The True Identity of My Hubby - Bab 161 Berkhianat

Lift berhenti di parkiran bawah tanah, Clarissa Yuan menarik tangan Julius Yi, baru akan mengatakan sesuatu, langkah kaki Julius malah terhenti tiba-tiba, membuatnya hampir saja tertabrak.

Dia terkejut, mengangkat kepala mendapati Juwono Yi dan Yuliana Liu yang berperut besar kebetulan juga turun dari mobil.

Melihat Clarissa disana, Yuliana yang tadinya berdekatakan dengan Juwono sontak terkejut.

Setelah diperhatikan, raut wajah dua orang itu terlihat berbeda dari biasanya, hati pun semakin panik.

Juwono malah sama sekali tidak heran dengan raut wajah Julius, dalam hati juga mengerti apa penyebabnya, juga sangat mengerti penyebab keadaan penyakit Carter Yi kali ini.

Saat menjual saham, dia sudah memperkirakan masalah seperti ini akan terjadi.

Dalam hati terasa sedikit bersalah, karena Keluarga Yi bersikap cukup baik padanya, tetapi hanya ini satu-satunya jalan yang bisa dia ambil, dia terpaksa menyia-nyiakan kepercayaan orang padanya.

Dibandingkan masa depan sendiri, Keluarga Yi yang tidak lagi menjadi bagian keluarganya pun terasa tidak begitu penting lagi.

“Kakak Kedua, bagaimana keadaan Ayah?” Juwono melihat Julius sambil bertanya dengan cemas.

“Kamu masih enak hati untuk menanyakan bagaimana keadaan Ayah?” Julius menatapnya dengan dua mata yang seolah memercikkan api.

Clarissa segera menepuk lengan Julius demi menenangkannya, lalu berkata pada Juwono Yi: “Juwono, kamu sungguh telah menjual saham ke Noah Tsu? Sudah tandatangan belum? Dan apakah ada kemungkinan diselamatkan kembali?”

Juwono melihatnya sekilas, kemudian menjawab dengan tenang: “Sudah tanda tangan.”

“Kamu sungguh pengkhianat!” Julius sudah tidak mampu menahannya lagi, langsung berlari menghampiri dan melemparkan tinjuan pada wajah Juwono, membuatnya terjatuh dalam seketika.

Yuliana terkejut hingga menjerit, secara refleks menghindar ke samping, sesaat kemudian baru memapah Juwono yang tergeletak disana.

Satu tinjuan saja belum cukup, Julius berencana memberi tinjuan kedua, tetapi Clarissa segera mencegatnya dan berkata dengan panik: “Direktur Yi, jangan berkelahi lagi, hati-hati melukai anak dalam kandungan!”

Melihat Yuliana yang sedang hamil tua terus melindungi Juwono, Julius terpaksa menghentikan pukulan, dengan amarah dalam hati yang tidak berkurang sama sekali , dia melototi Juwono sambil berkata: “Sebenarnya kamu punya otak atau tidak? Tahykah kamu kenapa Noah membeli sahammu? Dia ingin menjajah Perusahaan Besar Yi, tahukah kamu?!”

Setelah menerima satu tinjuan, Juwono hanya merasakan sakit kepedasan pada wajah, ujung bibir pun mengeluarkan sedikit darah. Dia bangkit dengan api meluap-luap, menyerang dan mengembalikan tinjuan ke wajah Julius, berkata: “Sekalipun aku sudah menjual saham, itu sama sekali bukan urusanmu, atas dasar apa kamu memukulku?”

“Bukan urusanku? Sebenarnya kamu adik kandung aku atau bukan? Sebenarnya kamu cucu Keluarga Yi atau bukan?” Emosi Julius semakin terpancing, tanpa memerdulikan luka di wajah, dia pun berkelahi dengan Juwono.

Clarissa yang sedang panik tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa memohon pada kakak-adik itu untuk berhenti berkelahi.

Masalah menjadi seperti ini, Juwono juga merasa sedih, dan yang jauh lebih menyedihkan adalah dia bukanlah adik kandung Julius, bukan cucu Keluarga Yi. Jika tidak, mana mungkin dia merahasiakan segalanya dari Ayah yang paling menyayangi dirinya, menghilangkan kepercayaan orang dengan cara menjual saham Perusahaan Besar Yi, mana mungkin terlibat hubungan dengan Noah Tsu?

Yang membuatnya marah bukanlah satu tinjuan dari Julius, karena tinjuan itu memang pantas diterima. Dia hanya marah pada takdir yang mengharuskannya terpisah dari Keluarga Yi.

Ini pertama kalinya Clarissa melihat Julius berkelahi, dan lawannnya adalah adik kandungnya sendiri. Dalam sekejap dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, hanya bisa memanfaatkan saat tersisa celah antara keduanya, menerobos ke tengah, membentangkan tangan menahan Juwono, sambil menatap Julius yang sedang berapi-api: “Direktur Yi, jangan berkelahi lagi, Ayah masih terbaring di ruang UGD.”

Sama seperti yang diduga, Julius pun menghentikan pukulan demi memastikan keamanannya, Juwono yang sedang bersedih pun tidak menjulurkan tangan lagi. Kakak-adik itu hanya saling menatap dengan nafas terengah-engah.

Clarissa berbalik badan melihat Juwono Yi, berkata dengan tegang: “Juwono, kenapa kamu belum mengerti juga? Kakakmu melakukan semua ini demi kebaikanmu, demi kebaikan Perusahaan Besar Yi, Noah memang bukan orang yang baik, kenapa kamu tidak berunding dulu sebelum menjual saham?”

“Memangnya aku melakukan ini bukan demi perusahaan..” Juwono berkata dengan kesal.

“Kamu demi perusahaan?” Julius menggigit gigi: “Apa letak keuntungannya? Coba kamu katakan.”

“Belakangan ini penjualan perusahaan menurun drastis, perputaran keuangan terancam, aku mengorbankan keuntungan sendiri demi memastikan kelancaran keuangan, dimana letak kesalahanku?” Dia tetap tidak mau mengakui kesalahan.

Sekalipun semua orang menertawakannya tidak tahu diri, dia juga tidak akan perduli, yang terpenting untuk saat ini jangan sampai Keluarga Yi tahu identitasnya yang sesungguhnya, serta tujuan dia menjual saham itu. Saat ini, Carter akan segera berpulang, dan 30% saham miliknya masih belum dibagikan, tentu saja dia harus lebih berhati-hati.

Jika Carter menganggap dirinya menjual saham murni karena bodoh dan tidak mengerti apa-apa, mungkin saja hanya kesal sesaat, yang seharusnya dibagikan tetap harus dibagikan. Tetapi jika sebelum meninggal Carter mengetahui identitasnya yang asli, atau kerja-samanya dengan Noah Tsu, maka sedikit uangpun pasti tidak akan diberikan, bahkan kemungkinan besar memanfaatkan jalan hukum untuk mengambil kembali semua harta yang dimilikinya sekarang.

“Kalau begitu mana uang hasil penjualan saham? Dimana uang itu?” Julius bertanya dengan suara dingin.

“Dia belum memberikannya padaku.” Juwono mulai terpancing lagi, berkata dengan kasar: “Ini masalahku, kamu jangan banyak ikut campur.”

Selesai berkata, dia pun berjalan cepat ke arah lift.

Yuliana segera menyusulnya, berjalan masuk lift bersamanya.

“Juwono, apakah kamu sungguh telah menjual saham perusahaan?” Yuliana memandangi hidung Juwono yang membengkak, lalu mengeluarkan tisu dari tas dan membantu membersihkan bekas darah di ujung bibir.

Juwono hanya mengiyakan dengan nada datar.

“Memangnya kenapa?” Yuliana sama sekali tidak mengerti.

Juwono pun mulai tidak sabar, langsung mendorong pergi tangannya, “Aku sudah ditanyakan seperti itu hingga kacau, bisakah kamu tidak menanyakannya lagi?”

Yuliana semakin panik, langsung melotot dan berkata: “Juwono Yi! Aku istrimu, setengah dari harta dan kekayaan kamu adalah milikku, memangnya mencemaskan harta sendiri tidak wajar bagiku?”

“Setengah milikmu?” Juwono tersenyum dingin melihat perutnya yang sudah besar: “Bukankah kamu sangat hebat, bukankah kamu mengandung cucu pertama Keluarga Yi? Minta saja warisan dari Kakek tua, untuk apa meminta denganku?”

“Apa maksudmu Juwono!”

“Maksudnya aku tidak akan memberikan sepeser pun untukmu, dan kamu akan menerima konsekuensi menyakitkan akibat memaksakan pernikahan denganku waktu itu!”

“Kamu……” Yuliana baru akan mengatakan sesuatu, keduanya telah tiba di depan pintu UGD.

Begitu melihat keadaan terpuruk anaknya, Gloria segera menghampiri dan bertanya dengan perhatian: “Ada apa? Justin memukulimu?” Selesai berkata, dia melihat ke arah Yuliana, “Benar seperti itu?”

Yuliana menganggukkan kepala dengan perlahan, berkata: “Dia pantas menerimanya, bisa-bisanya menjual saham yang diberikan Ayah padanya.”

“Ini…….” Gloria menjelaskan dengan pikiran kacau: “Ini tidak bisa menyalahkan Juwono, Juwono juga sangat kewalahan.”

“Bagaimana keadaan Ayah sekarang?” Yuliana Liu melihat sekilas pintu ruang UGD yang masih saja mneyalakan lampu.

“Masih dalam usaha penyelamatan.” Gloria menghela nafas dengan berat: “Entah bisa melewati tahap ini atau tidak.”

“Bu, Ibu tenang saja, pasti bisa.” Membujuk Gloria adalah andalan Yuliana sejak dulu.

Gloria menganggukkan kepala, lanjut bertanya: “Oh ya, apakah Nenek tahu soal ini?”

“Takut dia cemas, kami tidak berani membiarkannya tahu.” Yuliana menjawab.

“Hm, lebih baik jangan biarkan dia tahu, agar tidak memberikan tekanan berat yang membahayakan kesehatannya.” Selesai berbicara, Gloria pun duduk kembali ke samping Juwono, melihatnya sekejap, lalu berkata dengan cemas: “Sakit tidak? Perlukah mengoleskan obat?”

“Tidak perlu.” Juwono berkata dengan nada datar. Saat melihat Ibu, dia masih saja merasa kesal.

****

Clarissa mengambilkan beberapa jenis obat dan alkohol kembali ke sisi Julius, membantu mengobati lukanya secara pelan.

Saat terjatuh karena pukulan Juwono tadi, lengan Julius tergores, kini darah mulai merembes keluar.

Selain goresan di tangan, bibirnya juga terlihat bengkang, membuat orang yang melihatnya merasa prihatin.

Karena alkohol yang disiramkan pada luka, Julius mengepal tangan menahan rasa perih, Clarissa yang melihatnya pun mengangkat kepala, berkata dengan lembut: “Tahan sebentar lagi, masih ada sedikit debu di dalam luka.”

Setelah membersihkan bekas luka, Clarissa menggenggam tangannya dengan pelan, bertanya cemas: “Julius, apakah kamu baik-baik saja?”

Julius melihatnya, mulai berbicara: “Saham yang berada di tanganku, tangan Juwono dan tangan Ayah saat ini hanya berjumlah 40 %, 10% lainnya berada di tangan Noah Tsu, apakah menurutmu aku akan baik-baik saja?”

“Hanya 10% saja, keadaan tidak seburuk itu kan?”

“Karena begitu semangat untuk memberi saham Perusahaan Besar Yi, Noah Tsu pasti merasa yakin bisa menjadi pemimpin Perusahaan Besar Yi.” Julius menggelengkan kepala, lanjut berkata: “Aku hanya tidak mengerti bagaimana isi pikiran Juwono, kenapa dia bisa menjual saham perusahaan kepada Noah si serigala tua itu.”

“Lalu harus bagaimana sekarang? Saham itu juga tidak mungkin diambil kembali lagi.”

“Tidak tahu, lihat saja seiring berjalannya waktu.” Julius menghela nafas, berbalik arah menghadapnya dan berkata dengan sedih: “Kelihatannya Perusahaan Besar Yi sungguh tidak bisa diselamatkan lagi, kamu siap-siap menghidupiku seumur hidup saja.”

“Tenang saja, pasti akan menghidupimu hingga putih dan gemuk.” Clarissa tersenyum manis.

“Hm, untung saja ada kalimatmu yang satu ini.”

Clarissa tentu tahu dia sedanf bercanda, dalam hati pun ikut merasa sedih. Dia merangkul laki-laki itu dengan erat, berkata: “Kelihatannya Gwendolyn tidak akan menyerah sebelum berhasil mendapatkanmu, bagaimana ini?”

“Masih bisa bagaimana lagi, semua tergantung dari usahamu.”

“Maksudnya?” Clarissa mengangkat kepala melihatnya.

Julius mencubit dagunya dengan gemas, menatap kedua mata itu dengan dalam: “Jika tidak mengikatku dengan kuat, bisa-bisa saja direbut pergi oleh Gwendolyn.”

“Kamu tenang saja, aku akan mengerahkan seluruh tenaga untuk mempertahankanmu.”

“Hm, aku percaya kamu memiliki kemampuan untuk itu.”

“Tetapi…bagaimana dengan Perusahaan Besar Yi?” Clarissa yang tadinya masih sangat bersemangat kini telah seperti balon yang kebocoran angina.

“Setelah Perusahaan Besar Yi tidak ada, Gwendolyn pun tidak memiliki senjata untuk mengikatku lagi, bagus juga sebenarnya.” Julius tersenyum tidak perduli: “Paling parahnya kita harus memulai semua dari awal, asalkan masih hidup, memangnya kenapa jika memulai usaha kecil-kecilan lagi?”

Melihat wajahnya yang dihiasi senyuman, Clarissa bisa merasakan senyuman itu mengandung kepedihan dan ketidakberdayaan.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu