The True Identity of My Hubby - Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
Gloria segera menambahkan: “Suamiku, aku tidak memiliki maksud lain, hanya takut ketiga saudara itu bertikai karena masalah warisan, makanya memikirkan hal ini lebih awal. Karena…. sudah banyak sekali terjadi masalah antara saudara karena warisan, aku tidak berharap mereka menjadi seperti itu juga.”
“Eh…..meski saat ini Perusahaan Besar Yi tidak lagi berjaya, tetapi bukankah bagian sahamnya masih tetap terjaga? Dan kamu tenang saja, surat wasiat ini sudah aku perlihatkan pada Ibu, Ibu juga merasa tidak ada kesalahan.”
Carter melirik dokumen di tangannya, berkata dengan nada datar: “Boleh, coba jelaskan isi di dalam surat itu.”
Takut sekali membuatnya kesal, setelah melihat emosinya tidak meledak, Gloria pun menghela nafas dalam hati, segera membuka dokumen itu dan menejelaskannya secara garis besarnya: “Pertama-tama adalah 30% saham Perusahaan Besar Yi atas namamu, ketiga saudara mendapatkan bagian yang sama rata, adil dan terbuka, bagaimana, ini tidak ada masalah kan?”
Melihat Carter Yi menganggukkan kepala, Gloria baru lanjut berkata: “Kemudian soal lima buah rumah dan tiga buah mobil atas namamu, aku dan Ibu merasa anak Yuliana akan segera lahir, dia juga termasuk cucu kandung Keluarga Yi, seharusnya mendapatkan warisan yang diturunkan Keluarga Yi. Rumah utama tentu saja diberikan pada Ibu, mobil juga seharusnya menjadi bagian dia, Julius dan Juwono sudah memiliki apartemen dan villa masing-masing, juga tidak memerlukan warisan itu lagi. Rumah dan mobil yang tersisa cukup diberikan pada cucu pertama Keluarga Yi saja.”
“Hm……” Carter menganggukkan kepala: “Kurang lebih sama seperti yang aku pikirkan.”
Gloria sangat senang mendengarnya, lanjut berkata: “Lalu dana, surat pinjaman dan saham atas namamu, seharusnya tersisa tidak banyak lagi, berikan saja pada Ibu untuk digunakan di hari tuanya.”
Carter meliriknya dengan ujung mata: “Kamu? Apa yang kamu dapatkan?”
Gloria menggelengkan kepala sambil tersenyum: “Suamiku, aku sudah bersamamu selama 20 tahun lebih, hidup mewah selama 20 tahun lebih, semua sudah sangat cukup, aku tidak menginginkan apapun lagi.”
Carter pun mengangguk dengan puas saat mendengarnya: “Juwono dan cucu kita termasuk milikmu, kamu juga tidak rugi, begitu saja.”
“Maksud suamiku….. semua sesuai surat wasiat ini?” Gloria bertanya dengan penuh hati-hati.
“Tidak.” Carter menggelengkan kepala, berkata: “Surat wasiat sudah aku siapkan sejak awal.”
“Suamiku sudah membuat surat wasiatnya?” Gloria sangat terkejut.
“Aku jauh lebih takut terjadi pertikaian antara tiga saudara itu, tentu saja sudah membuat surat wasiat jauh lebih awal.”
“Kalau begitu, apa saja isi surat wasiat itu?”
“Tidak ada bedanya dengan yang kamu bawa ini.”
“Benaran?” Akhirnya Gloria menghela nafas. Setelah melihat Carter mengangguk, dia pun lanjut bertanya: “Lalu siapa yang kamu cari untuk mengesahkannya? Bukan Clarissa kan?”
“Clarissa adalah menantu Keluarga Yi, tentu tidak mungkin membiarkan dia yang membuatnya.” Carter meliriknya sekilas, lanjut berkata: “Sudahlah, kamu jangan bertanya terlalu banyak, setelah aku meninggal nanti akan ada orang yang menjelaskan pada kalian.”
Meski Carter berkata demikian, Gloria masih saja merasa tidak tenang.
Tanpa melihat sendiri isi surat wasiat itu, dia sungguh tidak tenang!
“Suamiku, kamu……”
“Aku sudah selesai berbicara, masalah surat wasiat berakhir sampai disini!” Carter memotong pembicaraannya dengan kesal.
Setelah 20 tahun lebih hidup bersama, mungkinkah dia tidak tahu sifat seorang Gloria? Mungkinkah dia sebaik itu membagikan warisan dengan sama rata?
Julius dan Clarissa yang baru tiba di depan pintu kamar pasien pun mendengar Carter Yi sedang mengamuk, Julius segera berjalan masuk dan bertanya dengan cemas: “Kenapa? Yah, kenapa Ayah semarah ini?”
Melihat Julius dan Clarissa masuk, Gloria langsung menyembunyikan dokumen itu ke belakang badan, gerakan refleksnya ini malah membuat Julius penasaran.
“Ibu tiri, apa yang sedang Ibu pegang?” Julius bertanya dengan kening mengerut.
“Emm…memangnya apa lagi? Tentu saja dokumen.”
“Aku coba lihat dokumen apa itu.” Julius menjulurkan tangan dan merebut pergi dokumen itu dengan mudah.
Bukannya dia tidak hormat pada orang tua, tetapi sudah terlalu banyak ketidaktenangan terhadap Ibu dan anak itu, takutnya mereka sedang merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan Keluarga Yi.
Dan saat melihat dua kata ‘Surat Warisan’ di sampul depan, dia kesal hingga kehilangan kendali, langsung melototi Gloria sambil berkata dengan kasar: “Ibu tiri, Ayah masih hidup dan masih sangat sadar, apakah pantas Ibu membawa ini untuk ditandatanganinya?”
“Aku…..aku melakukan ini demi kebaikan kalian, demi kerukunan kalian di kehidupan mendatang.” Gloria berkata dengan gelisah: “Lagipula semua isinya sangat adil, aku tidak pilih kasih pada siapapun.”
Malas sekali membaca isinya, Julius langsung merobek surat wasiat itu hingga hancur, melemparkannya ke tong sampah dan berkata: “Dokter tidak berkata Ayah tidak bisa bertahan hidup, jangan membuatkan surat wasiat untuknya, kamu juga tidak perlu berpura-pura baik dengan mengatakan semua ini demi kebaikan kami, dan membujuk Ayah menandatangani surat ini.”
“Aku….”
“Sudah sudah, kalian jangan ribut lagi.” Carter memotong perselisihan kedua orang dengan kesal, memejamkan mata dan berkata: “Surat wasiat yang sesungguhnya sudah aku siapkan. Setelah aku meninggal, Pengacara Fang akan membacakan isinya untuk kalian.”
“Yah, Ayah akan sembuh.” Clarisa berkata menenangkannya.
“Terima kasih, tetapi aku tahu jelas keadaan badan sendiri.” Carter membuka mata secara perlahan, melihat sekilas orang-orang di sekitar, pada akhirnya menjatuhkan pandangan ke Clarissa dan berkata: “Clarissa, tolong panggilkan Julius, ada yang ingin aku katakan padanya.”
Clarissa sedikit terkejut, bertatapan sejenak dengan Julius, lalu berkata: “Sekarang?”
“Hm, sekarang, aku ingin berbicara empat mata dengannya.”
“Eh….baiklah, aku akan memintanya datang.” Clarissa kembali melihat Julius sekejap, berbalik badan berjalan ke arah pintu.
Clarissa Yuan keluar dari kamar, menoleh melihat Julius yang keluar bersamanya.
Julius Yi hanya menepuk pundaknya, seolah berkata jangan cemas.
Dua puluh menit kemudian, Julius kembali ke depan ranjang, tetap dengan identitasnya sebagai seorang yang buta. Dia bukan melakukannya karena sengaja, hanya saja saat ini memang belum tepat untuk menceritakan kenyataan pada Ayah, karena topik yang terlalu berat mudah membuat keadaan semakin menurun.
“Yah….Ayah mencariku?” Dengan bantuan Clarissa, Julius duduk di depan ranjang.
Mendengar suaranya, Carter membuka mata perlahan, menganggukkan kepala menjawab ‘Hm.” Setelah itu dia melihat Clarissa sekejap, Clarissa pun berkata: “Yah, kalian berbincang saja, aku keluar dulu.”
Selesai berkata, dia menundukkan kepala, berkata pada Julius: “Berbicaralah dengan baik bersama Ayah.”
Julius Yi mengerti apa yang dia cemaskan, segera mengangguk menenangkannya.
Setelah Clarissa pergi, Carter mengalihkan pandangan dari pintu kayu yang tertutup rapat, melihat ke arah Julius sambil tersenyum kecil: “Clarissa adalah seorang perempuan yang baik, perhatian, dewasa, dan berpendirian kuat.”
Julius juga ikut tersenyum: “Terima kasih Ayah sudah mendukungku menikahinya waktu itu.”
“Hm, tidak mudah bertemu perempuan baik dalam hidup.” Carter menghela nafas panjang: “Lihatlah hidupku, semua perempuan yang aku temui berhati serakah, aku belum meninggal saja surat wasiat sudah disiapkan.”
Raut wajah Julius sedikit memberat, dia paling tidak suka mendengar Ayah mengatakan hal-hal tidak baik soal Ibu.
Dalam benaknya, Ibu adalah seorang perempuan yang baik dan tidak pernah berencana licik, tetapi Ayah malah tidak merasa demikian. Dari awal hingga akhir dia selalu percaya dengan isu yang beredar di liar, yakin bahwa Ibu hampir mencelakai Ibu tiri yang saat itu sedang mengandung.
“Ibu tiri dinikahi dan dibawa pulang oleh Ayah secara paksa.”
Carter melihatnya sekilas, merasakan ketidaksenangan pada hatinya, langsung mengubah kata-kata: “Saat itu jika bukan karena Ibu tiri kamu hamil, aku juga tidak mungkin menikahinya dengan terburu-buru, tetapi semua ini hanya masa lalu, kita tidak perlu membicarakannya lagi.”
Julius Yi menarik nafas dengan dalam, berpikir keadaan Ayah sudah seperti sekarang, lebih baik biarkan saja.
Novel Terkait
Yama's Wife
ClarkKisah Si Dewa Perang
Daron Jay1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyBack To You
CC LennyAwesome Guy
RobinI'm Rich Man
HartantoAir Mata Cinta
Bella CiaoThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)