The True Identity of My Hubby - Bab 269 Bencana
Setelah Nyonya Tsu dan Gwendolyn Tsu makan siang dan kembali ke rumah sakit, mereka melihat dokter keluar masuk dari kamar Noah Tsu.
Ibu dan anak saling memandang satu sama lain, lalu Gwendolyn Tsu berkata dengan nalurinya, "Ibu, cepat lihat apakah terjadi sesuatu pada ayah."
"Oh, ok." Nyonya Tsu melepaskan Gwendolyn Tsu, lalu berjalan cepat ke arah kamar pasien.
Gwendolyn Tsu juga mempercepat langkah kakinya dan Nyonya Tsu sudah mencapai kamar pasien.
"Ada apa? Ada apa dengan suamiku?" Nyonya Tsu bertanya panik sambil menerobos kerumunan. Ketika dia melihat pasien yang ada di atas ranjang sudah ditutupi kain putih, seketika tubuhnya kaku dan kakinya lemas hingga terjatuh ke atas lantai.
"Ibu ..." Gwendolyn Tsu melihat Nyonya Tsu yang terjatuh di lantai dan menangis keras, juga masuk ke dalam kerumunan, lalu terkejut bersama dengan Nyonya Tsu.
Seorang dokter berkata dengan nada maaf pada ibu dan anak itu, "Nyonya Tsu, Nona Tsu, tadi saat perawat masuk untuk mengantarkan obat pada Tuan Tsu, baru menyadari kalau Tuan Tsu sudah tidak bernapas lagi."
Gwendolyn Tsu menatap sekelompok petugas medis dan berteriak, "Tadi saat kami pergi, ayahku baik-baik saja, masih membaca dokumen, kenapa tiba-tiba tidak bernapas? Bagaimana mungkin?"
"Maaf, kami juga tidak tahu apa yang terjadi."
"Kalau begitu kenapa kalian tidak menolongnya? Untuk apa berdiri di sini? Cepat berikan pertolongan!"
"Nona Tsu, tadi kami sudah melakukan CPR, tapi ..." dokter menghela napas dengan tidak berdaya, "Nona Tsu harap mengerti, penyakit Tuan Tsu memang sudah berada dalam stadium akhir, kapanpun bisa kembali datang."
"Tidak mungkin! Ayahku tadi masih berkata padaku dia hari ini jauh lebih baik. Dia ingin membantuku mendapatkan kembali keadilan. Dia tidak mungkin meninggal! Pasti kalian yang sudah salah!" sambil menangis, Gwendolyn Tsu berlari ke tubuh Noah Tsu, menangis hebat sambil memeluk Noah Tsu.
"Ayah! Tadi kamu jelas-jelas berjanji padaku akan hidup dengan baik. Kenapa kamu melanggar janji? Ayah ... kalau kamu pergi, bagaimana denganku? Tadi ibu bilang kamu paling menyayangiku. Kenapa kamu tega meninggalkanku? Apa kamu tidak ingin mempedulikanku lagi?"
"Nona Tsu, jangan sedih lagi ..." dokter menghibur dengan hati-hati.
"Jangan sedih? Ayahku saja sudah pergi." Gwendolyn Tsu menangis dengan sangat histeris, tidak mempedulikan halangan dari petugas medis, menyibak selimut, sambil menangis sambil teriak, "Ayahku belum meninggal, kalian tidak boleh menutupinya dengan barang seperti ini, tidak boleh ...."
"Nona Tsu, kamu jangan seperti ini. Ini bisa membuat Tuan Tsu tidak tenang." petugas medis segera menutupi kembali kepala Noah Tsu dengan kain kafan.
Sedangkan di saat kain kafan kembali tertutup, Gwendolyn Tsu tiba-tiba melihat bekas cekekan ungu di leher Noah Tsu. Dia segera teriak, "Tunggu dulu!"
Melihat Gwendolyn Tsu tiba-tiba berhenti menangis dan menatap lurus Noah Tsu, gerakan para petugas medis berhenti.
Gwendolyn Tsu menghapus air mata yang ada di wajahnya, menarik kain kafan, lalu menunjuk bekas merah di leher Noah Tsu, "Apa ini?"
Karena bekas merah itu tidak terlalu jelas, sangat sulit disadari oleh orang biasa, jadi tadi para petugas medis tidak menyadari hal itu. Sekarang mendengar pertanyaan dari Gwendolyn Tsu, dokter maju untuk mengamati.
"Bagaimana cara ayahku meninggal? Apakah dicekik mati oleh orang? Apa benar begitu?" Gwendolyn Tsu berteriak dengan histeris.
Dokter memeriksa sebentar dan berkata, "Bekas luka di leher Tuan Tsu memang benar mirip bekas cekikan. Tapi mengenai apa yang terjadi, harus melewati penyelidikan dan pemeriksaan detail dari rumah sakit dulu baru bisa diketahui."
"Pasti iya! Ayahku yang awalnya baik-baik saja tiba-tiba meninggal. Kalau bukan karena mati dicekik, ada penyebab apa lagi!" begitu Gwendolyn Tsu memikirkan kalau ayahnya sangat kemungkinan dibunuh oleh orang, segera menjadi lebih heboh dan sedih.
"Nona Tsu, sekarang kami masih belum bisa memberikan jawabannya padamu. Harap berikan kami waktu untuk melakukan penyelidikan, ya?" tanya petugas medis.
Gwendolyn Tsu tahu tidak ada gunanya juga memaksa mereka sekarang. Selain itu, apa yang bisa dia lakukan jika sudah menemukan pelakunya? Ayahnya sudah meninggal dan tidak dapat dikembalikan lagi.
Dia memeluk tubuh Noah Tsu dan menangis dengan sedih.
Setelah Noah Tsu dibawa pergi, ibu dan anak itu menangis sambil berpelukan. Nyonya Tsu menyalahkan diri dengan berkata, "Suamiku ... semua ini salahku. Aku tidak seharusnya membiarkanmu sendirian di dalam kamar, semua ini salahku ..."
Kalau tahu akan terjadi masalah seperti ini, bagaimana pun dia tidak akan meninggalkan kamar pasien. Kalaupun harus pergi, dia juga pasti akan menyuruh orang untuk menjaga Noah Tsu.
*****
Ada keberanian untuk mencekik mati Noah Tsu, Juwono Yi sudah melakukan persiapan masuk penjara. Di saat masuk untuk melakukan kejahatan, dia juga tidak melakukan terlalu banyak upaya penyamaran diri.
Jadi ketika rekaman CCTV dikasih lihat di hadapan Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu seketika langsung mengenali pria itu adalah Juwono Yi.
Melihat Juwono Yi yang ada di layar, Gwendolyn Tsu menangis dengan sangat sedih sambil mengepalkan tangan.
"Gwendolyn, kamu kenal dia?" melihat reaksi Gwendolyn Tsu, Frans Tsu bertanya dengan mata merah.
Frans Tsu hampir tidak pernah bertemu dengan Juwono Yi, jadi tentu saja tidak kenal dengan pria itu.
Gwendolyn Tsu mengangguk sambil menangis, "Dia adalah Juwono Yi, Juwono yang sudah membunuh ayah."
"Ternyata dia pelakunya!" Frans Tsu menonjok sofa dengan marah.
"Apa hubungan antara ayah kalian dengan tersangka kejahatan Juwono Yi ini? Kenapa Juwono Yi mau membunuh ayah kalian?" polisi menatap dengan tatapan menilai pada ibu dan kedua anak ini.
Gwendolyn Tsu hanya menangis, Frans Tsu juga tidak terlalu mengerti. Pandangan Nyonya Tsu menatap putrinya seketika berubah menjadi tatapan menyalahkan.
"Hanya masalah di bidang bisnis saja." jawab Frans Tsu.
Setelah polisi pergi, Frans Tsu baru menatap Gwendolyn Tsu sambil bertanya, "Sebelumnya di saat aku pergi, ayah sebenarnya mempunyai berapa banyak dendam dengan Juwono? Sampai Juwono bersedia tidak takut mati datang ke rumah sakit dan membunuh orang?"
Gwendolyn Tsu menggigit bibir dan menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu ... aku sudah lama tidak bertanya pada ayah tentang masalah ibu dan anak Juwono Yi."
Nyonya Tsu tiba-tiba berdiri, lalu menampar Gwendolyn Tsu dengan marah, "Kamu tidak tahu? Bagaimana mungkin tidak tahu? Kalau bukan karena kamu, apa ayahmu akan menyerang Perusahaan Besar Yi? Akan menyakiti Juwono Yi? Ayahmu menerima akhir seperti ini semua ini karenamu!"
"Ibu ... aku tidak sengaja." Gwendolyn Tsu memegang wajahnya yang sakit sambil menangis histeris.
Kemarahan Nyonya Tsu tidak berkurang sedikitpun, "Kamu tidak sengaja? Aku dan kakakmu sudah berulang kali membujukmu lepas tangan, tapi kamu tidak mau dengar. Ingin lanjut bertarung dengan Julius dan Clarissa. Sekarang bagus sudah. Keluarga mereka bahagia. Sedangkan kamu sendiri, kakimu cacat, dihina orang, sekarang kamu membunuh ayahmu lagi. Kamu sudah puas bukan?"
Mendengar perkataan yang menyakitkan itu, hati Gwendolyn Tsu seperti ditusuk pisau. Air mata dan tangisan sedihnya sudah tidak mampu melampiaskan rasa sedih di hatinya.
Nyonya Tsu menunjuk dahi Gwendolyn Tsu, juga berkata dengan wajah penuh tangisan, "Setiap kali selain menangis, apa lagi yang bisa kamu lakukan? Bisa belajar dari kesahalan tidak? Bisa berubah tidak? Kamu hanya bisa melampiaskan kesalahan pada orang lain, lalu tidak menyelesaikan masalahmu sendiri."
"Sudahlah ibu." Frans Tsu berdiri, menarik Nyonya Tsu duduk di atas sofa, "Kamu jangan menyalahkan Gwendolyn lagi. Gwendolyn juga sedih, apalagi sekarang tidak ada gunanya juga menyalahkannya."
"Kalau dia benar-benar sedih, dia tidak mungkin begitu tidak dewasa!" Nyonya Tsu tetap berkata dengan marah, "Jelas-jelas tahu hari-hari ayahmu tidak lama lagi, tapi kamu masih terus membuatnya khawatir. Bukankah kamu sengaja ingin membuat dia mati sangking kesalnya? Kalau tahu begini dari awal, saat kamu dihina orang, tidak usah mempedulikanmu saja. Biarkan kamu mati sendiri saja di luar!"
"Ibu, aku adalah putrimu. Bagaimana boleh kamu mengatai aku seperti ini?" Gwendolyn Tsu berkata dengan sakit hati.
Nyonya Tsu malah berkata seperti ini, "Aku bukan ibumu! Aku juga tidak mau mempunyai putri sepertimu lagi!"
"Ibu, kamu jangan berkata perkataan gegabah lagi." Frans Tsu mengelus punggung Nyonya Tsu sambil menenangkan, "Ayah sudah seperti ini. Kamu jangan merusak kesehatan lagi. Sudah lelah seharian, kembali istirahat di kamar saja."
Nyonya Tsu masih mau lanjut memarahi Gwendolyn Tsu, pada akhirnya ditarik kembali oleh Frans Tsu ke dalam kamar.
Setelah menghibur Nyonya Tsu, Frans Tsu kembali lagi ke ruang tamu. Gwendolyn Tsu masih terus menangis di ruang tamu.
Saat ini Frans Tsu juga tidak senang, tidak tahu harus bagaimana menghibur Gwendolyn Tsu, hanya bisa menepuk-nepuk bahu wanita ini dan berkata, "Kamu juga kembali istirahat di kamar saja. Jangan berpikir begitu banyak lagi."
"Kakak ...." Gwendolyn Tsu menatap Frans Tsu dengan wajah penuh air mata, "Apa kamu juga menyalahkanku? Apa kamu juga mengira aku yang membunuh ayah?"
"Tidak ada gunanya menyalahkanmu. Ayah juga tidak bisa kembali lagi." setelah berkata seperti itu, Frans Tsu membalikkan badan dan pergi.
Keesokan sorenya, Keluarga Yi mendapatkan kartu undangan putih dari Keluarga Tsu.
Nyonya Tua menyuruh pelayan membakar kartu undangan itu di luar, lalu berkata dengan senang, "Sudah mendapat balasan bukan. Rasakan itu."
Julius Yi membawakan satu potong buah kepada Clarissa Yuan, juga mengambil sepotong buah pada dirinya sendiri. Sama sekali tidak terpengaruh oleh berita dari Keluarga Tsu.
Kak Vero memapah Nyonya Tua duduk di atas sofa, melihat orang banyak dan berkata, "Nyonya Tua, meskipun tuan muda dan Nona Tsu sudah tidak tinggal di satu rumah, tapi dari segi hukum, tuan muda masih merupakan menantu dari Keluarga Tsu. Takutnya harus menghadiri upacara pemakaman ini."
Nyonya Tua merendahkan, "Untuk apa pergi ke tempat penuh kesialan seperti itu. Noah Tsu kalau tahu di alam kematian, seharusnya mengerti bagaimana caranya Julius menjadi menantu Keluarga Tsu mereka. Itu karena dipaksa."
Julius Yi menganggukan kepala, lanjut memakan buah yang ada di tangannya, "Aku rasa perkataan nenek masuk akal."
"Kalau begitu apakah Nona Tsu akan marah-marah?"
"Marah saja. Memangnya bisa sampai menghancurkan rumah kita?" tanya Nyonya Tua.
Julius Yi menjawab, "Frans Tsu sekarang adalah kepala rumah tangga Keluarga Tsu, dia bisa mengerti kok."
Clarissa Yuan menoleh menatap Julius Yi, "Hari ini Frans meneleponku. Dia berharap Liam dan Natasia bisa mengantar Noah untuk yang terakhir kalinya ..."
Belum selesai berkata, Nyonya Tua langsung menolak, "Kalau begitu bagaimana bisa? Cucu keluarga kita atas hak apa pergi mengikuti upacara pemakaman Keluarga Tsu? Ini tidak cocok."
Clarissa Yuan ragu sebentar, lalu berkata pada Nyonya Tua, "Nenek, Liam dan Natasia meskipun bukan cucu Keluarga Tsu, tapi beberapa tahun ini Keluarga Tsu yang membesarkan mereka. Selain itu Noah dan Nyonya Tsu juga memperlakukan mereka dengan baik. Bagaimanapun mereka adalah kakek dan nenek yang dipanggil selama tiga tahun oleh Liam dan Natasia. Kebencian antara kami jangan dilimpahkan pada anak-anak. Anggap saja untuk berterima kasih pada jasa penjagaan selama tiga tahun ini."
Nyonya Tua diam.
Julius Yi mengangguk setuju, "Yang Clarissa katakan benar. Kalau menyuruh Liam dan Natasia memilih, mereka pasti ingin pergi juga."
Setelah Nyonya Tua berpikir, dia berkata, "Karena kalian sudah berkata seperti itu, terserah kalian saja."
"Terima kasih nenek." Clarissa Yuan tersenyum terima kasih.
Untung saja Nyonya Tua masih termasuk lumayan berpikiran terbuka. Sebelumnya dia masih khawatir Nyonya Tua tidak akan setuju.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniMenantu Hebat
Alwi GoCinta Tapi Diam-Diam
RossieThe Richest man
AfradenPria Misteriusku
LylyPredestined
CarlyVillain's Giving Up
Axe AshciellyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)