The True Identity of My Hubby - Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
Karena makan malam keluarga di malam hari, Clarissa Yuan harus kembali ke rumah Keluarga Yi.
Ruang tamu dipenuhi kerabat Keluarga Yi. Setelah Clarissa Yuan masuk dan menyapa satu sama lain, Nyonya Tua bertanya, "Kudengar terjadi keramaian di gerbang utama pada siang hari. Apa yang terjadi?"
Clarissa Yuan sedikit terkejut, dia tidak menyangka Nyonya Tua akan menanyakan hal ini. Setelah pergi ke rumah sakit, dia memanggil Julius Yi dan mengatakan kepadanya untuk memberitahu Nyonya Tua bahwa dia memiliki masalah yang mendesak.
Dia memandang Nyonya Tua, dan kemudian memandang Justin Yi dan Gwendolyn Tsu di sebelahnya, Justin Yi tidak memiliki banyak ekspresi di wajahnya, seolah-olah dia tidak peduli dengan masalah Evelin siang tadi.
"Nenek, jangan khawatir, hanya masalah kecil, sudah ditangani."
“Siapa yang membuat keramaian?” Nyonya Tua banyak berbicara dengan tamu pagi tadi. Sepertinya masalah itu berhubungan dengan uang, tetapi dia masih tidak tahu secara spesifik.
Clarissa Yuan tidak tahu bagaimana menjawabnya.
Pada akhirnya, Gwendolyn Tsu tersenyum dan berkata, "Nenek, hanya seorang karyawan perusahaan yang meminta gaji, dia mengambil uang lalu pergi."
"Oh ..." Nyonya Tua mengangguk dan tidak menanyakan lagi.
“Kalau begitu... kalian tunggu sebentar, aku akan melihat apakah makan malam sudah siap.” Clarissa Yuan tersenyum pada semua orang dan kemudian berbalik dari ruang tamu.
*****
Di ruang istirahat, Clarissa Yuan duduk di sofa sambil memegang gelas anggur dengan bingung, masalah Evelin bergema dalam benaknya, dia bahkan tidak menyadari ada orang yang masuk.
“Nona Evelin, apakah dia baik-baik saja?” Suara khawatir yang samar tiba-tiba terdengar di atas kepalanya.
Clarissa Yuan sadar dan menegakkan tubuh, mengatakan: "Dia baik-baik saja. Dokter mengatakan bahwa jantungnya terpacu karena dia terlalu marah, dia telah dipulangkan dari rumah sakit."
Justin Yi terlihat lega dan mengangguk, "Baiklah."
Dia menatap Justin Yi dan berkata, "Sebenarnya, jangan melihat kepribadiannya yang ceria dan bersemangat, masalah perasaan, dia mudah sekali terluka."
"Aku tahu, jadi aku tidak pernah berani terlalu dekat dengannya."
“Jika kamu tidak mendekat, mengapa kamu tidur dengannya?” Nada bicara Clarissa Yuan dingin, dia jelas menyalahkan Justin Yi.
Justin Yi menunduk dan berkata, "Pertama kali karena dia mabuk dan dia naik ke tempat tidurku. Kedua kalinya adalah ketika aku mabuk di tempat tidurnya karena Julius. Bagaimanapun juga, itu salahku. "
Kali kedua adalah bulan lalu, ketika Liam dan Natasia muncul, dia mengutarakan ide untuk menikahi Gwendolyn Tsu untuk pertama kalinya, dan Evelin minum bersamanya malam itu.
"Aku bisa melihat bahwa Evelin sangat mencintaimu, bagaimana denganmu? Apakah tidak ada sedikitpun perasaan terhadapnya?"
Sebelum ini, Justin Yi tidak yakin apakah Evelin mencintai dirinya sendiri atau tidak. Sampai dia melihat air mata dan kebenciannya siang hari ini, dia baru menyadari bahwa Evelin benar-benar jatuh cinta padanya.
Dia selalu memiliki wajah yang baik dan mempertahankan harga dirinya, dia merusak citranya di depan umum siang tadi, jika dia tidak cinta, bagaimana mungkin dia sanggup melakukannya?
"Nona Evelin baik, dan aku sangat menyukainya, tapi ..." Justin Yi tersenyum getir: "Kupikir ini mungkin sama dengan mengapa kamu tidak selalu bisa menerima Frans Tsu, ada orang lain di dalam hatimu, tidak akan ada yang bisa masuk lagi, walaupun orang itu lebih baik. "
Clarissa Yuan tersenyum tanpa daya: "Semuanya menjadi kesimpulan yang sudah pasti. Tidak masuk akal untuk mengatakan lebih banyak. Dengan kepribadian Evelin, bahkan jika kamu meninggalkan Nona Tsu sekarang dan menikahinya, dia pasti tidak akan melihat ke belakang."
"Aku tahu."
Tentu saja dia tahu bahwa dia telah memilih jalan buntu untuk dirinya sendiri, tetapi dia tidak menyesalinya.
"Clarissa, terima kasih telah membantuku menjaganya."
“Evelin adalah temanku, itu sudah sepantasnya,” Clarissa Yuan mengangguk padanya, “Aku akan keluar sebentar, kamu istirahatlah sebentar.”
Clarissa Yuan berjalan keluar dari ruang tunggu, dan melihat Julius Yi berdiri di pintu ruang tunggu. Julius Yi tersenyum: "Aku tidak bermaksud menguping, awalnya ingin datang untuk menghibur Nyonya Yi-ku yang telah bekerja keras, aku tidak berharap ... "
“Ayo pergi.” Clarissa Yuan meraih lengannya dan menariknya kembali ke kamar lalu berbalik untuk memeluk lehernya: “Evelin kasihan sekali, aku baru pertama kali melihat penampilannya yang gila. "
Terakhir kali dia putus, dia hanya menangis dan mabuk beberapa kali, tetapi Evelin tidak pernah berpikir untuk pergi menemui Justin Yi dengan putus asa, dan tidak pernah menunjukkan kesedihannya di depannya.
Julius Yi memeluknya dan menghiburnya, "Cinta itu seperti ini, siapa yang tidak pernah patah hati? Nona Evelin pasti akan menjadi lebih baik, dia hanya butuh waktu, jangan terlalu bersedih."
Clarissa Yuan mengangguk, tetapi wajahnya masih sedih.
Julius Yi terus menenangkan: "Coba pikirkan, kesulitan dan cobaan yang kita alami lebih menyakitkan daripada dia, dan lihatlah kita sekarang."
"Itu tidak sama." Clarissa Yuan menggelengkan kepalanya, "Kami dapat melewatinya dan akhirnya bahagia, tetapi Justin menikahi Gwendolyn, dan Evelin tidak memiliki akhir yang bahagia."
Julius Yi tertegun, kata-katanya memang benar.
“Oke, kalau begitu kita hanya dapat mendoakan dan berharap Nona Evelin akan menemukan pasangan yang terbaik untuknya di masa depan.” Julius Yi tersenyum dan mencium keningnya. “Jangan khawatir, Nona Evelin begitu cantik dan baik, akan ada banyak pria yang menyukainya, biarkan dia yang memilih. "
"Yah," Clarissa Yuan mengangguk, dan itu satu-satunya cara.
*****
Di malam hari, setelah makan malam, Justin Yi sudah mabuk.
Gwendolyn Tsu telah diantar kembali ke kamar untuk istirahat, Julius Yi, Clarissa Yuan dan Nyonya Tua berdiri di pintu mengantar tamu keluar.
Clarissa Yuan menyentak lengan Julius Yi dan berkata, "Pergi lihatlah Justin, dia kelihatan mabuk."
“Oke.” Julius Yi berjalan ke ruang perjamuan, dan benar saja, Justin Yi tertidur di atas meja.
Julius Yi naik dan mendorong lengannya dan memanggil, "Justin, ayo bangun."
Justin Yi mengangkat kepalanya perlahan dan melihat sekeliling dengan pandangan kosong dan bertanya, "Ada apa?"
“Semua tamu sudah pergi, jadi kembali-lah ke kamarmu dan istirahat.” Julius Yi mengangkat cangkir di depannya.
"Eh… cepat sekali? Aku belum puas minum." Justin Yi mengambil cangkir dan berkata pada Julius Yi: "Ayo ... Bantu aku mengisi."
“Sudah mabuk seperti ini, masih mau minum?” Julius Yi menyingkirkan botol anggur baru.
"Jarang sekali bisa bahagia seperti ini, temani aku minum dua gelas lagi." Justin Yi menunjukkan ekspresi memohon.
Julius Yi tidak tega untuk menolak, jadi dia mengambil botol itu kembali dan menuangkan segelas untuk mereka masing-masing: "Oke, dua gelas saja."
Justin Yi mengangguk, mengambil cangkir itu dan menyentuhnya, menatapnya sambil tersenyum: "Julius ... akhirnya aku mengambil Gwendolyn darimu. Maaf ... aku ingin bersulang untukmu."
"Tidak, aku yang ingin bersulang untukmu," Julius Yi tersenyum padanya, "Jika bukan karena kamu, aku tidak akan bertemu Clarissa, dan tidak akan ada Liam dan Natasia."
“Tidak, aku juga bersalah padamu dulu, jadi, ini untukmu.” Justin Yi mengangkat cangkirnya lagi.
Setelah Julius Yi dan Justin Yi bersulang, mereka minum lalu meletakkan cangkirnya: "Sekarang bisakah kamu kembali ke kamarmu dan beristirahat?"
Namun, dalam sekejap mata, Justin Yi minum lagi.
Julius Yi buru-buru meraih cangkir di tangannya: "Sudah dua cangkir, cepat kembali ke kamar."
Akhirnya, Justin Yi diseret menjauh dari meja anggur, dan Julius Yi mengantarnya kembali ke kamar.
Gwendolyn Tsu sudah selesai membersihkan diri, dan ketika Justin Yi dibawa masuk, dia buru-buru menyapa dengan ekspresi prihatin: "Justin, kenapa kamu mabuk sampai seperti ini? Kamu baik-baik saja?"
Ketika Julius Yi membantu Justin Yi ke atas tempat tidur, Justin Yi sudah tidak sadarkan diri.
Julius Yi memandang Justin Yi dan Gwendolyn Tsu, merasa sedikit canggung untuk sementara waktu.
Jika kedua kaki Gwendolyn Tsu baik, dia bisa langsung meninggalkan mereka, tapi…
Gwendolyn Tsu sepertinya melihat keraguannya dan tersenyum: "Julius, tenanglah, aku bisa menjaganya."
Julius Yi mengangguk dan berbalik ke pintu kamar tidur.
Ketika dia berbalik, Gwendolyn Tsu tiba-tiba menghentikannya dan menggerakan kursi rodanya untuk berjalan kepadanya: "Terima kasih." Ada nada bersalah dan rasa terima kasih.
"Terima kasih? Justin adalah adik laki-lakiku."
"Tidak hanya untuk malam ini, tapi ..."
"Jangan menyebutkan masa lalu, karena itu adalah mimpi burukku dan Clarissa. Jika kamu benar-benar ingin berterima kasih padaku, jaga Justin untukku." Julius Yi mengatakan kalimat ini dan melirik ke tempat tidur lagi sebelum keluar.
Setelah Julius Yi pergi, Gwendolyn Tsu mengambil satu set piyama dari lemari dan berjalan ke depan Justin Yi untuk bersiap membantunya mengganti pakaian.
Dia mengulurkan tangan kecilnya dan dengan hati-hati menyentuh wajah tampan Justin Yi, memanggil: "Justin, bangun ..."
Justin Yi terlalu mabuk, dia hanya sedikit mengernyit dan terus tidur.
Gwendolyn Tsu melihat bahwa dia tidur sangat nyenyak, jadi dia tidak membangunkannya lagi. Tangan kecil itu bergerak dari pipinya ke garis leher, membuka kancing bajunya dengan perlahan, memperlihatkan dadanya.
Sentuhan Gwendolyn menghantam hati Justin Yi, dan dia secara naluriah menyusutkan tubuhnya, dan dia berkata dengan suara kecil: "Evelin ... jangan menangis ..."
Hanya tiga kata pendek ... tapi wajahnya terlihat begitu sedih, keudian dia tertidur lagi.
Gwendolyn Tsu terdiam memandangnya, meskipun dia tertidur, wajahnya masih dipenuhi dengan kesedihan, hatinya sedikit demi sedikit mengencang, dan kebahagiaan di wajahnya perlahan hilang.
Dia menarik tangannya, menatapnya dan berbisik, "Justin Yi, kamu bilang kamu hanya mencintaiku ..."
Dia jelas mengatakan bahwa dia hanya mencintainya, mengapa dia memanggil nama wanita lain di malam pernikahan mereka?
Dia tentu mengerti apa arti dari kata-katanya. Ketika melihat wanita itu siang tadi, dia pikir itu hanya angan-angan wanita itu, tidak disangka perasaan itu terbalaskan.
Seperti kata pepatah, minum dan muntahkan kebenaran!
Apakah pernikahannya ini suatu kesalahan?
Novel Terkait
Cinta Seorang CEO Arogan
MedellineMy Charming Wife
Diana AndrikaUntouchable Love
Devil BuddyHarmless Lie
BaigeLelaki Greget
Rudy GoldMenantu Hebat
Alwi GoThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)