The True Identity of My Hubby - Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
Tangisan Clarissa semakin sedih, dia menggelengkan kepala dan berkata: "Aku juga tidak tahu mengapa, mengapa anakku bisa ada di sisimu, ketika baru tahu mengenai hal ini, aku juga tidak bisa percaya."
"Sekarang sudah tahu?"
Clarissa mengangguk: "Dulu ketika aku kuliah di kota F, aku berkenalan dengan Julius yang kabur dari rumah, kemudian kita saling jatuh cinta, akhirnya Julius pulang ke kota A. Aku baru tahu aku hamil, ibuku membawaku pulang ke Kota Y untuk merawat kandungan, tapi setelah melahirkan, ibuku malah membohongiku bahwa anakku meninggal. Hanya sampai ketika Julius mau menikahi Gwendolyn, aku putus asa dan ingin melompat dari tebing, ibuku memberitahuku hal ini demi menghentikanku. Sejak hari itu aku setiap hari menunggu Liam dan Natalia pulang kesini, akhirnya berhasil menunggu sampai kalian pulang, aku tidak bisa menahan kesenanganku dan pergi ke bandara menunggu kalian. Aku ingin meminta kembali anakku, tapi takut kalau Gwendolyn tahu hubungan anak-anak dengan Julius, dia akan melakukan sesuatu kepada mereka, jadi aku terus menahan diri tidak meminta mereka kembali darimu."
"Gwendolyn......." Frans bergumam.
Gwendolyn sudah melakukan sesuatu seperti dugaan, kelihatannya Liam kali ini terluka adalah perbuatan Gwendolyn.
"Aku terlalu ingin melewati waktu dengan anak-anak, oleh karena itu baru bisa memohon padamu untuk mengerjakanku sebagai ibu pengasuh, tapi aku malah tidak melindungi mereka dengan baik, mengakibatkan Liam terluka, aku benar-benar tidak berguna....." Clarissa menangis sesenggukkan.
Pagi ini dia seharusnya menemani Liam dan Natalia pulang ke kediaman keluarga Tsu, biarpun dia sangat tidak ingin menghadapi orang keluarga Tsu, dia juga seharusnya ikut pergi!
"Maaf, aku yang tidak melindungi Liam dengan baik." Frans dengan rasa bersalah menopang Clarissa duduk di kursi.
Benar, dia yang membawa Liam ke tempat berbahaya, sebelum ini dia sama sekali tidak akan mencurigai Gwendolyn. Bahkan ketika tadi Nova memberitahunya bahwa sebelum jatuh dari tangga, Liam sedang bersama Gwendolyn, dia juga tidak curiga sama sekali.
"Kamu seharusnya lebih cepat memberitahuku." terdengar nada menyalahkan di suara Frans.
Kalau Clarissa lebih cepat memberitahunya, dia akan sedikit waspada terhadap Gwendolyn, dan mungkin tidak akan terjadi kejadian seperti hari ini.
"Karena aku tidak pernah berani berpikir ingin meminta kembali anak-anak darimu, jadi aku tidak memberitahumu."
Frans menghela nafas tidak berdaya dan tersenyum pahit: "Benar-benar tidak disangka, anak-anak yang kubesarkan selama 3 tahun adalah anakmu dan Julius, benar-benar ironis."
Sedangkan Clarissa hanya mengulangi kata 'maaf' tanpa henti.
Frans tiba-tiba teringat Natalia yang masih di kediaman keluarga Tsu, dia pun berdiri dari kursi dan berkata: "Aku pulang sebentar, kamu berjaga disini."
Clarissa mengangguk.
Frans menepuk bahu Clarissa dan menenangkannya: "Jangan terlalu khawatir, Liam akan segera baik-baik saja."
Frans terburu-buru pulang ke kediaman keluarga Tsu, ketika dia melangkah masuk ke rumah, dia melihat Natalia yang berada di pelukan Nyonya Tsu dan seketika menghela nafas lega.
"Natalia, sini." Frans melangkah maju dan menggendong Natalia dari pelukan Nyonya Tsu.
Di mata Natalia masih ada air mata, dia menangis begitu melihat Frans dan bertanya: "Ayah, apakah kakak masih sedang berdarah?"
"Tidak, kakak sudah tidak berdarah." Frans mengelus kepala kecil Natalia untuk menenangkannya, namun tatapannya melirik tajam ke Gwendolyn.
Gwendolyn malah masih bisa berpura-pura tidak bersalah dan melihat Frans dengan tatapan khawatir.
"Bagaimana kondisi Liam sekarang?" Nyonya Tsu bertanya khawatir.
"Masih di dalam ruang pertolongan darurat, belum keluar."
"Kenapa bisa seceroboh ini!" Noah marah.
Frans melihat ke semua orang, tatapannya terakhir berhenti di Gwendolyn, berkata dengan datar: "Hal ini seharusnya tanya ke Gwendolyn."
Begitu mendengar perkataan Frans, Gwendolyn secara refleks membeku sejenak, kemudian menatapi Frans dan berkata: "Kak, apa maksudmu, aku bergerak saja susah, mau menariknya juga tidak bisa, kenapa menyalahkanku."
"Kamu tentu saja tidak bisa menariknya, tapi kamu bisa mendorongnya!"
"Kak, apa katamu?"
"Kamu masih berpura-pura! Kamu berani bilang Liam bukan didorong olehmu?" Frans memelototi Gwendolyn: "Gwendolyn, apa sebenarnya maumu? Membunuh Liam? Agar Clarissa tidak bisa melihatnya lagi?"
Wajah Gwendolyn memerah kemudian memucat, dia melihat ke arah Nyonya Tsu dan menangis: "Ibu! Kamu setiap kali menyuruhku jangan bertengkar terus dengan kakak, tapi kamu dengar apa katanya tadi, dia bisa-bisanya mencurigaiku sengaja mendorong Liam jatuh dari tangga, dia kenapa bisa mencurigaiku seperti ini?"
"Frans, tidak boleh sembarangan bicara." Noah berkata serius.
Nyonya Tsu juga berkata: "Benar, Frans, meskipun Gwendolyn sedikit egois, tapi kamu juga tidak boleh mencurigainya seperti ini."
"Apakah aku salah ngomong?" Frans memelototi Gwendolyn dan berteriak: "Gwendolyn, kamu kenapa berani berbuat tidak berani mengaku? Apakah kamu ingin menunggu Liam bangun dan mengatakan kebenarannya baru mengaku?"
"Liam sekarang bukannya belum bangun?" Noah berkata menyalahkan: "Kamu sekarang memutuskan Gwendolyn yang mendorongnya tanpa bukti, bukannya terlalu sewenang-wenang?"
"Ayah.........!" Frans berbalik menghadap Noah: "Gwendolyn sudah terlalu dimanja oleh kalian, sekarang tidak ada yang tidak berani dia lakukan, melakukan semuanya demi mendapatkan Julius, bahkan tidak peduli bila melanggar hukum, kalau terus begini, cepat lambat orang yang akan rugi adalah dia sendiri!"
"Kalaupun Gwendolyn tidak ada yang tidak berani dia lakukan, dia juga tidak ada alasan melakukan sesuatu kepada Liam, kalau Liam mati apa keuntungan yang bisa dia dapatkan?"
Frans terdiam dibuat Noah, dia tidak tahu apakah dia seharusnya memberitahu kedua orang tuanya bahwa Liam dan Natalia adalah anak dari Clarissa dan Julius, tapi untuk saat ini lebih baik tidak menambah masalah, lebih baik jangan bilang.
"Kak! Aku lihat kamu sudah digoda Clarissa sampai tidak bisa berpikir, baru bisa tidak memedulikan benar dan salah dan menyalahkanku, kan? Apakah dia yang menyuruhmu datang menyalahkanku? Dia memberitahumu aku yang mendorong Liam, kan? Kamu hanya mempercayai dia dan tidak mempercayaiku?" Gwendolyn berteriak-teriak dan menangis lagi, menangis merasa tidak adil.
"Gwendolyn!" Frans dengan kesal menyerahkan Natalia ke Nyonya Tsu, mendorong kursi roda Gwendolyn ke arah lift, kemudian setelah mendorongnya ke kamar lantai dua, dia berdiri di depan Gwendolyn, membungkuk dan menatapinya: "Kamu pikir dengan membunuh Liam, Justin dan Clarissa tidak akan saling mencintai lagi? Kamu pikir perbuatanmu hari ini sangat cerdik sangat berlogika? Aku beritahu kamu, sekarang Liam memerlukan darah dalam jumlah besar, Clarissa karena merasa tidak ada cara lain, sudah mengatakan kenyataan, yang juga berarti Julius segera akan mengetahui Liam dan Natalia adalah anak kandungnya, kemudian merebut Liam dan Natalia. Kamu berbuat seperti ini hanyalah merugikan kamu sendiri, kamu tahu tidak?"
Gwendoly membeku melihat Frans, dia benar tidak tahu.
Dia pikir Liam pasti akan mati, karena dia menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong Liam, dan dia juga melihat dengan mata kepalanya sendiri Liam mendarat dengan kepalanya.
Frans melanjutkan: "Awalnya hanya Clarissa sendiri yang tahu identitas Liam dan Natalia, dia juga tidak pernah berpikir untuk memberitahu Julius mengenai hal ini, terlebih lagi dia hanya memiliki satu harapan, yaitu bisa menemani Liam dan Natalia tumbuh besar seperti sekarang ini. Kalau bukan karena perbuatanmu hari ini, Julius mungkin seumur hidup tidak akan tahu kenyataan ini, sekarang berbeda, kamu tunggu saja Julius meminta cerai denganmu!"
"Aku tidak akan bercerai! Mati pun tidak akan bercerai!" Gwendolyn menggelengkan kepalanya.
"Sebelum melukai Liam kenapa kamu tidak memikirkan suatu hari Julius pasti akan mencarimu untuk balas dendam?" Frans berteriak marah: "Liam baru berumur 3 tahun, kamu bagaimana bisa tega melakukan ini? Kamu bahkan berani membunuh orang! Kamu benar-benar tidak ada takutnya!"
Gwendoly akhirnya tidak melanjutkan aktingnya, ekspresinya perlahan-lahan berganti menjadi ekspresi licik: "Aku tidak bisa menerima suamiku mempunyai anak dengan perempuan lain."
"Jadi kamu mau membunuh Liam?"
"Benar!"
"Kamu.......Kamu benar-benar sudah gila!"
"Apakah salah aku berbuat seperti ini?" Gwendolyn tiba-tiba memelototi Frans dan melawan: "Julius sekarang adalah suamiku, tapi dia malah setiap hari pergi ke sisi Clarissa, Clarissa juga setiap kali menyambutnya tanpa tahu diri, mereka berdua bahkan pergi menjemput Liam dan Natalia bersama, bahkan dengan bahagia pergi makan dessert berempat, kamu merasa aku bisa menahan semua ini? Aku tidak bisa! Jadi aku ingin Clarissa membayar perbuatannya, aku ingin membuatnya tidak bisa menjadi seorang ibu seumur hidup ini, tidak bisa menjadi Nyonya muda keluarga Yi!"
"Jadi sekarang? Kamu merasa kamu berhasil?"
"Aku pasti akan berhasil!" Gwendolyn berteriak.
"Aku peringati kamu! Lain kali kalau masih berani menyentuh Liam dan Natalia, aku juga tidak akan mengampunimu!"
"Kamu mau tidak mengampuniku demi seorang perempuan yang sama sekali tidak menyukaimu? Frans Tsu! Kamu lihat dengan jelas, akulah adik perempuanmu!"
"Adik perempuan yang begitu tidak masuk akal, begitu kejam, lebih baik tidak punya!" Frans melemparkan kalimat ini dengan emosi kemudian berbalik meninggalkan kamar.
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiMy Charming Wife
Diana AndrikaTen Years
VivianGue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinHalf a Heart
Romansa UniverseBeautiful Love
Stefen LeeThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)