The True Identity of My Hubby - Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan

Yang membuat Clarissa merasa bersyukur adalah dia tidak bertemu Julius di perusahaan Yi, dan di perusahaan Yi juga sama, tatapan mata dan komentar yang tidak terhingga.

Bahkan dari Sekretaris Lee, Clarissa mendapat informasi bahwa Julius tidak datang ke perusahaan karena menemani calon istrinya untuk memilih perhiasan.

Luas ruang rapat hanya segini, jadi tidak bisa juga kalau dia sungguh pura-pura tidak mendengar.

Dia menundukkan kepala, berpura-pura tidak mendengar sambil membolak-balikkan berkas.

“Sekretaris Lee.” Tiba-tiba Justin bersuara.

“Direktur Justin.” Sekretaris Lee segera menegakkan punggungnya memandang Justin.

“Kalau memang kamu begitu tertarik dengan menggosipkan urusan pribadi atasan, silakan pergi ke bagian resepsionis di lantai satu, di situ banyak para wanita, lebih puas jika bergosip di sana.” Ucap Justin dengan wajah datar.

Mendengar dia berkata seperti itu, sekretaris Lee segera menggeleng dengan panik sembari melambaikan tangan : “Tidak, direktur Justin, kamu salah paham, aku tidak pernah suka menggosipkan urusan pribadi atasan, aku lebih banyak bertindak daripada berbicara, kelak juga akan demikian.”

Dipindahkan dari lantai atas ke lantai satu? Bukankah itu sama saja dengan dari surga jatuh ke neraka? Seketika wajah sekretaris Lee memucat.

Justin menyapu pandangannya ke semua orang yang hadir, masih dengan tanpa ekspresi dia berkata : “Semuanya nanti umumkan ke bawahan masing-masing divisi, kelak siapa pun yang berani membahas urusan pribadi Komisaris Julius, akibatnya tanggung sendiri.”

Semuanya mengangguk, bahkan untuk melihat ke Clarissa saja sudah tidak berani lagi.

“Baiklah, semuanya kembali ke divisi masing-masing.” Perintah Justin, kemudian semuanya pun mulai meninggalkan ruang rapat.

Diam-diam Sekretaris Lee menghela nafas lega, setelah membereskan barangnya, dengan kecepatan paling cepat dia keluar dari sana.

Setelah semuanya pergi, Justin mengamati Clarissa : “Kamu baik-baik saja bukan?”

Clarissa menengadahkan kepala tersenyum kepadanya : “Lumayan baik.”

“Jangan pedulikan apa yang mereka katakan.”

“Tenang saja, aku tidak akan peduli.” Ucap Clarissa sembari tersenyum : “Justin, kamu juga tidak perlu sengaja memarahi mereka demi aku, siapa pula yang tidak dibicarakan orang di belakang, serta siapa juga yang tidak membicarakan orang di belakang?”

“Dalam perusahaan memang tidak seharusnya ada kebiasaan seperti ini.” Justin jeda sejenak, lalu berkata dengan hati-hati : “Julius dan Gwendolyn sudah akan menikah sabtu ini, kamu sudah tahu bukan?”

Clarissa mengangguk : “Sudah dapat undangannya.”

“Lalu kamu......”

“Tidak masalah, bukankah ini akhir yang sudah kita perkirakan dari awal, aku sudah ada persiapan hati.”

“Undangan itu pasti Gwendolyn yang menyuruh orang mengantarnya ke kamu, kamu boleh tidak mempedulikannya, juga tidak perlu hadir.”

“Iya, aku memang tidak berencana hadir.” Clarissa tersenyum dengan susah payah, lalu berdiri dari kursi : “Justin, aku pergi dulu.”

***

Clarissa keluar dari perusahaan Yi, ia menengadahkan wajah mungilnya dan berusaha menahan air mata yang sudah akan keluar.

Dia melihat jam sebentar, sudah jam 4 sore, masih setengah jam lagi Liam dan Natasia pulang sekolah, untuk membuat suasana hatinya cepat membaik, dia menyetir menuju sekolah bangsawan yang berjarak beberapa kilometer jauhnya.

Baru saja memarkir mobil, tampak mobil Frans perlahan masuk ke gerbang sekolah.

Melihat Clarissa, Frans agak tercengang, kemudian keluar dari mobil berjalan ke arahnya.

“Secara khusus datang menjemput Liam dan Natasia?” Ditatapnya Clarissa.

“Iya, boleh tidak?” Ucap Clarissa.

“Tentu saja boleh, tadi pagi Liam dan Natasia masih bertanya kapan bisa ketemu dengan kamu.” Frans tertawa : “Hanya saja......kamu begitu dekat dengan aku, apa tidak takut disalah pahami?”

Clarissa tertawa pilu, dia tahu yang dimaksud Frans adalah Julius, karena Frans tahu Julius pada dasarnya adalah orang yang cemburuan.

“Sekarang aku hanya sendiri, selain kamu, aku masih takut siapa yang akan salah paham?”

“Kenapa hanya takut aku salah paham.”

“Karena aku tidak ingin kamu mengira aku mendekati Liam dan Natasia karena maksud tertentu.”

“Clarissa kecil.” Frans tertawa : “Dari dulu aku yang punya maksud tertentu dengan kamu, bukan kamu yang punya.”

Clarissa juga tertawa, meskipun Frans adalah pria baik yang susah ditemui, tapi walaupun sudah bercerai dengan Julius, dia juga tidak pernah berpikir untuk bersamanya. Bukan hanya karena sekarang dia tidak memikirkan tentang hal itu, kalau pun ada juga ia tidak berani.

Frans adalah putra tunggal keluarga Tsu, Liam dan Natasia juga bukan anak kandung Frans, kalau dia menikah dengan Frans, tidakkah membuat keturunan mereka terputus?

Bel sekolah sudah berbunyi, Frans menepuk pundaknya : “Jangan melamun lagi, anak-anak sudah keluar.”

Clarissa sadar dari lamunannya, lalu mengikuti Frans ke ruangan kelas Liam dan Natasia, setelah Frans memberikan kartu antar jemput, dua anak kecil tersebut pun keluar dari ruangan bagaikan ikan lumpur kecil.

“Bibi Clarissa——!” Mendengar Frans bilang Clarissa datang menjemput mereka, anak-anak langsung begitu senangnya mencari sekeliling.

“Di sini!” Clarissa mendekat, memeluk tubuh kecil mereka, lalu bertanya setelah mencium kening mereka satu per satu : “Bagaimana? Apakah sekolah barunya seru?”

“Seru.” Natasia mengangguk.

Sedangkan Liam malah menatap Clarissa dan bertanya : “Bibi Clarissa, ayah bilang tunggu bibi Clarissa punya waktu akan membawa kami pergi jalan-jalan, membeli baju baru, kapan bibi Clarissa punya waktu?”

“Aku?” Clarissa tertawa sambil menunjuk dirinya sendiri : ‘Sekarang juga ada waktu.”

“Benarkah?”

“Iya, kita tidak hanya akan membeli baju baru, tapi juga akan makan makanan enak.”

“Hore!” Teriak anak-anak.

Clarissa berdiri dan berkata kepada Frans : “Bagaimana? Pakai mobil kamu?”

“Tentu saja pakai mobil aku.” Frans membungkukkan badan menggendong Liam : “Ayo, kita beli baju baru!”

Clarissa menemani Liam dan Natasia duduk di belakang, sambil melihat buku baru yang Liam sodorkan, ia memperkenalkan isi buku tersebut secara singkat dengan riang.

Saat mobil melewati pusat kota, Clarissa melihat ke luar jendela dan bertanya kepada Frans : “Kamu rencananya mau belikan mereka baju di mana?”

“Di International Trade sana.”

“International Trade? Bukankah barang di sana sangat mahal?” Dia pernah ke sana bersama Julius, tempat itu hanya bisa dipergi oleh orang yang berstatus dan berkedudukan.

“Mahal sedikit tidak masalah, yang penting nyaman dikenakan, pakaian Liam dan Natasia selalu beli di sana.”

“Pertumbuhan anak-anak cepatnya seperti lobak, sebentar saja sudah tidak bisa dipakai, jadi tidak perlu beli yang terlalu mahal.”

Frans menatap Clarissa dari kaca spion dan berkata : “Aku kira kamu tidak akan berkata seperti ini setelah lama bersama Julius.”

Kalau Gwendolyn, merek besar yang dijual di International tidak akan dilihatnya, yang ia pakai merupakan pakaian yang secara langsung dibuat oleh Italia.

“Buat apa mengungkitnya?” Clarissa kehabisan kata-kata.

Meskipun pakaian di International Trade mahal, tapi memang cantik-cantik.

Apalagi Clarissa belum pernah membeli pakaian anak kecil, semua pakaian yang tergantung di estalase tampak cantik sekali, dia mengambil gaun ngembang warna pink dan dicobanya ke badan Natasia : “Lihat, mirip tidak dengan putri kecil?”

“Bibi Clarissa, guruku bilang aku princess Snow White, jadi aku mau memakai gaun putih.” Ucap Natasia sambil memegang gaun berwarna putih.

“Snow White juga memakai gaun pink.”

“Benarkah?”

“Iya.” Dengan tersenyum lebar Clarissa berkata : “Ayo, kita ganti gaun barunya.”

Ada Clarissa yang membantu, Frans pun santai sekali, dia hanya duduk di sofa melihat Clarissa membantu Liam dan Natasia memilih pakaian.

Bagaimana pun juga Liam itu seorang laki-laki, sehingga tidak sangat tertarik dengan pakaian baru. Baru mencoba dua setel, dia sudah mulai bosan : “Ayah, kapan kita pergi membeli makan?”

Frans menepuk kepalanya dengan pelan : “Tahunya makan saja, hati-hati nanti jadi gendut.”

Nona karyawan toko berkata sambil tertawa lebar : “Badan tuan dan nyonya begitu bagus, kalau pun anak-anak sampai gendut, nanti juga bisa kurus lagi dengan gampang.”

Clarissa dan Frans saling berpandangan dengan kikuk, tapi juga sama-sama memilih diam, karena malas untuk memberi penjelasan.

Karena desakan Liam, mau tidak mau Frans menyela Clarissa dan Natasia yang sedang bersemangat, lalu membayar belanjaan ke kasir.

Ketika turun dari lantai 4, saat melewati lantai dua yang merupakan bagian perhiasan, Liam dan Natasia yang berlari di depan menabrak seseorang. Liam meminta maaf dengan sopan, dan saat menengadahkan kepala baru menyadari ternyata orang itu adalah Gwendolyn dan Julius.

Di saat ini pula Frans dan Clarissa melihat kedua orang itu, Clarissa refleks membalikkan badan, mencoba untuk menghindar dari pandangan Julius.

Namun dia masih lebih lambat satu langkah, karena Julius sudah melihatnya.

“Tante, paman Yi.” Liam dan Natasia memanggil dengan riang.

“Kebetulan sekali, kalian juga jalan-jalan ke sini.” Gwendolyn mengelus kepala Liam, kemudian mengerling cuek ke Clarissa dan berkata kepada Frans : “Kak, kenapa ini? Bukankah pagi ini ibu baru mengingatkan kamu jangan berhubungan dengan wanita ini.”

Dia menunjuk Clarissa dengan dagunya.

Natasia tidak jelas dengan hubungan orang dewasa, ia pun bertanya dengan bingung : “Tante, kenapa ayah tidak boleh berhubungan dengan bibi Clarissa? Bibi Clarissa itu orang baik, tadi dia menjemput kami pulang sekolah.”

“Karena bibi Clarissa kalian adalah orang jahat, dia menginginkan uang ayahmu.”

“Gwendolyn! Jangan mengatakan hal seperti ini ke anak-anak.” Frans segera mengomelinya.

“Kak, ini aku demi kebaikan kamu, apa kamu tahu dia orang seperti apa? Langsung main dekat saja.”

“Aku juga tidak setuju kamu dengan Julius, tapi bukankah kamu tetap menikah dengannya?” Frans menatap dua orang itu sekilas, lalu menarik Clarissa yang serba salah : “Clarissa, ayo kita pergi.”

Frans membawa Clarissa dan anak-anak pergi, Gwendolyn pun marah sambil memukul pegangan kursi roda : “ Benci sekali! Benar-benar wanita yang tidak tahu malu.”

“Apa bedanya kamu dengan dia?” Julius tertawa dingin ke dirinya.

Gwendolyn tidak terima : “Tentu saja beda, aku menikah dengan kamu karena cinta, bukan karena mendambakan harta kekayaan keluarga Yi.”

Julius tersenyum mengejek, lalu melangkahkan kaki ke arah eskalator.

“Julius! Kamu mau ke mana?” Tanya Gwendolyn panik, dua orang perawat di belakang pun mendorongnya untuk menyusul.

Tanpa menoleh Julius menjawab : “Bukannya cincin sudah selesai dipesan, aku sudah harus pulang.”

“Julius! Julius!” Gwendolyn memanggil dengan gusar, namun Julius langsung turun dengan eskalator seolah tidak mendengar apa pun.

Novel Terkait

Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu