The True Identity of My Hubby - Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)

Saat Clarissa turun dengan membawa kado tersebut, Yuliana dan Gwendolyn sedang mencoba kalung permata, melihat Clarissa turun, Yuliana berkata kepadanya dengan ceria : “Kakak ipar pertama, lihat, ini kado pertemuan yang kakak ipar kedua beri, cantik tidak?”

Clarissa mengamati kalung permata merah di lehernya dan tidak tahan untuk memuji : “Cantik sekali.”

Kalung permata ini memang sangat cantik, apalagi dipakai oleh wanita cantik seperti Yuliana, serta sekali lihat saja sudah tahu harganya pasti tidak murah.

Clarissa merasa kagum, di saat yang bersamaan juga merasa berterima kasih sekali kepada Julius karena sudah perhatian dengan cermat, tahu untuk menyiapkan kado. Kalau tidak, jika Gwendolyn memberi kalung permata kepada Yuliana, sementara dia tidak menghadiahkan apa pun, tidak enak hati sekali.

Gwendolyn menengadahkan kepala tersenyum kepada Clarissa : “Kakak ipar pertama, waktu itu tidak sempat pulang untuk menghadiri pernikahan kamu dengan abang pertama, sampai sekarang masih berhutang satu hadiah untuk kamu, lain kali pasti akan kuberi.”

“Tidak apa-apa, acara pernikahannya juga sudah lewat.” Kata Clarissa sambil tertawa.

Yuliana menyimpan kembali kalung pertama tersebut ke dalam kotak, lalu dengan pura-pura kesal ia berkata kepada Clarissa : “Clar, padahal kita teman sekolah, tapi malah tidak mengundang aku saat menikah, sungguh sombong sekali.”

“Maaf, saat itu hanya acara kecil saja, aku tidak mengundang siapa pun.” Clarissa menyodorkan kotak perhiasan ke hadapannya dan berkata sambil tersenyum : “Ini hadiah pernikahan yang aku beri, coba lihat suka apa tidak.”

Yuliana melihat sekilas kotak perhiasan di tangannya, di permukaan kotak tidak tetulis giok.

Kalau soal giok, ada dibedakan yang bagus dengan yang tidak, hanya dengan puluhan ribu sudah bisa beli gelang giok yang susah dibedakan asli dan palsunya, dan berdasarkan ekonomi Clarissa sekarang, dia sungguh tidak percaya Clarissa bisa memberikan giok yang bagus.

Namun dia tetap menerima dengan sopan, dia tidak terlalu mengerti soal batu giok, juga tidak suka perhiasan yang kuno, dia lebih suka permata atau pun berlian yang cocok dengan usianya sekarang.

Dan saat ia membuka kotak perhiasan, ekspresi Gwendolyn perlahan berubah.

Yuliana memainkan gelang giok di tangannya, lalu dibandingkannya dengan gelang giok di pergelangan tangan Clarissa, dan berkata : “Menurut aku yang di tangan kamu lebih cantik, harusnya juga lebih berharga.”

Clarissa tersenyum kecil dan menarik gelang gioknya ke dalam lengan baju, sorotan mata Yuliana yang tajam membuat ia merinding.

Ini adalah gelang giok yang diwariskan turun temurun di dalam keluarga Yi, Yuliana sudah mengetahuinya dari Gloria. Meskipun tahu dirinya sebagai nyonya muda ketiga tidak berhak memilikinya, tapi dalam hati ia tetap tidak rela.

Dia adalah ibu dari cucu pertama dalam keluarga Yi, apakah statusnya tidak lebih mulia dari Clarissa?

Di saat ini Gwendolyn membuka mulut : “Tahu apa kamu? Ini adalah giok putih dari Uygur, sekarang sudah berhenti produksi, ingin membeli pun tidak akan dapat, dan harganya juga sangat mengejutkan.”

Yulian dan Clarissa pun terkejut, sorotan mata curiga jatuh ke dirinya bersamaan.

Bagaimana dia bisa begitu mengerti soal giok? Serta, mengapa ia emosi sekali?

Gwendolyn menyadari pandangan tidak mengerti mereka , lalu baru sadar dirinya agak heboh, segera ia tertawa dan meminta maaf : “Hm…… Maaf, aku terlalu bersemangat, hm……karena aku suka sekali dengan giok, juga pernah melihat gelang giok yang tiada duanya ini di majalah, jadi tahu harganya mengejutkan. Sehingga ketika mendengar Yuliana bersikap demikian terhadap gelang itu, aku merasa tidak adil, hehe……Apakah aku agak berlebihan?”

Apakah giok ini benar-benar berharga sekali? Clarissa tercengang, sedangkan Yuliana, selain terkejut, dalam hatinya juga mulai senang.

Dengan rasa bersalah ia berkata kepada Clarissa sambil tertawa : “Maaf, Clar, aku tidak mengerti soal giok, cuma melihat motif bunga punya kamu lebih cantik, jadi aku kira……hehe…….”

“Tidak masalah, aku juga tidak mengerti soal giok.” Ucap Clarissa.

“Oh iya, kakak ipar kedua, kenapa kamu selalu mengerti apa pun?” Tanya Yuliana.

Gwendolyn menjawab : “Tadi sudah aku bilang, beberapa tahun yang lalu pernah melihat di majalah, saat itu masih produk utama di toko, tidak dijual.”

“Oh, begitu.” Produk utama lagi, Yuliana semakin senang, segera ia bertanya lagi : “Tapi Clarissa, darimana kamu mendapatkannya?”

“Hm……”

“Aku tebak pasti abang pertama yang membelinya.” Gwendolyn terlebih dahulu menjawab sambil senyam-senyum.

Clarissa menganggukkan kepala : “Iya, tuan muda pertama yang membelinya.”

Sekilas tampak sorotan mata sedih dari Gwendolyn, lalu ia bangkit berdiri dari kursi dan berkata : “Kalian ngobrol dulu, aku naik ke atas melihat nenek sudah bangun atau belum.”

“Iya, terima kasih untuk kalung permatanya kakak ipar kedua.” Ucap Yuliana.

Gwendolyn tertawa : “Buat apa terima kasih, kalung permata aku kalau dibandingkan dengan giok kakak ipar pertama, benar-benar tidak ada apa-apanya.”

“Hadiah tidak dibedakan yang berharga dengan yang tidak, yang penting ketulusan hati.” Kata Yuliana.

Setelah Gwendolyn pergi, tersisa Yuliana dan Clarissa di ruang tamu.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu