The True Identity of My Hubby - Bab 277 Permintaan Maafnya
Didalam rumah kediaman Yi, nyonya tua di kelilingi oleh orang-orang, akhirnya tatapan matanya jatuh pada Justin Yi dan Gwendolyn Tsu, dengan wajah serius bertanya: "apakah kalian akan menetapkan masalah pernikahan?"
"Betul, nenek". Justin Yi menganggukan kepala.
Nyonya tua menatap Gwendolyn Tsu berkata: "Gwendolyn, menurutmu apakah baik berbuat seperti ini? keluargamu juga menyetujui pernikahan ini?"
Gwendolyn Tsu tersenyum dan berkata: "Nenek, keluargaku dari dulu berharap aku menikah dengan Justin Yi, tentu saja mereka setuju".
Melihat wajah nyonya tua tidak begitu baik, Gwendolyn Tsu segera berkata: "Nenek, apa yang Justin katakan benar, terhadap Julius aku selalu ada rasa ingin memiliki dan tidak mau kalah, sama sekali tidak ada cinta. Sekarang aku sudah mengerti, aku tidak akan berbelit-belit lagi, aku akan baik-baik hidup bersama Justin, seperti dulu berbahagia dan terus berbakti padamu".
Walaupun nyonya tua tidak menyukainya, tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa karena Justin Yi memutuskan akan menikahinya, akhirnya dia berkata: "semoga kamu sungguh telah berpikir dengan jelas".
"Aku sungguh telah berpikir dengan matang". Gwendolyn Tsu menganggukan kepala, dengan wajah tulus berkata: "dulu aku melakukan banyak kesalahan, sekarang aku ingin bersungguh-sungguh meminta maaf kepada kalian semua, aku harap kalian dapat memaafkan apa yang telah aku lakukan di masa lalu".
"Lupakan saja perminta maafanmu, kesalahan yang pernah kamu lakukan tidak cukup hanya dengan satu permintaan maaf". Nyonya tua meminum tehnya, lalu menatapnya: "bila bukan karena Justin yang bersikeras tetap ingin menikahimu, keluarga Yi kami tidak akan membiarkan kamu masuk ke dalam keluarga ini lagi".
"Aku mengerti, aku akan menggunakan masa depan untuk membayar kesalahanku".
"Sudahlah, perkataan seperti ini jangan katakan lagi, sekarang kita bicarakan mengenai pernikahan". Nyonya tua meletakan cangkir tehnya, lalu menatap semua orang: "kalian ingin bagaimana? di adakan di mana? kapan?"
"Aku ingin di adakan di bulan ini".
"Apa yang kamu katakan? belum ada satu bulan ayahmu meninggal, kamu sudah mau mengadakan pernikahan?" Nyonya tua terkejut.
"Ayahku tahu aku akan kembali ke jalan yang benar, dan kembali bersama dengan Justin dia pasti akan gembira, tetapi untuk menghormatinya, aku ingin pernikahan ini lebih sederhana, diadakan di halaman rumah keluarga Yi saja".
"Justin bagaimana denganmu?" Nyonya Tua melihat Justin Yi yang hanya terus terdiam.
Justin Mengulurkan tangan dan memengang tangan Gwendolyn Tsu dan meletakkannya di atas lututnya, dengan tersenyum berkata: "asalkan Gwendolyn Tsu merasa suka, aku terserah saja".
"Baiklah kalau begitu". Nyonya tua kembali menatap Clarissa Yuan: "Clarissa, urusan pernikahan aku serahkan kepadamu".
Clarissa menatap Justin, lalu melihat Gwendolyn Tsu, dan menganggukan kepala: "Baik, aku sudah tahu".
"Julius, apakah ada yang ingin kamu katakan?" Nyonya tua menatap Julius Yi yang ada di sana.
Julius menatap sekilas Justin Yi dan Gwendolyn Tsu lalu berkata: "Aku tidak setuju mereka berdua menikah, tetapi tidak ada gunanya aku tidak setuju?"
"menikah dengan Gwendolyn adalah impian ku selama sepuluh tahun ini, aku tidak berharap ada orang yang tidak menyetujuinya". Justin Yi berkata.
"Bila kamu mengatakan kau mencintainya, maka menikahlah, tetapi aku berharap kamu tidak akan menyesal".
"Terima kasih, aku tidak akan menyesal".
"Kalau begitu, kalian bubarlah". Nyonya tua merasa hatinya terasa tidak enak dan tertekan, dirinya pun tidak ingin berlama-lama bersama dengan Gwendolyn Tsu, dia bangkit berdiri dan kembali ke kamarnya.
*****
"Memintaku mengurus pernikahan Gwendolyn Tsu, bukankah nenek sengaja mau membuatku kesal". Clarissa Yuan mengelakan napas.
"Sungguh mengesalkan". Ucap Julius Yi.
"Teringat apa yang dia lakukan dulu terhadapku, aku sungguh merasa kesal".
Julius Yi menepuk tangan Clarissa Yuan dan menghiburnya: "anggap saja ini semua untuk Justin, tidak usah memikirkan wanita itu, aku rasa nenek juga bukan sengaja seperti ini, karena ibu kecil sudah tidak ada, jadi hal ini hanya kamu yang dapat melakukannya".
Hal ini Clarissa Yuan mengerti, dirinya hanya terlalu membenci Gwendolyn Tsu.
"Betul juga, anggap saja demi Justin". Clarissa Yuan menganggukan kepala, menggunakan tangan kecilnya memegang wajah Julius dan berkata: "kamu pun jangan terlalu banyak berpikir, Justin sudah mengatakan semuanya dengan sangat jelas, tidak baik bila kamu terus menerus menentangnya".
"Aku mengerti". Julius Yi menganggukan kepala: "Lagi pula tidak ada gunanya menentangnya, terserah dia saja".
"Baiklah, aku pergi ke kantor dulu". Julius Yi mencium bibir Clarisa, lalu melepaskannya dan keluar dari kamar.
Setelah Julius Yi pergi, Clarissa Yuan teringat dia berjanji kepada ibu kecil hari ini akan mengumpulkan bukti untuk di pergunakan di pengadilan, lalu dia mengganti pakaiannya dan keluar rumah.
Ketika dia membuka pintu kamar, dia terkejut karena kemunculan Gwendolyn Tsu.
Setelah melewati begitu banyak hal, melihat Gwendolyn Tsu, Clarissa Yuan merasa sedikit takut, karena orang jahat sungguh sulit untuk di hindari, dia khawatir Gwendolyn Tsu kembali berbuat sesuatu terhadapnya.
Teringat Liam dan Natasia telah pergi ke sekolah, dirinya pun memiliki tubuh yang sehat, tidak sepantasnya dia merasa takut. Teringat hal ini, dia meluruskan pinggannya, dan menatapnya dan berkata: "Mencariku, ada urusan apa?"
Gwendolyn Tsu melihat Clarissa Yuan yang waspada, dia tersenyum berkata: "Clarissa, bukankah tadi aku sudah mengatakan, pikiranku telah terbuka, tidak akan melaukan hal bodoh yang akan melukaimu dan Julius lagi, aku akan baik-baik menyayangi Liam dan Natasia".
"Tidak perlu lagi menyayangi Liam dan natasia, aku berterima kasih padamu bila kamu menjauhi mereka". Clarissa Yua tidak ingin terus bertatapan dengannya, oleh kerena itu dia kembali bertanya: "Ada apa kamu mencariku?"
Gwendolyn Tsu menatapnya, matanya tiba-tiba merasa bersalah, nada bicaranya pun terdengar bersalah: "Clarissa, aku datang kesini untuk meminta maaf padamu".
Clarissa Yuan terkejut, dia tidak percaya, Gwendolyn Tsu yang biasanya sombong seperti burung merak dapat merasa bersalah dan meminta maaf padanya, bahkan terlihat sangat tulus.
Apakah dia benar-benar telah sadar, ingin berubah?
"Sejak kecil, karena keluargaku terpandang, penampilanku baik dan melewati hari-hari yang selalu di puja-puja, para pria sangat menyukaiku, mengelilingiku, sehingga membuat diriku menjadi sombong. Tahun lalu karena aku mengira Justin telah meninggal, akhirnya aku memutuskan untuk kembali mengejar Julius, tetapi Julius langsung menolakku. Itu pertama kalinya aku di tolak oleh pria, aku sungguh merasa malu, harga diriku di lukai, bila Julius karena wanita cantik atau karena seorang artis menolakku aku akan menerimanya, tetapi orang itu justru adalah kamu, orang yang sangat biasa. Menurutmu bagaimana aku adapat menerimanya? sehingga aku menggunakan segala cara, bahkan menggunakan cara yang melanggar hukum, tujuannya hanya untuk memisahkan kalian. Sayangnya semuanya tidak sesuai keinginanku, karena aku menyadari semakin aku ikut campur, kalian berdua justru saling mencintai semakin dalam, dan rasa benciku pun senajub lama semakin dalam. Bila bukan Justin yang menyadarkanku, mungkin selamanya aku akan melakukan kesalahan".
Perlahan Gwendolyn Tsu meniktikan air mata: "aku dibutakan oleh kebencian, bahkan ak telah melupakan cinta Justin kepadaku, sekarang akhinya aku sadar, pikiranku sudah terbuka, semoga semuanya belum terlambat, semonga kamu dapat memaafkanku, memberikanku kesampatan, aku pasti akan menggunakan masa yang akan datang untuk membalasmu dan Julius, aku akan memperlakukan kalian seperti saudara kandungku, bolahkah.....".
Clarissa Yuan melihat airmata dan rasa bersalah di wajah Gwendolyn Tsu, hatinya merasa binggung: "Nona Tsu, kamu tidak perlu mengatakan hal ini di hadapanku, akupun tidak mempunyai hak mengurusi pernikahanmu dan Justin, aku rasa seharusnya kamu mengungkapkan rasa bersalahmu kepada nenek bukan kepadaku".
"Sepertinya kamu sama sekali tidak berniat untuk memaafkanku". Gwendolyn Tsu menghapus air matanya, dan tetap menatap Clarissa Yuan: "Aku bukan takut kamu menentang pernikahan ku dan Justin, aku sungguh bersungguh-sungguh meminta maaf padamu, dan juga bersungguh-sungguh ingin berhubungan baik dengan mu di kemudian hari".
"Karena kamu telah berkata demikian, baiklah, aku akan meihat bagaimana kelakuanmu di kemudian hari". Clarissa Yuan mengangkat tangannya meliaht jam: "Maaf, aku masih ada urusan lain, aku pergi dulu".
Clarissa Yuan menggunakan alasan ini untuk pergi, setelah berjalan beberapa langkah dia membalikan kepala dan berkata padanya: "Oh Ya, urusan pernikahan kamu berikan sebuah rencana sederhana, aku akan mengikuti sesuai dengan rencanamu".
"Baik, terima kasih". Gwendolyn Tsu mengaggukan kepala.
*****
Clarissa Yuan menuju pondok sementara yang Gloria tinggalli, udara di bulan sepuluh sedikit panas dan pengap, begitu masuk gelombang panas langsung terasa, Clarissa Yuan baru masuk dia langsung merasa seluruh tubuhnya terasa tidak enak.
"Biasanya kamu tinggal di sini?" Clarissa Yuan bertanya.
"Iya". dengan sedih Gloria menundukan kepala.
"Tempat seperti ini bagaimana dapat di tinggali, lebih baik ganti tempat lain". Walaupun cuaca saat ini sangat panas, tetapi sebentar lagi akan berubah menjadi dingin, panas masih dapat di tahan, begitu berubah menjadi dingin rasanya dapat membunuh orang.
"Saat ini aku tidak ada waktu memikirkan hal ini, dan juga aku tidak ada uang". Gloria menghapus air matanya: "sekarang aku sangat sibuk karena urusan Juwono, pekerjaanpun sudah tidak ada, bahkan makan pun akan menjadi sebuah masalah...."
Clarissa Yuan bangkit berdiri dari kursi, lalu berkata kepada Gloria: "kamu bereskan barang-barangmu, kita cari tempat lain untuk ngoborol".
"Tidak perlu...."
"Tetapi aku sungguh tidak dapat berbicara di dalam pondok ini". Clarissa Yuan menyeka keringat di dahinya, "Aku keluar dulu untuk menelepon, kamu bersiap-siap dan keluar".
Saat ini Gloria adamembutuhkan bantuannya, mana berani banyak berbicara, dengan menurut dia menganggukan kepala.
Setelah keluar dari pondok tersebut, Clarissa Yuan menelepon Julius Yi, telepon tersebut dengan cepat tersambung, terdengar suara Julius Yi yang lembut: "Clarissa, ada apa?"
"Ada sesuatu, apakah kamu sedang sibuk?"
"Aku sedang rapat".
"Hah, kalau begitu nanti aku telepon kamu lagi".
"Tidak apa-apa, katakanlah". Suara Julius Yi tetap begitu ramah dan lembut, sama sekali tedak terdengar tidak sabar.
"Begini, aku ingin mengajak ibu kecil tinggal di apartemen beberapa saat, lagipula apartemen itu kosong".
"hal kecil seperti ini kamu putuskan sendiri saja, tidak perlu bertanya padaku".
"Ehm, kalau begitu aku akan membawanya ke sana, kamu kembali bekerja saja".
"Baik, aku matikan teleponnya dulu". Julius yi berkata.
Clarissa Yuan menutup telepon, lalu melihat ibu kecil membawa sebuah tas kain jelek, dengan wajah sedih berdiri di depan pintu pondok tersebut.
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinWonderful Son-in-Law
EdrickPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeCinta Di Balik Awan
KellySuami Misterius
LauraHarmless Lie
BaigeStep by Step
LeksThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)