The True Identity of My Hubby - Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)

Clarissa Yuan sudah lama tidak mengujungi pantai. Sebelum menikah, dia sibuk bekerja. Dia tidak punya waktu untuk berjalan-jalan. Setelah menikah, dia sama sekali tidak tertarik untuk keluar bersenang-senang. Jadi, dia belum mengunjungi pantai sama sekali.

Kali ini ketika dia akhirnya ke pantai, dia merasa sangat nyaman.

“Kamu pasti lama tidak ke pantai, ‘kan?” tanya Clarissa Yuan sambil menoleh ke Julius Yi.

“Sudah lama sekali.” jawab Julius Yi.

Julius Yi tampak muram dibalik kaca mata hitamnya.

Sejak kecelakaan itu, hidupnya rasanya bukan miliknya lagi.

“Anginnya terasa sejuk. Apa kamu merasakannya?”

“Aku merasakannya.”

“Tadi, kamu masih saja ragu ingin pergi atau tidak.”

“Ini aku sudah setuju untuk pergi, ‘kan?”

“Aku memaksamu untuk ikut. Kamu harus berterimakasih padaku.” ujar Clarissa Yuan sambil tersenyum.

Julius Yi tersenyum, tanpa berkata-kata.

Dia masih saja tidak suka banyak bicara, tidak peduli topik apa yang Clarissa Yuan bicarakan.

Beberapa saat kemudian, Clarissa Yuan membantunya duduk di kursi batu. Clarissa Yuan mengambil botol air minum dari dalam tas. Dia membuka tutupnya lalu memberikannya ke Julius Yi, “Minumlah.”

“Terimakasih.” Julius Yi menenggak airnya lalu memberikannya kembali ke Clarissa Yuan. Setelah Clarissa Yuan menerimanya kembali, dia juga menenggak airnya, baru menutup kembali botolnya.

Setelah botolnya tertutup rapat, dia baru menyadari apa yang baru saja dia lakukan. dia merasa hubungannya dengan Julius Yi belum sampai ke tahap meminum air dari botol yang sama.

Dia menatap botol minum di tangannya sambil tersipu malu. Jika dipikir lagi, dia dan Julius Yi adalah sepasang suami isteri. Namun, mereka sama sekali belum berciuman. Walaupun mereka belum memiliki perasaan terhadap satu sama lain, namun mereka sudah merasa terhubung. Minum air dari botol yang sama bukan masalah.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Julis Yi ketika Clarissa Yuan tiba-tiba hening.

Clarissa Yuan sadar kembali. Dia mengembalikan botolnya ke dalam tas sambil tersenyum, “Tidak ada. Aku hanya sedang melihat pemandangan.”

“Apa pemandangannya cantik.”

“Ya.” jawabnya sambil mengangguk, “Kamu lihat dimana air beriak. Cantiknya seperti lukisan.”

Setelah dia mengatakannya, Clarissa Yuan langsung menyesali kata-katanya, “Maaf, aku lupa kamu tidak bisa melihat.” ujarnya sambil merasa bersalah.

“Tidak apa-apa. Kadang, aku juga lupa kalau aku buta.” Julius Yi menertawakan dirinya sendiri.

“Jangan begitu. Kamu kehilangan penglihata, bukan buta.” ujar Clarissa Yuan.

Julius Yi juga sangat pasif. Dia tidak tahu harus bagaimana.

“Aku sudah terbiasa.” ujar Julius Yi.

Clarissa Yuan menatapnya. Dia bilang dia terbiasa. Tapi, jika dia terbiasa, lalu mengapa dia jarang keluar kamar?

“Jangan khawatir. Aku akan menjadi matamu seumur hidupku.” Clarisa Yuan menggenggam tangan Julius Yi. Dia serius.

Ketika dia menggenggam tangan Julius Yi, dia merasa tangan pria itu bergetar bersamaan dengan nafasnya. Clarissa Yuan terkejut sambil melihat tangannya, “Ada apa?”

“Canggung.” jawab pria itu sambil tersenyum.

“Canggung kenapa?” Clarissa Yuan tidak mengerti.

“Aku merasa canggung kamu menggenggam tanganku begitu.”

“Ini bukan pertama kalinya, ‘kan?” Clarissa Lin tertawa.

“Ini pertama kalinya ketika tidak ada yang sedang melihat kita.”

Clarissa Yuan memutar otaknya. Benar juga.

Dia menghabiskan waktu bersamanya dengan Julius Yi saat akhir minggu, ketika dia kembali ke rumahnya untuk makan bersama. Mereka juga sengaja terlihat hangat di hadapan orang-orang. Ini adalah pertama kalinya mereka menghabiskan waktu bersama dengan nyaman.

Hanya saja, jika salah satu dari mereka merasa canggung, bukankah harusnya Clarissa Yuan? Dia adalah seorang wanita!

“Apa aku boleh bertanya sesuatu, Tuan Muda?” tanya Clarissa Yuan ragu sambil menatapnya.

“Silakan.”

“Sebelum bertanya, apa aku boleh melakukan sesuatu?”

“Tentu.”

“Lepas kaca mata hitam ini. Matamu sangat indah. Kamu tidak memperlukan kaca mata ini.” Clarissa Yuan mengulurkan tangan untuk melepas kaca mata hitam dari wajah pria itu.

Ketika Julius Yi mengenakan kaca mata, Clarissa Yuan merasa ada penghalang diantara mereka dan dia tidak bisa menangkap ekspresi pria itu. Dengan begitu, dia tidak bisa menebak apa yang Julius Yi sedang pikirkan. Dia tidak menyukai itu.

Julius Yi selalu mengenakan kaca mata hitamnya kapanpun, dimanapun. Namun, kini hanya ada mereka berdua.

Ketika Clarissa Yuan hendak melepas kaca matanya, Julius Yi membuang muka. Tangan Clarissa Yuan terhenti di udara.

“Maafkan aku. Kuharap kamu mengerti kaca mata ini membuatku merasa terlindungi. Lagipula, aku tidak bisa melihatmu. Aku tidak ingin kamu melihat aku yang tidak bisa melihatmu.”

Hati Clarissa Yuan melunak ketika dia mendengar kata-kata Julius Yi barusan.

Jika dia perlu mengenakannya untuk merasa aman, maka dia hanya bisa membiarkannya.

Clarissa Yuan mengangguk, “Baiklah. Terserah kamu saja.”

“Terimakasih.” Julius Yi menggenggam tangannya, “Apa yang ingin kamu tanyakan tadi?”

Clarissa Yuan ingin bertanya, tapi dia lebih memilih mengurungkannya.

Tadinya, dia ingin bertanya apakah Julius Yi masih menyukai Gwendolyn Tsu. Namun, jika dilihat lagi, jelas dia masih menyukai wanita itu. Jika dia bertanya, dia hanya akan menempatkan Julius Yi di posisi yang tidak mengenakkan.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu