The True Identity of My Hubby - Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
“Bukankah kamu masih memikirkan Clarissa, wanita sialan itu? Kalau berani, cari saja dia, lihat apakah dia masih mempedulikan kamu!”
“Cih!” Julius membalikkan badan, keluar dari kamar.
Gwendolyn yang di atas ranjang melanjutkan : “Kamu pergi mencari dia juga tidak ada gunanya, biar aku beritahu saja, sekarang dia sudah tinggal di villa kakakku, mereka berdua dekat sekali! Sudah sejak lama mereka tinggal bersama.”
Tangan Julius yang menggenggam pegangan pintu mengepal, langkah kakinya sempat berhenti sejenak, kemudian membuka pintu dan langsung keluar.
Nyonya tua yang menguping di luar dikagetkan oleh Julius, Julius menatapnya sekilas, kemudian pergi ke arah ruang buku.
Melihat sosok belakang Julius yang menjauh, nyonya tua menghela nafas dan masuk ke dalam kamar.
Melihat nyonya tua, Gwendolyn yang di ranjang langsung menangis keras, dengan terisak ia berkata kepada nyonya tua : “Nenek, Julius ingin tidur terpisah dengan aku, padahal hari ini baru malam pengantin.”
Nyonya tua duduk di tepi ranjangnya, dan berkata sambil menepuk punggung tangan Gwendolyn : “Gwendolyn, kamu bukannya tidak tahu bagaimana asal mula pernikahan kalian, apa kamu masih berharap dia langsung mencintai kamu, harmonis dengan kamu?”
Air muka Gwendolyn berubah, dengan emosi dia melototi nyonya tua dan berkata “Apa maksud nenek? Kamu juga tidak ingin dia tidur satu ranjang dengan aku, betul bukan? Kamu juga merasa Clarissa lebih baik dari aku?”
“Tidak.” Nyonya tua segera menjelaskan : “Tidak peduli antara kalian siapa yang menikah dengan Julius, aku selalu berharap kalian bisa harmonis, aku hanya ingin memberitahu kamu, kalau memang antara kamu dan Julius tidak ada perasaan, maka manfaatkan kehidupan selanjutnya untuk menanam benih-benih cinta, kembangkan perlahan, juga jangan terlalu buru-buru, beri dia waktu untuk kembali mencintai kamu lagi.”
Setiap perkataan yang dikatakan nyonya tua benar-benar dari dalam hatinya, kalau memang Gwendolyn sudah menikah dengan Julius, tentu saja dia berharap dua orang ini bisa harmonis, lagi pula bertengkar setiap hari juga menyakitkan hati dan jiwa, dia juga takut Gwendolyn benar-benar mengadu ke ayahnya dan membuat Noah emosi.
Nyonya tua melanjutkan lagi : “Kamu lupa waktu itu Yuliana, justru karena terlalu buru-buru, setiap hari bertengkar dengan Juwono, akhirnya dia semakin hari semakin jauh dengan Juwono, aku tidak berharap kamu dan Julius juga seperti itu.”
Julius masuk ke dalam ruang kerja, dengan hati yang kacau dia menuang bir.
Sudah tidak sedikit dia minum bir hari ini, tapi saat ini dia tetap merasa risau dan masih ingin minum, apalagi setelah mendengar perkataan Gwendolyn tadi, dia semakin risau.
Clarissa menginap di villa Frans? Mereka sudah tinggal bersama? Bagaimana boleh begitu cepat? Bagaimana boleh!
Ponsel di atas meja berdering, Julius mengambil ponselnya hendak mematikan panggilan, tapi ia berubah pikiran saat melihat nomor yang muncul di layar, dia menekan tombol menerima panggilan.
Tanpa menunggu Frans membuka mulut, dia langsung menyindir dengan suara dingin : “Tuan muda Tsu menelepon tengah malam begini, apakah karena ingin mengumumkan kemenangan?”
“Julius, apa maksud kamu?” Ditanya seperti itu, Frans kebingungan sekali.
“Clarissa di rumah kamu bukan?”
“Benar, bagaimana kamu tahu?” Frans menoleh ke Clarissa yang sudah ribut semalaman, yang kemudian akhirnya dengan tidak gampangnya sudah mendiam.
Jawabannya membuat hati Julius merasa tertusuk seketika, rasanya sakit sekali, setelah diam beberapa detik baru dia berkata : “Aku sudah tahu, sudah boleh ditutup teleponnya?
“Julius......”
“Ada apa lagi?”
“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tanya apakah Gwendolyn baik-baik saja.” Frans menarik nafas pelan, lalu melihat Clarissa sekali lagi.
Dirinya juga tidak tahu kenapa menelepon Julius, karena Clarissa memanggil namanya semalaman, karena melihat Clarissa sangat menderita ,jadi dia menelepon ke nomor Julius.
Tapi satu pertanyaan dari Julius membuat dia sadar, dia hampir lupa, malam ini yang bersama Julius adalah Gwendolyn, adalah adik kandungnya sendiri. Dengan tidak gampangnya Gwendolyn baru bisa mendapatkan pernikahan ini, meskipun dia tidak merestui, tapi juga tidak seharusnya dia merusak malam pengantinnya.
Kalau dia benar-benar berbuat seperti itu, Gwendolyn akan membencinya seumur hidup, dan ketegaran yang dipaksakan Clarissa juga akan kehilangan maknanya karena ini.
“Keadaannya baik sekali.” Setelah itu Julius mematikan telepon dengan muram.
Frans memegang ponsel yang sudah dimatikan itu dengan erat, lalu menarik nafas perlahan dan kembali ke tepi ranjang Clarissa.
Melihat dia yang masih mengerutkan alis walaupun sudah tidur lelap, hati Frans sungguh tidak tega hingga dia mengulurkan tangannya mengelus alis Clarissa dengan lembut, Clarissa mengerutkan alis sebentar seperti disetrum listrik, kemudian membalikkan badan membelakanginya.
“Tidurlah yang nyenyak.” Ucap Frans ke Clarissa, lalu keluar dari kamar tamu tersebut.
****
Keesokan harinya, Clarissa tidur sampai 9 baru bangun, diamatinya sekeliling yang terasa asing, dia sungguh tidak mengingat ini di mana, dan bagaimana dirinya bisa sampai di sini.
Dia teringat, semalam dirinya minum bir dengan Frans, berarti ini pasti rumahnya?
Dia menundukkan kepala melihat pakaiannya, syukur, masih rapi.
Melakukan sembarangan hal setelah mabuk juga tidak jarang ia lakukan, jangan sampai membuat malu diri sendiri di depan Frans.
Setelah beradaptasi dengan sakit kepalanya, dia turun dari ranjang, dicarinya kamar mandi dan merapikan diri sendiri, kemudian keluar dari kamar.
Saat sampai di lantai bawah, Frans baru saja kembali dari mengantar Liam dan Natasia ke sekolah, melihat dia sudah bangun, Frans menyapa sambil tersenyum : “Sudah bangun?”
“Iya……” Clarissa tersenyum dengan tidak enak hati, lalu bertanya : “Semalam……apakah aku mabuk sekali?” Tidak mengapa-apakan kamu bukan?”
“Lumayan, setidaknya aku masih selamat.”
“Maaf, sudah kubilang aku tidak jago minum bir, setelah minum bir pasti akan merepotkan orang lain.”
“Tidak masalah, jadi aku pun sekalian bawa kamu pulang ke sini.” Frans tidak memberitahunya bahwa semalam dia menangis histeris dan memanggil nama Julius semalaman.
“Pasti sudah lapar bukan, sini sarapan dulu.” Frans ke meja makan terlebih dahulu, dan mengeluarkan sarapan yang ia bawa pulang ke meja.
Clarissa mengikutinya ke meja makan dan bertanya : “Di mana Liam dan Natasia? Sudah ke sekolah?”
“Iya, karena takut mereka membangunkanmu, aku tidak berani bilang kalau kamu ada di sini.” Ucap Frans.
Semalam Clarissa meributkan ingin bersama Liam dan Natasia, jadi barulah dia membawanya pulang ke villa, tapi setelah sampai di villa dia sudah tertidur, juga sudah lupa soal bertemu Liam dan Natasia.”
Mengenai ini, Clarissa tidak ingat sama sekali.
Clarissa sarapan dengan sederhana di rumah Frans, kemudian langsung pergi ke kantor.
Karena kemarin adalah hari pernikahan Julius dan Gwendolyn, para karyawan kantor pun mulai menggosip lagi, satu per satu dari mereka menatap dirinya dengan prihatin.
Clarissa menarik nafas dalam-dalam di depan kaca, menatap dirinya sendiri yang tampak lesu sekali, memang tampak seperti wanita yang ditinggalkan. Agar tidak membuat yang lain terus menatapnya dengan prihatin, dia mencuci muka dengan air dingin supaya tampak lebih bersemangat.
Julius dan Gwendolyn sudah menikah, ini adalah kenyataan yang tidak bisa diubah, kalua memang sudah memilih jalan ini, dia hanya bisa menjalaninya saja sampai akhir.
****
Clarissa memilih untuk tetap bekerja di Future Law Office, jadi tentunya dia sudah ada persiapan hati untuk akan ketemu Julius kapan saja.
Melalui keputusan rapat direktur, Julius menggantikan posisi Carter sebagai komisaris utama dari perusahaan Yi.
Dia menjadi orang tertinggi di perusahaan Yi, kesempatan Clarissa untuk bekerja dengan Julius juga berkurang, baginya ini termasuk hal yang baik.
Clarissa bertemu dengan Julius di hari keenam setelah pernikahan Julius dengan Gwendolyn, yaitu di rapat proyek baru perusahaan Yi, Julius secara langsung memimpin rapat tersebut.
Saat rapat sudah akan berakhir, Julius menatap Clarissa sekilas dengan tatapan datar,lalu bertanya kepada Asisten Lin : “Sebentar lagi adalah acara perlombaan pengacara untuk dekade baru bukan?”
Asisten Lin menatap Clarissa, kemudian ke Julius dan berkata : “Komisarius Julius, satu tahun ini Future Law Office bekerja dengan baik sekali di perusahaan Yi, apakah perusahaan Yi perlu untuk mengganti pengacara?”
“Sudah satu tahun, waktu berlalu dengan cepat sekali.” Julius tertawa mengejek.
Satu tahun yang lalu dia dan Clarissa saling mengenal, menikah, demi mempertahankan pekerjaannya, dia dipekerjakan sebagai pengacara untuk perusahaan Yi. Dalam sekejap satu tahun sudah berlalu, dia dan Clarissa sudah bercerai, menjadi dua orang asing yang tidak berhubungan sama sekali.
“Pada dasarnya Future Law Office memang tidak memenuhi standar untuk menjadi pengacara perusahaan Yi, menggantinya adalah hal yang wajar.” Ucapnya.
Clarissa menundukkan kepala menatap berkas yang di atas meja, tentu saja dia tahu Julius sengaja, dan saat ini dia juga tidak tahu harus mengatakan apa, biar Julius saja yang memutuskan.
Lagipula apa yang dia katakan tidak salah, Future Law Office memang tidak sebagus yang lain.
“Itu……Komisaris Julius, menurut saya lebih baik tidak perlu.” Justin membuka mulut : “Future Law Office sudah sangat mengenal cara kerja kita, serta seperti yang dikatakan asisten Lin, satu tahun ini Future Law Office bekerja dengan baik, tidak perlu mengikuti tender lagi.”
Julius menutup berkas yang ada di tangannya dan berkata : “Future Law Office harus diganti, Justin, urusan ini diserahkan ke kamu.”
Justin menatap Clarissa, seketika ia tidak bisa banyak berkata lagi, hanya bisa memilih untuk diam.
Setelah selesai rapat, Clarissa ragu-ragu agak lama, pada akhirnya dia tetap datang ke depan pintu kantor Julius.
Dia mengetuk pintu dengan hati-hati, dan masuk setelah Julius mempersilakan.
Saat dia masuk, Julius sedang berdiri depan jendela sambil melihat pemandangan luar sana.
Julius membalikkan badan, dia tidak terkejut saat melihat yang datang adalah Clarissa, dia hanya tersenyum kecil dan berkata dengan nada dingin : “Pengacara Yuan, ada apa?”
Clarissa menghentikan langkah di kejauhan 3 meter darinya, serta berkata dengan serius : “Komisaris Julius jika mengganti Future Law Office karena tidak ingin melihat saya, mungkin tidak perlu seribet itu, saya cukup meminta Presiden Zhang mengutus seorang pengacara yang kemampuannya lebih baik dari saya.”
“Pengacara Yuan, sepertinya anda terlalu menganggap diri sendiri benar.”Julius tersenyum mengejek : “Kamu kira kamu punya pesona yang begitu besar? Yang bisa membuat aku senantiasa memperhatikan kamu?”
“Jelas-jelas sedang melakukan pekerjaan dengan perasaan, malah tidak berani mengakuinya, sejak kapan komisaris Julius jadi begitu pengecut?”
Julius menatapnya dan menggertakkan gigi : “Pengacara Yuan, apakah anda sengaja datang untuk mencari masalah?”
“Bukan, saya hanya berharap kamu bisa membedakan masalah dengan jelas, jangan karena aku lalu melibatkan Future Law Office.” Asalkan sekali mengingat ekspresi Presiden Zhang yang rumit sekali itu, Clarissa langsung tidak berani menyampaikan kabar ini ke dia.
Novel Terkait
After The End
Selena BeeDark Love
Angel VeronicaPria Misteriusku
LylyMy Secret Love
Fang FangThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensAdieu
Shi QiYama's Wife
ClarkThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)