The True Identity of My Hubby - Bab 161 Berkhianat
Lift berhenti di parkiran bawah tanah, Clarissa Yuan menarik tangan Julius Yi, baru akan mengatakan sesuatu, langkah kaki Julius malah terhenti tiba-tiba, membuatnya hampir saja tertabrak.
Dia terkejut, mengangkat kepala mendapati Juwono Yi dan Yuliana Liu yang berperut besar kebetulan juga turun dari mobil.
Melihat Clarissa disana, Yuliana yang tadinya berdekatakan dengan Juwono sontak terkejut.
Setelah diperhatikan, raut wajah dua orang itu terlihat berbeda dari biasanya, hati pun semakin panik.
Juwono malah sama sekali tidak heran dengan raut wajah Julius, dalam hati juga mengerti apa penyebabnya, juga sangat mengerti penyebab keadaan penyakit Carter Yi kali ini.
Saat menjual saham, dia sudah memperkirakan masalah seperti ini akan terjadi.
Dalam hati terasa sedikit bersalah, karena Keluarga Yi bersikap cukup baik padanya, tetapi hanya ini satu-satunya jalan yang bisa dia ambil, dia terpaksa menyia-nyiakan kepercayaan orang padanya.
Dibandingkan masa depan sendiri, Keluarga Yi yang tidak lagi menjadi bagian keluarganya pun terasa tidak begitu penting lagi.
“Kakak Kedua, bagaimana keadaan Ayah?” Juwono melihat Julius sambil bertanya dengan cemas.
“Kamu masih enak hati untuk menanyakan bagaimana keadaan Ayah?” Julius menatapnya dengan dua mata yang seolah memercikkan api.
Clarissa segera menepuk lengan Julius demi menenangkannya, lalu berkata pada Juwono Yi: “Juwono, kamu sungguh telah menjual saham ke Noah Tsu? Sudah tandatangan belum? Dan apakah ada kemungkinan diselamatkan kembali?”
Juwono melihatnya sekilas, kemudian menjawab dengan tenang: “Sudah tanda tangan.”
“Kamu sungguh pengkhianat!” Julius sudah tidak mampu menahannya lagi, langsung berlari menghampiri dan melemparkan tinjuan pada wajah Juwono, membuatnya terjatuh dalam seketika.
Yuliana terkejut hingga menjerit, secara refleks menghindar ke samping, sesaat kemudian baru memapah Juwono yang tergeletak disana.
Satu tinjuan saja belum cukup, Julius berencana memberi tinjuan kedua, tetapi Clarissa segera mencegatnya dan berkata dengan panik: “Direktur Yi, jangan berkelahi lagi, hati-hati melukai anak dalam kandungan!”
Melihat Yuliana yang sedang hamil tua terus melindungi Juwono, Julius terpaksa menghentikan pukulan, dengan amarah dalam hati yang tidak berkurang sama sekali , dia melototi Juwono sambil berkata: “Sebenarnya kamu punya otak atau tidak? Tahykah kamu kenapa Noah membeli sahammu? Dia ingin menjajah Perusahaan Besar Yi, tahukah kamu?!”
Setelah menerima satu tinjuan, Juwono hanya merasakan sakit kepedasan pada wajah, ujung bibir pun mengeluarkan sedikit darah. Dia bangkit dengan api meluap-luap, menyerang dan mengembalikan tinjuan ke wajah Julius, berkata: “Sekalipun aku sudah menjual saham, itu sama sekali bukan urusanmu, atas dasar apa kamu memukulku?”
“Bukan urusanku? Sebenarnya kamu adik kandung aku atau bukan? Sebenarnya kamu cucu Keluarga Yi atau bukan?” Emosi Julius semakin terpancing, tanpa memerdulikan luka di wajah, dia pun berkelahi dengan Juwono.
Clarissa yang sedang panik tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa memohon pada kakak-adik itu untuk berhenti berkelahi.
Masalah menjadi seperti ini, Juwono juga merasa sedih, dan yang jauh lebih menyedihkan adalah dia bukanlah adik kandung Julius, bukan cucu Keluarga Yi. Jika tidak, mana mungkin dia merahasiakan segalanya dari Ayah yang paling menyayangi dirinya, menghilangkan kepercayaan orang dengan cara menjual saham Perusahaan Besar Yi, mana mungkin terlibat hubungan dengan Noah Tsu?
Yang membuatnya marah bukanlah satu tinjuan dari Julius, karena tinjuan itu memang pantas diterima. Dia hanya marah pada takdir yang mengharuskannya terpisah dari Keluarga Yi.
Ini pertama kalinya Clarissa melihat Julius berkelahi, dan lawannnya adalah adik kandungnya sendiri. Dalam sekejap dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, hanya bisa memanfaatkan saat tersisa celah antara keduanya, menerobos ke tengah, membentangkan tangan menahan Juwono, sambil menatap Julius yang sedang berapi-api: “Direktur Yi, jangan berkelahi lagi, Ayah masih terbaring di ruang UGD.”
Sama seperti yang diduga, Julius pun menghentikan pukulan demi memastikan keamanannya, Juwono yang sedang bersedih pun tidak menjulurkan tangan lagi. Kakak-adik itu hanya saling menatap dengan nafas terengah-engah.
Clarissa berbalik badan melihat Juwono Yi, berkata dengan tegang: “Juwono, kenapa kamu belum mengerti juga? Kakakmu melakukan semua ini demi kebaikanmu, demi kebaikan Perusahaan Besar Yi, Noah memang bukan orang yang baik, kenapa kamu tidak berunding dulu sebelum menjual saham?”
“Memangnya aku melakukan ini bukan demi perusahaan..” Juwono berkata dengan kesal.
“Kamu demi perusahaan?” Julius menggigit gigi: “Apa letak keuntungannya? Coba kamu katakan.”
“Belakangan ini penjualan perusahaan menurun drastis, perputaran keuangan terancam, aku mengorbankan keuntungan sendiri demi memastikan kelancaran keuangan, dimana letak kesalahanku?” Dia tetap tidak mau mengakui kesalahan.
Sekalipun semua orang menertawakannya tidak tahu diri, dia juga tidak akan perduli, yang terpenting untuk saat ini jangan sampai Keluarga Yi tahu identitasnya yang sesungguhnya, serta tujuan dia menjual saham itu. Saat ini, Carter akan segera berpulang, dan 30% saham miliknya masih belum dibagikan, tentu saja dia harus lebih berhati-hati.
Jika Carter menganggap dirinya menjual saham murni karena bodoh dan tidak mengerti apa-apa, mungkin saja hanya kesal sesaat, yang seharusnya dibagikan tetap harus dibagikan. Tetapi jika sebelum meninggal Carter mengetahui identitasnya yang asli, atau kerja-samanya dengan Noah Tsu, maka sedikit uangpun pasti tidak akan diberikan, bahkan kemungkinan besar memanfaatkan jalan hukum untuk mengambil kembali semua harta yang dimilikinya sekarang.
“Kalau begitu mana uang hasil penjualan saham? Dimana uang itu?” Julius bertanya dengan suara dingin.
“Dia belum memberikannya padaku.” Juwono mulai terpancing lagi, berkata dengan kasar: “Ini masalahku, kamu jangan banyak ikut campur.”
Selesai berkata, dia pun berjalan cepat ke arah lift.
Yuliana segera menyusulnya, berjalan masuk lift bersamanya.
“Juwono, apakah kamu sungguh telah menjual saham perusahaan?” Yuliana memandangi hidung Juwono yang membengkak, lalu mengeluarkan tisu dari tas dan membantu membersihkan bekas darah di ujung bibir.
Juwono hanya mengiyakan dengan nada datar.
“Memangnya kenapa?” Yuliana sama sekali tidak mengerti.
Juwono pun mulai tidak sabar, langsung mendorong pergi tangannya, “Aku sudah ditanyakan seperti itu hingga kacau, bisakah kamu tidak menanyakannya lagi?”
Yuliana semakin panik, langsung melotot dan berkata: “Juwono Yi! Aku istrimu, setengah dari harta dan kekayaan kamu adalah milikku, memangnya mencemaskan harta sendiri tidak wajar bagiku?”
“Setengah milikmu?” Juwono tersenyum dingin melihat perutnya yang sudah besar: “Bukankah kamu sangat hebat, bukankah kamu mengandung cucu pertama Keluarga Yi? Minta saja warisan dari Kakek tua, untuk apa meminta denganku?”
“Apa maksudmu Juwono!”
“Maksudnya aku tidak akan memberikan sepeser pun untukmu, dan kamu akan menerima konsekuensi menyakitkan akibat memaksakan pernikahan denganku waktu itu!”
“Kamu……” Yuliana baru akan mengatakan sesuatu, keduanya telah tiba di depan pintu UGD.
Begitu melihat keadaan terpuruk anaknya, Gloria segera menghampiri dan bertanya dengan perhatian: “Ada apa? Justin memukulimu?” Selesai berkata, dia melihat ke arah Yuliana, “Benar seperti itu?”
Yuliana menganggukkan kepala dengan perlahan, berkata: “Dia pantas menerimanya, bisa-bisanya menjual saham yang diberikan Ayah padanya.”
“Ini…….” Gloria menjelaskan dengan pikiran kacau: “Ini tidak bisa menyalahkan Juwono, Juwono juga sangat kewalahan.”
“Bagaimana keadaan Ayah sekarang?” Yuliana Liu melihat sekilas pintu ruang UGD yang masih saja mneyalakan lampu.
“Masih dalam usaha penyelamatan.” Gloria menghela nafas dengan berat: “Entah bisa melewati tahap ini atau tidak.”
“Bu, Ibu tenang saja, pasti bisa.” Membujuk Gloria adalah andalan Yuliana sejak dulu.
Gloria menganggukkan kepala, lanjut bertanya: “Oh ya, apakah Nenek tahu soal ini?”
“Takut dia cemas, kami tidak berani membiarkannya tahu.” Yuliana menjawab.
“Hm, lebih baik jangan biarkan dia tahu, agar tidak memberikan tekanan berat yang membahayakan kesehatannya.” Selesai berbicara, Gloria pun duduk kembali ke samping Juwono, melihatnya sekejap, lalu berkata dengan cemas: “Sakit tidak? Perlukah mengoleskan obat?”
“Tidak perlu.” Juwono berkata dengan nada datar. Saat melihat Ibu, dia masih saja merasa kesal.
****
Clarissa mengambilkan beberapa jenis obat dan alkohol kembali ke sisi Julius, membantu mengobati lukanya secara pelan.
Saat terjatuh karena pukulan Juwono tadi, lengan Julius tergores, kini darah mulai merembes keluar.
Selain goresan di tangan, bibirnya juga terlihat bengkang, membuat orang yang melihatnya merasa prihatin.
Karena alkohol yang disiramkan pada luka, Julius mengepal tangan menahan rasa perih, Clarissa yang melihatnya pun mengangkat kepala, berkata dengan lembut: “Tahan sebentar lagi, masih ada sedikit debu di dalam luka.”
Setelah membersihkan bekas luka, Clarissa menggenggam tangannya dengan pelan, bertanya cemas: “Julius, apakah kamu baik-baik saja?”
Julius melihatnya, mulai berbicara: “Saham yang berada di tanganku, tangan Juwono dan tangan Ayah saat ini hanya berjumlah 40 %, 10% lainnya berada di tangan Noah Tsu, apakah menurutmu aku akan baik-baik saja?”
“Hanya 10% saja, keadaan tidak seburuk itu kan?”
“Karena begitu semangat untuk memberi saham Perusahaan Besar Yi, Noah Tsu pasti merasa yakin bisa menjadi pemimpin Perusahaan Besar Yi.” Julius menggelengkan kepala, lanjut berkata: “Aku hanya tidak mengerti bagaimana isi pikiran Juwono, kenapa dia bisa menjual saham perusahaan kepada Noah si serigala tua itu.”
“Lalu harus bagaimana sekarang? Saham itu juga tidak mungkin diambil kembali lagi.”
“Tidak tahu, lihat saja seiring berjalannya waktu.” Julius menghela nafas, berbalik arah menghadapnya dan berkata dengan sedih: “Kelihatannya Perusahaan Besar Yi sungguh tidak bisa diselamatkan lagi, kamu siap-siap menghidupiku seumur hidup saja.”
“Tenang saja, pasti akan menghidupimu hingga putih dan gemuk.” Clarissa tersenyum manis.
“Hm, untung saja ada kalimatmu yang satu ini.”
Clarissa tentu tahu dia sedanf bercanda, dalam hati pun ikut merasa sedih. Dia merangkul laki-laki itu dengan erat, berkata: “Kelihatannya Gwendolyn tidak akan menyerah sebelum berhasil mendapatkanmu, bagaimana ini?”
“Masih bisa bagaimana lagi, semua tergantung dari usahamu.”
“Maksudnya?” Clarissa mengangkat kepala melihatnya.
Julius mencubit dagunya dengan gemas, menatap kedua mata itu dengan dalam: “Jika tidak mengikatku dengan kuat, bisa-bisa saja direbut pergi oleh Gwendolyn.”
“Kamu tenang saja, aku akan mengerahkan seluruh tenaga untuk mempertahankanmu.”
“Hm, aku percaya kamu memiliki kemampuan untuk itu.”
“Tetapi…bagaimana dengan Perusahaan Besar Yi?” Clarissa yang tadinya masih sangat bersemangat kini telah seperti balon yang kebocoran angina.
“Setelah Perusahaan Besar Yi tidak ada, Gwendolyn pun tidak memiliki senjata untuk mengikatku lagi, bagus juga sebenarnya.” Julius tersenyum tidak perduli: “Paling parahnya kita harus memulai semua dari awal, asalkan masih hidup, memangnya kenapa jika memulai usaha kecil-kecilan lagi?”
Melihat wajahnya yang dihiasi senyuman, Clarissa bisa merasakan senyuman itu mengandung kepedihan dan ketidakberdayaan.
Novel Terkait
Cinta Yang Berpaling
NajokurataMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMy Secret Love
Fang FangTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelEverything i know about love
Shinta CharityPernikahan Kontrak
JennyBaby, You are so cute
Callie WangThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)