The True Identity of My Hubby - Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
Dia akhirnya menoleh dan melihat Julius Yi benar-benar jatuh di koridor, sebelah tangannya mengenggam perutnya, dan tubuhnya peralahan-lahan meringkuk.
Kali ini dia pasti berpura-pura lagi? Pikir Clarissa, oleh karena itu tanpa mempedulikannya, Clarissa berbalik dan pergi.
Setibanya di lift, dia menekan tombol turun.
Saat ini dari lift lain tiba-tiba muncul sosok seseorang, Clarissa Yuan sedikit terkejut, dan memanggilnya, "Asisten Lin!"
Mendengar ada orang yang memanggilnya, secara naluriah Asisten Lin menoleh kebelakang. Ketika dia melihat yang memanggilnya adalah Clarissa Yuan , dia juga terlihat terkejut. Dia menatapnya dan bertanya, "Pengacara Yuan, kenapa kamu bisa ada di sini? Apakah kamu datang untuk menjenguk General Manager Yi? "
"Aku ... ada urusan disini, bagaimana denganmu? Apa yang kamu lakukan di sini?" Clarissa Yuan tidak bisa mengatakan dia baru saja dikerjai oleh Julius Yi , kalau tidak dia akan kehilangan mukanya.
“Oh, kamu bukan datang untuk menjenguk General Manager Yi?” Asisten Lin berkata: “Tadi General Manager Yi tiba-tiba pingsan di perusahaan, lalu dia dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan darurat. Aku baru saja kembali ke perusahaan untuk mengambil obat General Manager Yi.”
Melihat raut wajah Clarissa Yuan tiba-tiba berubah, Asisten Lin bergegas menjelaskan: "Tapi ketika saya pergi General Manager Yi sudah siuman. Dokter bilang karena tadi malam dia minum terlalu banyak alkohol , dan pagi dan siang ini dia tidak makan, jadi penyakit maagnya kambuh. "
Penyakit maag Julius Yi kambuh? Dan dia pingsan di perusahaan? Jadi tadi ... di koridor dia tidak sedang berpura-pura? Tapi benar-benar pingsan!
Clarissa Yuan tertegun selama beberapa detik, lalu dia bergegas berbalik dan pergi ke kamar pasien.
"Eh, Pengacara Yuan ..." Asisten Lin memanggilnya dan dengan cepat mengikuti dibelakangnya.
Ketika Clarissa Yuan kembali ke kamar pasien , Julius Yi sudah dipapah kembali ke atas ranjang rumah sakit, dan dokter yang bertanggung jawab mengobatinya sedang menyalahkannya dengan nada bicara marah: "Bukankah aku sudah mengingatkanmu? Saat ini kondisi lambungmu sangat buruk, dan kamu perlu beristirahat selama beberapa hari."
Saat Julius Yi yang tadinya kesal melihat sosok Clarissa, raut wajahnya langsung terlihat gembira, kelihatannya sakit yang dia alami kali ini tidak sia-sia.
“Sudahlah, kakak kembalilah bekerja, aku akan jaga diri,” katanya kepada dokter yang bertanggung jawab mengobatinya.
Dokter yang bertanggung jawab mengobatinya menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya. Dia berbalik dan melihat Clarissa Yuan dan Asisten Lin, lalu dia berkata: "Dan kalian sebagai anggota keluarganya juga sama, saat pasien perlu istirahat perhatikan dia baik-baik, jangan biarkan dia kemana-mana."
Dokter yang bertanggung jawab mengobatinya menatap Clarissa Yuan . Clarissa Yuan melihat Julius Yi yang dengan sengaja menunjukkan ekspresi wajah sedih, lalu dia menatap dokter yang bertanggung jawab mengobatinya, akhirnya dia mengangguk dan menjawab, "Aku mengerti, dokter."
Setelah dokter yang bertanggung jawab mengobatinya pergi, Clarissa Yuan berjalan menghampiri Julius lalu dia menatap Julius Yi yang berada di atas tempat tidur: "Kamu tidak apa-apa kan? Kenapa tadi kamu tidak mengatakan penyakit maagmu kambuh?"
“Kamu berlari lebih cepat daripada kelinci, apakah kamu ada memberikan kesempatan kepadaku untuk mengatakannya?”Julius Yi menunjukkan ekspresi wajah terluka lalu dia berkata: “Meskipun aku mengatakannya, kamu juga akan berpikir aku berpura-pura, kan?”
"Aku ..." Clarissa Yuan kehilangan kata-kata, tadi saat melihatnya pingsan, dia memang mengira dia berpura-pura.
Asisten Lin menatap kedua orang itu bolak-balik dan lalu dia menemukan ide.
Dia menyerahkan botol obat kepada Clarissa Yuan dan berkata sambil tersenyum: "Aku masih punya urusan, jadi aku tidak akan tinggal berlama-lama lagi. Pengacara Yuan ingat untuk memberikan satu butir obat ini kepada General Manager Yi."
Clarissa Yuan belum sempat merespon, Asisten Lin sudah berbalik dan pergi meninggalkan kamar pasien .
Memegang botol obat di tangannya, Clarissa Yuan menatap Julius Yi, dalam hati dia merasa tidak berdaya, kalau Gwendolyn Tsu tahu dia tinggal di kamar pasien Julius Yi , Gwendolyn pasti akan marah lagi.
Clarissa Yuan menuangkan segelas air hangat, lalu mengeluarkan sebutir obat dari dalam botol obat, lalu dia menyerahkan air dan obat itu kepada Julius Yi .
Julius Yi menatapnya, lalu menatap obat di tangannya, lalu dia berkata dengan ekspresi wajah polos: "Apakah obat ini untukku?"
“Kalau tidak memangnya untukku?”kata Clarissa Yuan tidak berdaya.
“Pernahkah kamu melihat orang minum obat sambil berbaring?”tanyanya.
Clarissa Yuan meletakkan air dan obat itu, lalu membantunya menaikkan sandaran tempat tidur, lalu dia kembali mengambil air dan obat dan memberikannya kepada Julius Yi. Julius Yi masih menolak mengambilnya, sebaliknya dia membuka mulutnya dan menunggu Clarissa menyuapinya.
Clarissa menghela nafas lalu memasukkan obat itu ke dalam mulutnya.
Begitu Julius Yi menelan obat itu, alisnya perlahan-lahan berkerut. Dia menunjuk ke ujung tempat tidur dengan tidak nyaman. Clarissa Yuan menatapnya dan bertanya, "Apakah kamu baik-baik saja?"
"Lumayan" katanya.
Clarissa Yuan membantunya menurunkan sandaran tempat tidur ke posisi rata, lalu dia melihat Julius membalikkan tubuhnya dan menghadapkan punggungnya ke arah Clarissa, Julius bahkan tidak mood mengerjainya lagi.
Keadaan Julius terlihat sangat tidak baik. Clarissa Yuan menjulurkan jarinya dan menyentuh punggungnya, lalu berkata, "Bagaimana kalau aku membantumu memanggil dokter kemari?"
"Tidak, aku hanya perlu istirahat sebentar."
"Tapi kelihatannya kamu tidak tahan lagi."
Bisa terlihat sangat menderita seperti ini, Julius pasti benar-benar sangat kesakitan, kalau tidak dia pasti akan seperti tadi, dan membuatnya tidak menyadari penyakit maagnya kambuh.
“Suntikan yang harus disuntik sudah disuntik, obat yang harus diminum sudah diminum, kamu menyuruhnya datang dia hanya akan mengoceh dan membuatku kesal.” Jemari Julius Yi yang ramping mencengkeram selimut dengan erat dan dia menahan rasa sakit yang dia alami dengan sangat menderita.
“Kalau begitu apa yang bisa aku lakukan?” Clarissa Yuan mulai tidak tahu harus berbuat apa.
Julius Yi tiba-tiba menoleh dan berkata kepadanya: "Kamu bisa menemaniku bicara dan mengalihkan perhatianku.
"Kamu ingin mendengar aku mengatakan apa?"
"Apa pun boleh, yang penting sesuatu yang terdengar bagus."
Sesuatu yang terdengar bagus? Saat ini dia benar-benar tidak tahu hal apa yang terdengar bagus.
Julius Yi mengangkat tangannya dan meraih tangan kecilnya: "Bukankah kamu bisa memijat titik akupunktur? Sini, bantu aku memijatnya, biarkan aku merasakan lagi perasaan dulu saat aku menjadi Charlie Shen."
Clarissa Yuan akhirnya tidak bisa menahan diri dan meneteskan air mata yang tidak tahu apakah itu adalah air mata sukacita atau kesedihan, lalu dia menatapnya dengan marah dan berkata: "Sudah sakit seperti ini, tidak bisakah kamu diam sedikit?"
"Aku takut kalau aku diam, kamu akan pergi lagi."
“Berbaringlah dulu.” Clarissa Yuan berbalik dan berjalan ke pintu kamar pasien .
Melihatnya berbalik dan pergi, Julius Yi langsung panik dan bergegas bangkit dari tempat tidur: "Clarissa Yuan kalau kamu berani pergi aku akan mengejarmu kemanapun kamu pergi."
"Apa yang sedang kamu lakukan!" Clarissa Yuan bergegas membaringkannnya kembali ke tempat tidur lalu dengan marah berkata: "Aku keluar untuk membelikanmu kantong air hangat agar bisa menghangatkan perutmu. Kenapa kamu panik sekali?"
“Tadi kamu tidak bilang.”Julius Yi kembali berbaring.
"Aku... benar-benar tidak tahu harus mengapakanmu" Clarissa Yuan akhirnya tidak bisa berpura-pura lagi dan akhirnya tersenyum.
Awalnya dia ingin mengabaikannya, menjaga jarak dengannya, tapi melihatnya seperti ini, dia benar-benar tidak bisa berpura-pura lagi.
Tak lama, dia kembali setelah membeli kantong air hangat dari luar, lalu dia mengisinya dengan air hangat dan meletakkannya di perut Julius Yi , setelah itu dia mengenggam tangannya dan membantunya memijat titik akupunktur telapak tangannya.
“Asisten Lin bilang pagi dan siang ini kamu tidak makan ?”tanyanya.
"Bukan gara-gara kamu menolak untuk makan bersamaku."
"Minum alkohol tidak baik untuk lambungmu dan ditambah lagi kamu tidak makan, pantas saja kamu sakit seperti ini." lalu dengan tegas Clarissa Yuan berpesan kepadanya: "Lain kali kamu tidak boleh tidak mempedulikan kesehatan tubuhmu, apakah kamu mengerti?"
"Tapi kamu juga harus berjanji kelak kamu tidak akan menghindariku lagi, kalau tidak aku akan pergi minum setiap malam."
"Kamu mulai lagi, kamu mulai tidak masuk akal lagi." Clarissa Yuan melepaskan telapak tangannya dan menatapnya: "Meskipun kamu tidak memikirkan dirimu sendiri, kamu harus memikirkan aku. Bagaimana pun sekarang kamu adalah suami Gwendolyn Tsu, kalau dia tahu kita sedekat ini, menurutmu apakah dia akan melepaskan aku? "
“Pokoknya, aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Frans Tsu .”Julius Yi berkata dengan keras kepala.
Clarissa Yuan tertawa: "Kamu tenang saja, aku tidak akan menikah dengannya."
"Itu artinya kamu akan kembali kepadaku?"
"Julius Yi ." raut wajah Clarissa Yuan berubah menjadi tidak senang: "Saat ini kamu tidak bisa menceraikan Gwendolyn Tsu, mana mungkin aku bisa kembali kepadamu? Apakah aku kembali untuk menjadi kekasih gelapmu?"
“Aku tidak peduli apa pun caranya yang penting aku bisa melihatmu setiap hari, memelukmu, menciummu, dan bisa bergandengan tangan denganmu sampai aku tua, karena hanya dengan begitu aku punya motivasi untuk hidup.” Julius Yi mengenggam erat tangannya: "Aku tahu kamu juga sama, bisakah kamu menyetujui permintaanku ini?"
Clarissa Yuan menggelengkan kepalanya dan berkata dengan penuh air mata, "Aku tidak bisa melakukannya. Hal yang paling aku benci dalam hidupku adalah menjadi wanita simpanan. Aku tidak bisa menjadi wanita yang memalukan seperti itu."
Benar, dia paling benci dengan wanita simpanan. Dia membenci wanita seperti Gwendolyn Tsu yang merusak pernikahan orang lain dengan paksa. Meskipun dia dan Julius Yi saling mencintai, tapi hubungan suami istri yang tidak diakui secara hukum merupakan hal ilegal.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickNikah Tanpa Cinta
Laura WangBehind The Lie
Fiona LeeMi Amor
TakashiLoving The Pain
AmardaPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)