskipun wajahnya sedang tersenyum, tapi rasa bersalah samar-samar terpancarkan di matanya.
****
Untuk mengamankan saham di tangan Paman Feng, Clarissa Yuan memutuskan untuk pergi ke rumahnya dan berbicara langsung dengannya dan menenangkan dirinya.
Paman Feng tinggal di vila di pertengahan gunung, di dalamnya ada halaman yang sangat besar, kolam renang, dan ruang hiburan. Dekorasi dan fasilitasnya tidak kalah dengan Kediaman tua keluarga Yi.
Ketika Clarissa Yuan tiba, Paman Feng sedang menemani kedua cucunya bermain di taman, sementara Nyonya Feng sedang memetik sayur dan bersiap untuk memasak.
Melihat Clarissa Yuan datang, Paman Feng sepertinya bisa menebak apa tujuan kedatangannya. Dia tidak terlalu antusias kepadanya. Sebaliknya Nyonya Feng merasa kaget dan bertanya, "Kamu Nona Muda keluarga Yi kan? "
Dulu dia ada menghadiri pernikahan Clarissa Yuan dan Julius Yi , jadi dia mengenalinya.
“Halo, Nyonya Feng.” Clarissa Yuan menyapanya dengan sopan.
“Nona Muda cepat masuk dan silahkan duduk.” Nyonya Feng mendorong sayuran hijau di atas meja, dan mempersilahkan Clarissa Yuan duduk, lalu dia berteriak ke dalam rumah: “Dhea, cepat seduhkan teh.
Clarissa Yuan menatap sayuran di atas meja yang sedang dipetik lalu dia bertanya sambil tersenyum: "Nyonya, kenapa kamu memetik sayuran ini sendiri? Apakah kamu tidak mempekerjakan pembantu?"
Nyonya Feng berkata sambil tersenyum: "Kami ada mempekerjakan seorang pembantu, dia bertanggung jawab bersih-bersih dan menjaga anak-anak. Tuan Feng terbiasa memakan masakanku, dia bilang masakan orang lain yang tidak memiliki rasa seperti di rumah, jadi aku hanya bisa memasak sendiri. "
“Oh ya, bagaimana keadaan Nyonya tua belakangan ini? Aku sudah lama tidak bertemu dengannya, dan bagaimana dengan kesehatan ayah mertuamu, apakah dia masih belum bisa keluar dari rumah sakit?” Nyonya Feng bertanya dengan penuh perhatian.
"Terima kasih, atas perhatian Nyonya Feng. Nenek baik-baik saja, tapi kondisi ayah mertuaku masih belum membaik, dia masih tidak bisa turun dari tempat tidur."
"Aih, benar-benar tahun yang buruk. Semoga Direktur Yi bisa melewati kesulitan ini." Nyonya Feng berkata, "Nona muda, panggil aku Bibi Feng saja."
“Nona muda, hari ini kamu tiba-tiba datang berkunjung ... ada perlu apa?” Paman Feng tidak punya pilihan lain selain datang menghampirinya dan bertanya dengan sopan.
“Aku datang untuk melihat kalian.” Clarissa Yuan menunjuk hadiah di atas meja dengan menggunakan dagunya: “Ini hadiah untuk anak-anak, semoga mereka menyukainya.”
Begitu anak-anak mendengar ada hadiah, mereka langsung datang sambil bersorak-sorai.
Clarissa Yuan mengeluarkan hadiah yang dia bawa dan memberikannya kepada anak-anak lalu menemani mereka bermain dengan gembira.
“Apa tujuan kedatangannya?”melihat Clarissa Yuan yang sama gembiranya dengan anak-anak, Nyonya Feng bertanya dengan bingung.
"Jika tidak ada urusan dia tidak mungkin datang." Paman Feng menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya: "Kemungkinan besar dia datang karena saham kita."
Clarissa Yuan , yang sedang bermain dengan anak-anak, tiba-tiba mendongak dan bertanya sambil tersenyum: "Bibi Feng, aku dengar kalian baru pindah ke sini dua tahun yang lalu ?"
"Iya, dulu kami tinggal di pinggiran kota bagian barat ." kata Nyonya Feng.
Clarissa Yuan berdiri, lalu dia berjalan ke samping meja dan duduk, sambil tersenyum dia berkata: "Aku pernah mendengar Julius mengatakan dulu Paman Feng adalah penanggung jawab suatu perusahaan pemasok bahan bangunan. Setelah krisis ekonomi, perusahaan itu bangkrut karena manajemen yang buruk, dan dikejar oleh para penagih hutang dan harus bersembunyi di mana-mana, setelah itu Paman Feng meminta tolong kepada Direktur Yi tapi Direktur Yi tidak setuju, lalu Paman Feng pergi meminta bantuan kepada Nenek, melihat anak-anak Paman Feng yang masih sekolah tapi tidak berani pergi ke sekolah karena dikejar penagih hutang, Nenek yang baik hati membujuk Direktur Yi menyelamatkan bisnis Keluarga Feng. Setelah itu Perusahaan pemasok bahan bangunan Keluarga Feng kembali bangkit, tetapi keuntungannya tidak tinggi. Oleh karena itu Paman Feng menjual perusahaan anda ke Perusahaan Besar Yi dengan imbalan 2% saham Perusahaan Besar Yi. Dividen yang di peroleh membuat Paman Feng bersemangat, dan membuat Paman Feng ingin membeli saham Perusahaan Besar Yi. Oleh karena itu Paman Feng menyiasati pemegang saham kecil Martin Zhang yang suka berjudi hingga dia kehilangan seluruh kekayaannya, dan pada akhirnya dia harus menjual sahamnya yang dua persen kepada Paman Feng .... "
"Nona muda ...!" Paman Feng tidak sanggup mendengarnya lagi, dan dia langsung menyela ucapan Clarissa: "Apa maksudmu?"
Clarissa Yuan menatap wajah Nyonya Feng yang serius dan wajah Paman Feng yang penuh amarah, lalu dia tersenyum: "Paman Feng, jangan marah, aku mengatakan semua ini bukan karena memiliki maksud lain, aku hanya ingin meminta Paman Feng melihat muka Nyonya Tua Yi dan Direktur Yi pernah membantu anda, kendatipun anda ingin menjual saham Perusahaan Besar Yi, tolong anda jangan menjual saham anda kepada Noah Tsu . "
"Bagaimanapun, dulu Paman Feng mendapatkan saham ini dengan tidak mudah, dan selama beberapa tahun ini telah membawa kekayaan yang sangat besar bagi Paman Feng. Pepatah pernah mengatakan, setelah mendapatkan sedikit kebaikan dari orang lain maka kelak harus membalas berkali-kali lipat. Sekarang Perusahaan Besar Yi sedang dalam kesulitan. Aku harap Paman Feng bisa membantu Perusahaan Besar Yi dan menemani Perusahaan Besar Yi melewati kesulitan ini. "selesai berbicara Clarissa Yuan kembali berkata:" Di Perusahaan Besar Yi juga ada bisnis milik keluarga Feng dulu. Bagaimana pun itu juga merupakan fondasi Paman Feng. Menurut Bibi Feng, bagaimana? "
Clarissa tersenyum dan menoleh ke arah Nyonya Feng. Nyonya Feng bergegas mengangguk: "Benar, Nona Muda tidak perlu khawatir, kami tidak akan pernah menjual saham kami kepada si tua Noah Tsu ."
"Istriku...," bisik Paman Feng.
Nyonya Feng diam-diam mencubiti kakinya. Paman Feng hanya bisa tertawa dan berkata, "Yang istriku katakan benar, kami pasti tidak akan menjual saham kami kepada Noah Tsu ."
"Benarkah? Kalau begitu, terima kasih Paman Feng dan Bibi Feng," kata Clarissa Yuan bersemangat.
Nyonya Feng menyeruput teh sambil tersenyum, lalu dia menatap Clarissa Yuan sambil berkata dengan terbata-bata: "Itu ... Nona Muda, kami ingin meminta tolong mengenai satu hal, tentang Martin Zhang ..."
Clarissa Yuan tertawa dan menepuk-nepuk punggung tangan Nyonya Feng untuk menenangkannya: "Bibi Feng, kamu salah paham dengan maksudku. Sebenarnya, aku hanya ingin mengingatkan Paman Feng saham itu diperoleh dengan susah payah, jika dijual sekarang akan sangat sayang. "
"Hmm... ternyata begitu," Bibi Feng mengangguk.
Clarissa Yuan kembali berkata: "Dulu, demi perdamaian internal perusahaan, Direktur Yi menutup sebelah mata atas masalah ini . Sekarang kami juga tidak akan mengungkit kembali masalah ini, Paman Feng dan Bibi Feng tidak perlu khawatir."
“Hmm, terima kasih, Nona Muda.” Bibi Feng berterima kasih padanya.
“Kalau begitu aku tidak akan mengganggu lagi.” Clarissa Yuan bangkit dari kursi dan dengan sopan berkata: “Di sini, aku mewakili Perusahaan Besar Yi, berterima kasih kepada Paman Feng dan Bibi Feng.”
Clarissa Yuan pergi meninggalkan meja, lalu dia bermain sebentar dengan dua anak kecil yang sedang bermain di samping, setelah itu dia berbalik dan pergi meninggalkan villa Keluarga Feng.
Begitu mobil Clarissa Yuan pergi, ekspresi wajah Paman Feng langsung berubah, dia mengertakkan giginya dan berkata, "Jelas-jelas kata-katanya tadi merupakan ancaman, tetapi dia masih mengatakan bukan."
Selesai berbicara, dia menyalahkan Nyonya Feng, yang berkata, "Kamu juga, kenapa kamu menyetujuinya secepat itu? Sekarang, selain Noah Tsu , siapa yang berani membeli saham Perusahaan Besar Yi?"
“Suamiku, sudahlah.” Nyonya Feng menggeser kursinya dan mendekatinya lalu dia menepuk punggungnya. “Selain masalah Martin Zhang , kita memang memiliki hutang budi kepada Keluarga Yi, sekarang mereka datang bicara baik-baik dengan kita dan meminta kita untuk tidak menjual saham kita. Kita juga tidak mungkin tidak memberikan muka kepada mereka. "
"Apanya bicara baik-baik, jelas-jelas dibalik senyumanannya mengandung makna mengancam!"
“Kita juga tidak punya pilihan lain, siapa suruh kelemahan kita ada di tangan mereka.” Nyonya Feng mendesah: “Sejauh yang aku tahu, putra Martin Zhang adalah seorang gangster, kalau dia tahu akan kebenaran ini, bisa jadi dia akan membalas dendam kepada kita. "
“Meskipun begitu kita juga tidak boleh ikut binasa bersama Perusahaan Besar Yi?” Paman Feng masih marah.
“Tapi itu jauh lebih baik daripada setelah mendapatkan uang tapi harus menjalani hari yang penuh dengan kekhawatiran.” Nyonya Feng terus membujuk: “Kalau Perusahaan Besar Yi binasa, kita masih punya jalan keluar lain. Kalau nyawa kita hilang, kita akan kehilangan semuanya.”
Kata-kata istrinya ini sangat masuk akal, akhirnya Paman Feng hanya bisa menghela nafas dengan pasrah.
****
Setelah Clarissa Yuan keluar dari rumah Paman Feng, dia tidak langsung pulang, sebaliknya dia pergi ke tempat parkir bawah tanah Perusahaan Besar Yi.
Dia memarkir mobilnya di pojokan, lalu dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Julius Yi. Julius Yi yang berada di balik telepon sepertinya sedang sibuk, dia bertanya dengan tidak fokus, "Ada apa? Istriku."
"Apakah hari ini kamu bisa pulang kerja tepat waktu? Aku akan menunggumu di tempat parkir bawah tanah." Clarissa Yuan bertanya sambil tersenyum.
Julius Yi tersenyum: "Kamu datang untuk berselingkuh lagi, tidak takut dilihat orang?"
“Aku berada di tempat yang sangat tersembunyi, tidak akan kelihatan.” Clarissa Yuan memutar matanya, selingkuh? Bisakah dia tidak menggunakan kata-kata yang tidak enak didengar seperti itu?
“Baik, tunggu aku.”selesai berbicara Julius Yi langsung menutup telepon.
Sepuluh menit kemudian, Julius Yi berjalan keluar dari lift. Dia melirik ke sekeliling tapi dia tidak melihat sosok Clarissa Yuan, saat dia hendak mengeluarkan ponselnya seseorang tiba-tiba muncul di sisinya, dia masih belum sempat bereaksi tiba-tiba orang itu langsung memeluknya dari belakang.
"Direktur Yi, aku sangat mencintaimu. Hari ini, karena tidak bisa menahan diri aku khusus membelikan kue untukmu, dan juga aku membelinya dengan menggunakan waktu pulang kerja." suara manja Sekretaris Lee terdengar dari belakang tubuhnya.
Julius Yi tertegun sejenak, setelah itu dia tersenyum dan meraih tangan kecilnya, nada bicaranya juga sangat lembut: "Kenapa kamu tidak mengatakannya lebih awal? Kita bisa bersembunyi di ruang istirahat dan makan disana."
"Bukankah sebelumnya kamu tidak mengizinkanku membelinya?"
Julius Yi mengangkat telapak tangan wanita itu ke arah bibirnya lalu dia menciumnya: "Sebelumnya aku takut ketahuan oleh pacarku yang galak, oleh karena itu aku menolakmu dengan kejam, lain kali....
Novel Terkait
Love And War
JaneVillain's Giving Up
Axe AshciellyIstri ke-7
Sweety GirlBack To You
CC LennyIstri Pengkhianat
SubardiMeet By Chance
Lena TanMy Goddes
Riski saputroBaby, You are so cute
Callie WangThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)