The True Identity of My Hubby - Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
“Kalau memang kamu tahu aku orang yang begitu tidak bertanggung jawab, kenapa kamu masih mau mencintai aku?” Tiba-tiba Julius juga membentak : “Kenapa? Bahkan aku pun membenci diriku sendiri, apa yang sebenarnya seorang nona besar Tsu seperti kamu cinta dari aku?”
“Clarissa mencintai kamu karena apa maka aku juga mencintai kamu karena apa!”
“Kamu tidak pantas dibandingkan dengan Clarissa!” Julius mengangkat lengannya, dan menunjuk ke arah bawah dengan emosi : “Pergi! Pergi dari sini!”
“Julius! Sudah kubilang ini adalah kesempatan terakhir!”
“Sudah dibilang aku tidak mau!”
“Kamu......” Gwendolyn melotot dan menggertakkan gigi : “Kalau begitu tunggu saja dosa kamu diingat sama semua orang selamanya!”
Usai mengumpat seperti itu, Gwendolyn pun pergi dengan emosi meluap-luap.
Setelah Gwendolyn pergi, seketika Julius seperti balon yang kempes, ia membalikkan badan kembali ke kamar dan terduduk di sofa.
Clarissa ikut masuk ke dalam dan duduk di sampingnya, diamatinya wajah Julius yang suram : “Apakah kamu benar-benar membenci dirimu yang sekarang?”
Julius menengadahkan kepala menatapnya, lalu memeluknya dan menggeleng : “Clarissa, kamu jangan salah paham, aku hanya benci diriku tidak punya kemampuan untuk mempertahankan perusahaan Yi, bukan membenci pilihanku sendiri. Ini adalah pilihan yang tidak akan pernah kusesali seumur hidup, selamanya tidak akan pernah menyesal.”
“Julius......” Clarissa balik memeluknya, dia tahu tekanan dalam hati Julius sangat berat, serta selalu berat.
Clarissa sungguh ingin memberitahunya bahwa dia merestuinya, agar dia tidak menjadi orang yang dianggap bersalah, tapi juga takut Julius akan tidak senang dan marah.
***
Juwono menatap Julius yang dihadapannya, lalu bertanya sambil tertawa : “Tuan muda kedua, bukankah dari dulu kamu tidak senang dengan aku? Bagaimana hari ini bisa mentraktir aku minum kopi?”
Gloria pura-pura menepuk tangan Juwono untuk mengingatkan : “Jangan tidak sopan dengan kakak sendiri.”
“Ibu, kakak kedua yang terlebih dulu tidak sopan dengan aku, dia sudah hampir tidak mengakui aku adiknya.” Sindir Juwono.
“Darah yang mengalir dalam tubuh kalian adalah darah keluarga Yi, bagaimana bisa bilang tidak mengakui?”
“Aku juga berpikir seperti itu, tapi tuan muda kedua tidak berpendapat demikian.”
“Cukup, Juwono, hari aku datang karena ada yang ingin aku rundingkan dengan kamu.” Dengan tenang Julius memotong percakapan ibu dan anak tersebut.
“Merundingkan apa, bilang saja.” Juwono mengangkat pergelangan tangannya melihat jam : “Pesawat aku jam 3.”
“Lusa sudah rapat direktur, kamu mau ke mana?”
“Merilekskan hati ke luar negri, bisa ke mana lagi?”
“Tidak boleh, hari ini kamu tidak boleh pergi.” Ucap Julius dengan serius : “Kalau pun mau pergi juga harus tunggu sampai rapat besar berakhir.”
“Tuan muda kedua, kamu mau mengatur aku lagi?”
“Juwono, sekarang bukan saatnya jengkel.”Nafas Julius mencepat : “Tambah lagi, Yuliana sudah di rumah sakit menunggu saatnya melahirkan, apakah pantas kamu liburan ke luar negeri di saat seperti ini?”
“Sudah kubilang, kamu tidak perlu mengurusi urusanku.” Ucap Juwono sebal.
“Baik, aku tidak mengurus kamu.” Julius mengangguk, menenangkan nada bicaranya dan berkata dengan serius : “Aku berencana menjual perusahaan Yi ke bank, ini adalah cara terakhir untuk menyelamatkan perusahaan Yi, meskipun persentase keberhasilannya tidak tinggi, dan ada kemungkinan perusahaan Yi akan hancur parah, tapi ini tetap adalah cara satu-satunya. Kamu adalah pemegang saham sebanyak 10%, aku butuh kerja sama dari kamu......”
“Tuan muda kedua, aku lupa memberitahu kamu.” Juwono menyelanya, dengan ekspresi datar dia berkata : “Saham perusahaan Yi yang aku pegang sudah kujual.”
“Apa kamu bilang?” Tatapan Julius menjadi dingin.
“Aku bilang aku sudah menjual saham itu.” Juwono mengulangi perkataanya.
Julius melototinya dengan terkejut, agak lama kemudian baru ia bertanya : “Dijual ke siapa? Noah Tsu?”
Melihat Julius yang seperti sangat menahan emosi, refleks dalam hati Juwono merasa sedikit takut, tapi ia tetap berlagak berani berkata dengan ketus : “Tuan muda kedua, bisakah kamu jangan menatap aku dengan tatapan yang seolah mau membunuh orang? Bukankah harusnya kita senang ada yang mau membeli saham perusahaan Yi di saat seperti ini? Punya alasan apa untuk menolak? Apakah harus sampai perusahaan Yi sudah bangkrut, setelah surat saham sudah menjadi kertas tidak berharga baru memikirkan jalan keluar? Saham itu ditinggalkan oleh ayah untuk aku, aku tidak ingin menjadi seperti kamu dan kakak pertama yang diam menunggu saham itu menjadi hutang, apa salahnya dari ini?”
“Benar, Justin, ini adalah saham Juwono, dia.....dia punya hak untuk mengurusnya.” Buru-buru Gloria membela anaknya.
Julius melototinya, luapan emosi di dalam hatinya tidak bisa dikeluarkan karena dia.
Dia menjual sahamnya ke Noah!
Berarti sekarang saham yang dipegang Noah sudah melebihi perusahaan Yi!
Demi menghapus kesalahannya, Juwono berkata : “Tuan muda kedua, manusia kalau tidak membuat dirinya menjadi lebih baik, maka akan susah untuk bisa berpijak di bumi, kalau bukan kamu mengancam Paman Feng, mungkin dia sudah menjual sahamnya ke Noah, sekarang pemegang saham yang lain juga ribut ingin menjual saham mereka ke Noah, apakah kamu juga akan meluapkan emosi ke mereka?”
Julius melototinya sambil menggertakkan gigi : “Juwono, tolong pikir yang jelas, kamu tidak sama dengan mereka, kamu itu keturunan keluarga Yi.”
“Keturunan keluarga Yi juga perlu jalan keluar.” Ujar Juwono.
Gloria yang disamping berkata lagi : “Justin, kalau kamu mau menyalahkan, salahkan Julius, dia yang lebih dulu tidak berbelas kasihan, baru kami tidak bersolidaritas.”
Mengenai ini, Julius tidak pernah punya kemampuan untuk membantah, di saat ini juga dia tidak ingin membantah lagi.
Kalau memang sahamnya sudah di jual, apa gunanya berbicara lagi?
Julius bangkit perlahan dari kursi, serta mengambil kopi di atas meja dan disiramnya ke wajah Juwono : “Juwono! Kamu sama sekali tidak pantas menjadi keturunan keluarga Yi!”
Kopi yang sudah dingin itu mengalir mengikuti bentuk wajah Juwono, meresap ke lehernya. Yang tidak disangka adalah Juwono sama sekali tidak emosi, melainkan Gloria yang mengomel sembari mengelap kopi di wajah Juwono : “Ini sedang musim dingin, bagaimana bisa kamu menyiram kopi ke Juwono? Keterlaluan sekali!”
Juwono membuka mata perlahan, lalu berkata kepada Julius : “Tuan muda kedua, dalam masalah ini kita impas sekarang, aku harap tidak akan ada lain kali lagi.”
“Perusahaan Yi sudah hancur, kamu jalani kehidupan kayamu, aku jalani kehidupan miskinku, jadi......kamu tenang saja, tidak akan ada lain kali lagi.” Julius pergi dengan emosi setelah mengatakan ini semua.
***
Setelah Julius pergi, tanpa mempedulikan kopi di tubuhnya, Juwono meninju permukaan meja dengan marah, dengan sedikit terisak ia berkata : “Kenapa aku begitu sialan, tapi dia masih tidak langsung membunuh aku saja.”
“Juwono, apa yang kamu katakan? Bukankah kita juga karena terpaksa?” Gloria menghibur sambil menepuk pundaknya : “Jangan berpikir terlalu banyak, cepatlah ke bandara.”
Juwono mengangguk, baru saja hendak berdiri dari sofa, ponsel Gloria berdering.
Tertera nama Yuliana di layar ponsel, sekali tersambung dia langsung berkata dengan senang : “Sudah masuk ruang bersalin? Baik......aku pergi sekarang.”
Gloria mematikan panggilan dan berkata kepada Juwono dengan gembira : “Ibu mertuamu menelepon dan bilang Yuliana sudah masuk ruang bersalin, kalau kita pergi sekarang harusnya sempat, kamu tidak ingin melihat anakmu sendiri?”
Juwono melihat jam sekilas : “Baiklah, kita ke sana sekarang.”
“Iya, lihat sebentar baru pergi masih sempat.”
Ibu dan anak tersebut pun meninggalkan kafe pergi ke rumah sakit.
Ketika sampai di rumah sakit, di ruang bersalin tertulis sedang proses operasi, nyonya Liu sedang mondar mandir gelisah di depan pintu.”
Gloria bertanya dengan riang : “Ibu besan, apakah Yuliana dan si bayi akan cepat keluar?
“Mungkin sebentar lagi.” Baru saja nyonya Liu berkata seperti itu, pintu ruang bersalin terbuka, seorang suster keluar dengan menggendong bayi kecil, serta berkata kepada anggota keluarga : “Keluarga nona Liu? Selamat, seorang putri yang sehat.”
Perkataan riang dari perawat malah membuat semuanya terperanjat, menatap nona perawat dengan muka tidak percaya.
Nona perawat kebingungan dengan pelototan mereka : “Kenapa?”
“Nona perawat, tidak salah? Bayi yang dikandung Yuliana adalah laki-laki.” Tanya Gloria yang lebih dulu sadar.
Nona perawat melihat kartu nama di tangan bayi dan bertanya : “Atas nama Yuliana Liu?”
“Benar.”
“Berarti tidak salah, seorang bayi perempuan.”
“Bagaimana mungkin?” Gloria histeris : “Waktu itu diperiksa sudah dibilang laki-laki, bagaimana mungkin perempuan, pasti kalian salah.”
Gloria mengenggam tangan perawat dengan panik : “Apa mungkin tertukar dengan bayi lain? Pasti ada kesalahan......”
“Nyonya, setiap ruang bersalin hanya untuk operasi satu orang, bagaimana mungkin salah?” Nona perawat tidak habis pikir, tidak pernah ia menemui orang yang begitu pilih kasih antara laki-laki dan perempuan, selanjutnya dia berkata lagi : “Saya bersihkan badan bayi dulu, si ibu sedang dijahit, nanti baru akan keluar.”
“Baik, terima kasih nona perawat.” Ucap nyonya Liu.
Setelah perawat pergi membawa si bayi, Gloria mengomel ke nyonya Liu : “Ada apa ini? Bukankah waktu itu katanya yang dikandung Yuliana itu laki-laki? Bagaimana bisa menjadi perempuan?”
“Ibu besan, ini......terkadang dalam kedokteran juga ada kesalahan, tidak mengherankan.” Nyonya Liu menjelaskan dengan rasa bersalah.
Waktu Yuliana memberitahunya rahasia ini, dia juga sangat terkejut, juga sudah menebak Gloria akan sangat marah, hanya saja tidak disangka reaksinya akan seheboh ini.
Nyonya Liu menoleh ke Juwono dengan wajah memohon, berharap dia bisa membantu mengatakan sesuatu, namun Juwono hanya berkata : “Aku pergi ke bandara dulu.”
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuAfter The End
Selena BeeBehind The Lie
Fiona LeeHis Second Chance
Derick HoSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)