The True Identity of My Hubby - Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
Asisten Lin sudah merasa dia bukan sedang mengemudi mobil, melainkan mengemudikan pesawat, bahkan menerobos lampu merah, tak heran jika dalam beberapa saat akan ada mobil polisi yang mengejar.
Julius Yi juga tahu mobil itu sudah melaju dengan sangat cepat, hanya saja melihat Clarissa Yuan yang terluka sedemikian parah bagaimana mungkin dia tidak panik?
Saat dia berdiri di sisi jendela dan melihat keadaan di bawah tadi, begitu dia melihat mobil Clarissa Yuan terparkir di depan pintu Perusahaan Yi, hatinya merasa tidak tenang, dan dia tidak mengindahkan halauan Asisten Chen lalu segera turun menggunakan elevator.
Setelah sampai di lantai satu, karena mendapati Clarissa Yuan berhasil membujuk para warga untuk pergi, dia pun tidak keluar, dan hanya memperhatikan saja dari pintu elevator. Tidak disangka para warga yang sudah mulai tenang itu, mendadak menjadi begitu agresif, dan menjadi begitu buas menyerang.
Para pemuda itu jelas-jelas menyerang Claarissa Yuan, tapi mengapa hanya menyerangnya seorang? Jelas-jelas yang berurusan dengan uang adalah dia!
Mobil itu pun berhenti di depan pintu UGD, tanpa menunggu mobil itu berhenti dengan sempurna Julius Yi sudah menggendong Clarissa Yuan turun, dan berlari masuk ke dalam UGD.
Clarissa Yuan dibawa masuk ke dalam ruang rawat darurat, dan keadaan di sepanjang lorong seketika menjadi tenang.
Setelah pintu kaca ruang gawat darurat menghalangi pandangan Julius Yi, dia pun terhuyung mundur, dan duduk terjatuh di kursi tunggu di lorong koridor.
Kemudian, ponselnya berdering, tapi dia tidak mempedulikannya.
Asisten Lin membantunya mengangkat telepon itu, dan dari ujung telepon itu terdengarlah suara khawatir dan panik Teresa Wang: "Presdir Yi? Tadi aku melihat Clarissa dipukul oleh seseorang di televisi, apakah mataku menipuku? Apakah aku salah lihat?"
Asisten Lin melirik ke arah Julius Yi, dan dengan penuh bersalah menjawab: "Nyonya, memang benar Pengacara Yuan terluka, tapi sepertinya bukan masalah yang begitu besar."
"Astaga, ternyata itu bukan tipuan?" Teresa Wang kembali bertanya: "Jadi sekarang dia bagaimana? Ada di rumah sakit mana? Aku ingin melihatnya!"
Asisten Lin memberikan beberapa kata untuk menenangkannya, lalu memberikan alamat rumah sakit baru kemudian menutup teleponnya.
Setelah menyimpan ponselnya, dia mendekati Julius Yi yang diam seribu bahasa, kemeja dan dasinya penuh dengan darah, dengan khawatir dia berkata: "Presdir Yi, bagaimana jika anda pulang dulu dan mandi kemudian berganti pakaian, aku akan di sini dan menunggu, lagipula ibu Pengacara Yuan akan segera datang."
Julius Yi tidak peduli baju yang melekat di tubuhnya, dan dengan tanpa ekspresi dia berkata: "Kamu kembalilah dan selesaikanlah masalah itu, pastikanlah untuk menangkap orang-orang biadab itu."
"Presdir Yi apa anda juga merasa bahwa orang-orang itu sengaja datang untuk mencelakakan Pengacara Yuan?"
"Masih perlu berpikir? Lagipula aku juga bisa menebak mereka adalah orang suruhan keluarga Tsu, jadi pastikan untuk tidak melepaskan mereka." Julius Yi mendengus dengan penuh dengki.
Asisten Lin mengangguk: "Saya mengerti, saya akan menyelesaikannya segera."
Tak lama setelah Asisten Lin pergi, Clarissa Yuan didorong keluar dari ruang rawat darurat oleh dokter.
Julius Yi seketika itu juga bangkit berdiri dari kursi, dan agak tenang ketika memandang wajah putih nan pucat Clarissa Yuan membentuk sebuah senyuman.
"Clarissa, kamu tidak apa-apa?" Dia melangkah maju, dan menggenggam tangan Clarissa erat-erat.
Begitu cepatnya keluar dari ruang rawat darurat, dia mengira........
Dia sangat takut saat dokter keluar, dengan wajah penuh rasa bersalah berkata kepada nya: Maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga.
"Aku baik-baik saja." Clarissa Yuan membalas genggaman tangan Julius Yi, dan melihatnya begitu berantakan Clarissa pun tersenyum lebar: "Sangat terkejut ya?"
Dia tahu Julius Yi pasti sangat terguncang, jadi dia meminta dokter untuk segera mengantarnya kelaur dari ruang rawat darurat, dan memasang ekspresi santai untuk menemuinya.
"Tentu saja terkejut sekali." Julius Yi sama sekali tidak berniat untuk menutupi perasaannya, kemudian dia menatap dokter dan bertanya: "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"
Dokter itu menjawab sambil tertawa: "Tenang saja, melihat keadaan saat ini seharunya tidak ada masalah besar, yang terpenting hanyalah guncangan yang didapatkan dari luka di kepala, luka itu sendiri dijahit 8 jahitan, nanti saya akan mengambil hasil X-Ray untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada masalh atau tidak."
"Terima kasih." Julius Yi menghela setengah nafas, hatinya begitu sedih.
Belum lama sejak kejadian kecelakaan mobil, hari ini kepalanya kembali terluka, dan dijahit pula, bagaimana bisa dia tidak sedih?
Melalui hasil pemeriksaan X-Ray, selain sedikit gegar otak ringa yang dialami Clarissa Yuan, tidak ada penggumpalan darah ataupun keretakan tulang, dokter berkata setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit sudah boleh pulang.
Saat itu, barulah Julius Yu menghela sisa beban yang masih di tahannya dan berangsur-angsur menjadi tenang, dia menggenggam tangan mungil Clarissa Yuan dan mengecupnya, kemudain tersenyum dan berkata: "Untung saja tidak apa-apa, jika tidak kita akan kembali sakit bersama lagi."
Clarissa Yuan menatapnya: "Bagaimana denganmu? Mereka tidak melukaimu kan?"
Saat itu orang-orang itu begitu agresif, dia mengira pasti Julius Yi pun ikut terpukul.
Julius Yi menggelengkan kepala: "Aku baik-baik saja, sama sekali tidak ada apa-apa."
Orang-orang itu datang untuk menyerang Clarissa Yuan, selain dia tidaka da seorang pun yang mereka lukai.
Melihatnya sepertinya tidak apa-apa, Clarissa Yuan pun merasa lega, kemudian pandangannya terarah pada kemeja Julius Yi dan tersenyum: "Cepatlah pulang dan ganti pakaianmu, aku tidak apa-apa di sini sendirian."
"Tidak apa-apa, aku sudah menyuruh orang untuk mengantarkan pakaianku ke sini." Julius Yi bertanya dengan sedih: "Lukanya sangat sakit ya?"
"Tidak begitu sakit."
"Dijahit begitu banyak jahitan bagaimana bisa tidak sakit."
"Karena ada kamu." Clarissa Yuan tersenyum polos.
"Kalau begitu aku tidak akan kemana-mana." Julius Yi kembali menggenggam tangannya erat, dan berkata dengan serius: "Besok jika terjadi hal seperti ini lagi, jangan sekali-kali kamu melangkah maju mengerti? Orang-orang itu begitu agresif mereka tidak akan peduli jika kamu mati atau hidup."
"Iya aku mengerti, lain kali aku akan lebih berhati-hati, tidak akan merepotkanmu lagi."
"Aku bukannya takut repot, aku mengkhawatirkanmu, sayang."
"Aku tahu." Clarissa Yuan tersenyum.
Tiba-tiba terdengar pintu kamar itu diketuk, Clarissa Yuan segera menarik tangannya yang digenggam oleh Julius Yi, dan memiringkan wajahnya, berpura-pura untuk tidur.
Julius Yi juga dengan cepat berdiri dari kursi, dan melangkah mundur.
Jika orang lain melihatnya begitu mesra dengan Clarissa Yuan, akan muncul masalah yang baru lagi.
Orang yang membuka pintu dan masuk tak lain tak bukan adalah Teresa Wang, melihat anak perempuannya berbaring di atas ranjang rumah sakit tak bergerak, Teresa Wang pun tak kuasa menahan tangis nya dan segera masuk mendekat, kemudian mengguncang tubuh Clarissa Yuan: "Clarissa! Mengapa kamu begitu bodoh? Perusahaan Yi mendapatkan masalah itu apa hubungannya denganmu? Kamu dengan sangat bodohnya berlari mendekat."
Setelah selesai menangis pun dia menatap ke arah Julius Yi dan bertanya: "Mengapa Clarissa kami menjadi seperti ini? Dokter bilang apa?"
"Dokter berkata tidak ada masalah, istirahat beberapa hari sudah bisa keluar dari rumah sakit." Kata-kata Julius Yi diiputi dengan rasa bersalah.
Hanya saja perasaan bersalahnya tidak membuat Teresa Wang memaafkannya, Teresa Wang menunjuknya dengan jari telunjuknya dan berkata dengan marah: "Julius Yi kalian keluarga Yi bisakah memiliki rasa tanggung jawab sedikit? Clarissa kami sudah menikah ke keluarga Yi selama beberapa lama, jika bukan kecelakaan adalah keguguran, sekarang masih pula terluka karena keributan orang, apa kalian layak menerima Clarissa kami?"
"Maaf, kami yang tidak bisa melindunginya dengan baik." Julius Yi menurunkan pandangannya dan meminta maaf.
Teresa Wang masih belum selesai mengeluarkan amarahnya, saat tiu Clarissa Yuan yang bergolek-golek di atas kasur tidak tahan lagi, dan perlahan membuka kedua matanya: "Bu, jangan salahkan Julius lagi, ini tidak ada hubungannya dengannya."
"Bagaimana bisa tidak ada hubungannya? Perusahaan Yi adalah dasar keluarga Yi."
"Bu, Perusahaan Yi juga adalah keluargaku."
"........" Teresa Wang terdiam.
Julius Yi pun juga diam-diam mulai tersenyum, dan diam-diam mencubit tangan Clarissa Yuan dengan pelan.
Teresa Wang baru teringat mengkhawatirkan keadaan tubuh Clarissa Yuan, dan menatap ke arahnya: "Oh iya, bagaimana lukamu? Apakah lukanya parah? Apakah sangat sakit? Dokter bilang bagaimana?"
"Lukanya tidak parah, juga tidak sakit, tenanglah saja." Clarissa Yuan menjawab.
Teresa Wang pul mulai tenang, tapi masih tidak lupa melmparkan pandangan benci kepada Julius Yi.
Setelah mengetahui bahwa Clarissa Yuan baik-baik saja, Teresa Wang pun tidak berlama-lama di situ.
Setelah Teresa Wang pergi, Clarissa Yuan melirik ke arah Julius Yi, dan tertawa: "Tuan Muda, baru sekali ini aku melihatmu begitu menurut, demi apa."
"Itu karena makian ibu masuk akal, dari awal memang aku yang tidak melindungimu." Julius Yi juga turut tertawa: "Kamu kira aku akan sembarangan menurut kepada semua orang?"
****
Setelah dua hari beristirahat, luka Clarissa Yuan sudah jauh lebih baik.
Sebenarnya dia ingin keluar dari rumah sakit, tapi tidak diizinkan oleh Julius Yi, disuruhnya dia untuk menginap satu hari lagi.
Setelah Julius Yi selesai mengurus keperluannya, dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit, Asisten Lin berjalan masuk dan menatapnya: "Presdir Yi, anda bersiap untuk keluar?"
"Iya, ada apa?"
"Hm, tentang para warga yang agresif itu."Asisten Lin berkata tanpa daya: "Beberapa orang itu tidak tahu menerima uang dari ayah dan anak Perusahaan Tsu ada keuntungan apa, mereka menyatakan mereka menyerang Pengacara Yuan atas kemauan mereka sendiri, tanpa ada campur tangan instruksi di belakang layar."
Hasil ini memang sudah diprediksi oleh Julius Yi, karena bisa memanfaatkan kekacauan ini, secara natural mereka dari awal sudah membuat persiapan, dan sudah memikirkan jalan keluarnya.
Jangan bilang Clarissa Yuan hanya terluka saja, dan tidak dipukul sampai mati, paling-paling pihak lain hanya akan dijatuhi hukuman 10 sampai 20 tahun penjara karena pembunuhan yang tidak disengaja. Yang dimiliki oleh Perusahaan Tsu adalah uang, dengan membayar beberapa milyar saja, banyak orang yang bersedia melakukannya.
Julius Yi pun menghela nafas dengan frustasi dan berkata: "Aku mengerti."
Selain menahannya, apalagi yang bisa dia lakukan?
Tapi dia bersumpah, suatu hari nanti dai akan membantu Clarissa Yuan menguak semuanya ini.
Julius Yi tidak mengatakannya kepada Clarissa Yuan bahwa orang-orang itu sengaja melukainya, karena merasa tidak perlu. Setelah memberitahunya, selain menambah kebencian di hatinya, dan membuatnya merasa tidak nyaman, tidak ada satu pun keuntungan darinya.
Clarissa Yuan melihatnya mengeluarkan kotak makan siang, dan dengan hati-hati menyorongkan sesendok nasi ke mulutnya, wajahnya penuh kelembutan dan kasih sayang: "Sayang, buka mulutnya dan makanlah."
Setelah Clarissa Yuan menerima suapan itu, dia mengulurkan tangan dan mengambil mangkok dan sumpit yang ada di tangan Julius Yi: "Aku sendiri saja."
"Mengapa tidak membiarkanku menyuapimu?" Ekspresi Julius Yi terlihat sangat kecewa, dia juga ingin belajar menyuapi orang.
"Yang terluka juga bukan tanganku, mengapa harus kamu suapi?" Clarissa Yuan memakan sesuap nasi kemudian melihat ke arahnya: "Cepatlah kembali ke kantor."
"Aku baru saja datang dan kamu menyuruhku untuk pergi?"
"Pekerjaan sangat sibuk, dan aku juga sudah sama dengan orang normal, tidak perlu kamu temani." Sekarang ini kantor kekurangan orang untuk bekerja, dai tidak ingin menambah beban hati Julius Yi.
Novel Terkait
Pergilah Suamiku
DanisPengantin Baruku
FebiMy Only One
Alice SongIstri Yang Sombong
JessicaThis Isn't Love
YuyuYou're My Savior
Shella NaviThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)