The True Identity of My Hubby - Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
Yang membuat Clarissa merasa bersyukur adalah dia tidak bertemu Julius di perusahaan Yi, dan di perusahaan Yi juga sama, tatapan mata dan komentar yang tidak terhingga.
Bahkan dari Sekretaris Lee, Clarissa mendapat informasi bahwa Julius tidak datang ke perusahaan karena menemani calon istrinya untuk memilih perhiasan.
Luas ruang rapat hanya segini, jadi tidak bisa juga kalau dia sungguh pura-pura tidak mendengar.
Dia menundukkan kepala, berpura-pura tidak mendengar sambil membolak-balikkan berkas.
“Sekretaris Lee.” Tiba-tiba Justin bersuara.
“Direktur Justin.” Sekretaris Lee segera menegakkan punggungnya memandang Justin.
“Kalau memang kamu begitu tertarik dengan menggosipkan urusan pribadi atasan, silakan pergi ke bagian resepsionis di lantai satu, di situ banyak para wanita, lebih puas jika bergosip di sana.” Ucap Justin dengan wajah datar.
Mendengar dia berkata seperti itu, sekretaris Lee segera menggeleng dengan panik sembari melambaikan tangan : “Tidak, direktur Justin, kamu salah paham, aku tidak pernah suka menggosipkan urusan pribadi atasan, aku lebih banyak bertindak daripada berbicara, kelak juga akan demikian.”
Dipindahkan dari lantai atas ke lantai satu? Bukankah itu sama saja dengan dari surga jatuh ke neraka? Seketika wajah sekretaris Lee memucat.
Justin menyapu pandangannya ke semua orang yang hadir, masih dengan tanpa ekspresi dia berkata : “Semuanya nanti umumkan ke bawahan masing-masing divisi, kelak siapa pun yang berani membahas urusan pribadi Komisaris Julius, akibatnya tanggung sendiri.”
Semuanya mengangguk, bahkan untuk melihat ke Clarissa saja sudah tidak berani lagi.
“Baiklah, semuanya kembali ke divisi masing-masing.” Perintah Justin, kemudian semuanya pun mulai meninggalkan ruang rapat.
Diam-diam Sekretaris Lee menghela nafas lega, setelah membereskan barangnya, dengan kecepatan paling cepat dia keluar dari sana.
Setelah semuanya pergi, Justin mengamati Clarissa : “Kamu baik-baik saja bukan?”
Clarissa menengadahkan kepala tersenyum kepadanya : “Lumayan baik.”
“Jangan pedulikan apa yang mereka katakan.”
“Tenang saja, aku tidak akan peduli.” Ucap Clarissa sembari tersenyum : “Justin, kamu juga tidak perlu sengaja memarahi mereka demi aku, siapa pula yang tidak dibicarakan orang di belakang, serta siapa juga yang tidak membicarakan orang di belakang?”
“Dalam perusahaan memang tidak seharusnya ada kebiasaan seperti ini.” Justin jeda sejenak, lalu berkata dengan hati-hati : “Julius dan Gwendolyn sudah akan menikah sabtu ini, kamu sudah tahu bukan?”
Clarissa mengangguk : “Sudah dapat undangannya.”
“Lalu kamu......”
“Tidak masalah, bukankah ini akhir yang sudah kita perkirakan dari awal, aku sudah ada persiapan hati.”
“Undangan itu pasti Gwendolyn yang menyuruh orang mengantarnya ke kamu, kamu boleh tidak mempedulikannya, juga tidak perlu hadir.”
“Iya, aku memang tidak berencana hadir.” Clarissa tersenyum dengan susah payah, lalu berdiri dari kursi : “Justin, aku pergi dulu.”
***
Clarissa keluar dari perusahaan Yi, ia menengadahkan wajah mungilnya dan berusaha menahan air mata yang sudah akan keluar.
Dia melihat jam sebentar, sudah jam 4 sore, masih setengah jam lagi Liam dan Natasia pulang sekolah, untuk membuat suasana hatinya cepat membaik, dia menyetir menuju sekolah bangsawan yang berjarak beberapa kilometer jauhnya.
Baru saja memarkir mobil, tampak mobil Frans perlahan masuk ke gerbang sekolah.
Melihat Clarissa, Frans agak tercengang, kemudian keluar dari mobil berjalan ke arahnya.
“Secara khusus datang menjemput Liam dan Natasia?” Ditatapnya Clarissa.
“Iya, boleh tidak?” Ucap Clarissa.
“Tentu saja boleh, tadi pagi Liam dan Natasia masih bertanya kapan bisa ketemu dengan kamu.” Frans tertawa : “Hanya saja......kamu begitu dekat dengan aku, apa tidak takut disalah pahami?”
Clarissa tertawa pilu, dia tahu yang dimaksud Frans adalah Julius, karena Frans tahu Julius pada dasarnya adalah orang yang cemburuan.
“Sekarang aku hanya sendiri, selain kamu, aku masih takut siapa yang akan salah paham?”
“Kenapa hanya takut aku salah paham.”
“Karena aku tidak ingin kamu mengira aku mendekati Liam dan Natasia karena maksud tertentu.”
“Clarissa kecil.” Frans tertawa : “Dari dulu aku yang punya maksud tertentu dengan kamu, bukan kamu yang punya.”
Clarissa juga tertawa, meskipun Frans adalah pria baik yang susah ditemui, tapi walaupun sudah bercerai dengan Julius, dia juga tidak pernah berpikir untuk bersamanya. Bukan hanya karena sekarang dia tidak memikirkan tentang hal itu, kalau pun ada juga ia tidak berani.
Frans adalah putra tunggal keluarga Tsu, Liam dan Natasia juga bukan anak kandung Frans, kalau dia menikah dengan Frans, tidakkah membuat keturunan mereka terputus?
Bel sekolah sudah berbunyi, Frans menepuk pundaknya : “Jangan melamun lagi, anak-anak sudah keluar.”
Clarissa sadar dari lamunannya, lalu mengikuti Frans ke ruangan kelas Liam dan Natasia, setelah Frans memberikan kartu antar jemput, dua anak kecil tersebut pun keluar dari ruangan bagaikan ikan lumpur kecil.
“Bibi Clarissa——!” Mendengar Frans bilang Clarissa datang menjemput mereka, anak-anak langsung begitu senangnya mencari sekeliling.
“Di sini!” Clarissa mendekat, memeluk tubuh kecil mereka, lalu bertanya setelah mencium kening mereka satu per satu : “Bagaimana? Apakah sekolah barunya seru?”
“Seru.” Natasia mengangguk.
Sedangkan Liam malah menatap Clarissa dan bertanya : “Bibi Clarissa, ayah bilang tunggu bibi Clarissa punya waktu akan membawa kami pergi jalan-jalan, membeli baju baru, kapan bibi Clarissa punya waktu?”
“Aku?” Clarissa tertawa sambil menunjuk dirinya sendiri : ‘Sekarang juga ada waktu.”
“Benarkah?”
“Iya, kita tidak hanya akan membeli baju baru, tapi juga akan makan makanan enak.”
“Hore!” Teriak anak-anak.
Clarissa berdiri dan berkata kepada Frans : “Bagaimana? Pakai mobil kamu?”
“Tentu saja pakai mobil aku.” Frans membungkukkan badan menggendong Liam : “Ayo, kita beli baju baru!”
Clarissa menemani Liam dan Natasia duduk di belakang, sambil melihat buku baru yang Liam sodorkan, ia memperkenalkan isi buku tersebut secara singkat dengan riang.
Saat mobil melewati pusat kota, Clarissa melihat ke luar jendela dan bertanya kepada Frans : “Kamu rencananya mau belikan mereka baju di mana?”
“Di International Trade sana.”
“International Trade? Bukankah barang di sana sangat mahal?” Dia pernah ke sana bersama Julius, tempat itu hanya bisa dipergi oleh orang yang berstatus dan berkedudukan.
“Mahal sedikit tidak masalah, yang penting nyaman dikenakan, pakaian Liam dan Natasia selalu beli di sana.”
“Pertumbuhan anak-anak cepatnya seperti lobak, sebentar saja sudah tidak bisa dipakai, jadi tidak perlu beli yang terlalu mahal.”
Frans menatap Clarissa dari kaca spion dan berkata : “Aku kira kamu tidak akan berkata seperti ini setelah lama bersama Julius.”
Kalau Gwendolyn, merek besar yang dijual di International tidak akan dilihatnya, yang ia pakai merupakan pakaian yang secara langsung dibuat oleh Italia.
“Buat apa mengungkitnya?” Clarissa kehabisan kata-kata.
Meskipun pakaian di International Trade mahal, tapi memang cantik-cantik.
Apalagi Clarissa belum pernah membeli pakaian anak kecil, semua pakaian yang tergantung di estalase tampak cantik sekali, dia mengambil gaun ngembang warna pink dan dicobanya ke badan Natasia : “Lihat, mirip tidak dengan putri kecil?”
“Bibi Clarissa, guruku bilang aku princess Snow White, jadi aku mau memakai gaun putih.” Ucap Natasia sambil memegang gaun berwarna putih.
“Snow White juga memakai gaun pink.”
“Benarkah?”
“Iya.” Dengan tersenyum lebar Clarissa berkata : “Ayo, kita ganti gaun barunya.”
Ada Clarissa yang membantu, Frans pun santai sekali, dia hanya duduk di sofa melihat Clarissa membantu Liam dan Natasia memilih pakaian.
Bagaimana pun juga Liam itu seorang laki-laki, sehingga tidak sangat tertarik dengan pakaian baru. Baru mencoba dua setel, dia sudah mulai bosan : “Ayah, kapan kita pergi membeli makan?”
Frans menepuk kepalanya dengan pelan : “Tahunya makan saja, hati-hati nanti jadi gendut.”
Nona karyawan toko berkata sambil tertawa lebar : “Badan tuan dan nyonya begitu bagus, kalau pun anak-anak sampai gendut, nanti juga bisa kurus lagi dengan gampang.”
Clarissa dan Frans saling berpandangan dengan kikuk, tapi juga sama-sama memilih diam, karena malas untuk memberi penjelasan.
Karena desakan Liam, mau tidak mau Frans menyela Clarissa dan Natasia yang sedang bersemangat, lalu membayar belanjaan ke kasir.
Ketika turun dari lantai 4, saat melewati lantai dua yang merupakan bagian perhiasan, Liam dan Natasia yang berlari di depan menabrak seseorang. Liam meminta maaf dengan sopan, dan saat menengadahkan kepala baru menyadari ternyata orang itu adalah Gwendolyn dan Julius.
Di saat ini pula Frans dan Clarissa melihat kedua orang itu, Clarissa refleks membalikkan badan, mencoba untuk menghindar dari pandangan Julius.
Namun dia masih lebih lambat satu langkah, karena Julius sudah melihatnya.
“Tante, paman Yi.” Liam dan Natasia memanggil dengan riang.
“Kebetulan sekali, kalian juga jalan-jalan ke sini.” Gwendolyn mengelus kepala Liam, kemudian mengerling cuek ke Clarissa dan berkata kepada Frans : “Kak, kenapa ini? Bukankah pagi ini ibu baru mengingatkan kamu jangan berhubungan dengan wanita ini.”
Dia menunjuk Clarissa dengan dagunya.
Natasia tidak jelas dengan hubungan orang dewasa, ia pun bertanya dengan bingung : “Tante, kenapa ayah tidak boleh berhubungan dengan bibi Clarissa? Bibi Clarissa itu orang baik, tadi dia menjemput kami pulang sekolah.”
“Karena bibi Clarissa kalian adalah orang jahat, dia menginginkan uang ayahmu.”
“Gwendolyn! Jangan mengatakan hal seperti ini ke anak-anak.” Frans segera mengomelinya.
“Kak, ini aku demi kebaikan kamu, apa kamu tahu dia orang seperti apa? Langsung main dekat saja.”
“Aku juga tidak setuju kamu dengan Julius, tapi bukankah kamu tetap menikah dengannya?” Frans menatap dua orang itu sekilas, lalu menarik Clarissa yang serba salah : “Clarissa, ayo kita pergi.”
Frans membawa Clarissa dan anak-anak pergi, Gwendolyn pun marah sambil memukul pegangan kursi roda : “ Benci sekali! Benar-benar wanita yang tidak tahu malu.”
“Apa bedanya kamu dengan dia?” Julius tertawa dingin ke dirinya.
Gwendolyn tidak terima : “Tentu saja beda, aku menikah dengan kamu karena cinta, bukan karena mendambakan harta kekayaan keluarga Yi.”
Julius tersenyum mengejek, lalu melangkahkan kaki ke arah eskalator.
“Julius! Kamu mau ke mana?” Tanya Gwendolyn panik, dua orang perawat di belakang pun mendorongnya untuk menyusul.
Tanpa menoleh Julius menjawab : “Bukannya cincin sudah selesai dipesan, aku sudah harus pulang.”
“Julius! Julius!” Gwendolyn memanggil dengan gusar, namun Julius langsung turun dengan eskalator seolah tidak mendengar apa pun.
Novel Terkait
My Charming Lady Boss
AndikaMy Only One
Alice SongHei Gadis jangan Lari
SandrakoYou're My Savior
Shella NaviAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)