The True Identity of My Hubby - Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
Pada malam hari, akhirnya Liam sadar.
Ketika Liam sadar, Clarissa Yuan sedang tidur di tepi ranjang, Julius Yi terus menjaga Liam
"Paman Yi......" panggil Liam dengan kecil.
"Akhirnya kamu sadar." Julius Yi dengan senang menggenggam tangan dia, lalu menatapnya: "Bagimana? Apakah ada bagian yang sakit?"
"Tidak ada." Liam menggelengkan kepalanya, dia menundukkan kepala untuk melihat Clarissa Yuan yang sedang tertidur dengan nyenyak.
Sebenarnya Julius Yi ingin Clarissa Yuan tetap tidur, tetapi dia teringat dia mengatakan kepadanya, jika Liam sadar dia harus membangunkannya, jadi dia meletakkan tangannya di sekitar bahu dia, lalu memanggilnya dengan suara yang rendah: "Clarissa."
Bulu mata Clarissa Yuan bergerak, dia segera duduk dengan tegak, lalu bertanya dengan panik: "Kenapa? Kenapa dengan Liam?"
Julius Yi tertawa, lalu mencubit pipinya: "Sadarlah, Liam sudah sadar."
Setelah kejadian Liam diracuni, Clarissa Yuan menolak untuk tidur, dia baru saja dengan susah payah membujuknya untuk tidur, dan akhirnya dia tertidur, semestinya tadi dia tidak usah membangunkannya.
"Liam sudah sadar?" Clarissa Yuan dengan senang menggenggam tangan Liam, dan menatapnya: "Ternyata benar, Liam akhirnya sadar."
"Tante Clarissa, kenapa kamu tidak tidur di ranjang?" tanya Liam dengan perhatian.
Clarissa Yuan mengusap pipinya dengan kedua tangannya, lalu berkata: "Karena tante Clarissa takut Liam akan dilukai oleh orang jahat."
"Di sini tidak ada orang jahat."
"Tante Clarissa sangat menyayangi Liam." Julius Yi berkata sambil tersenyum.
Liam tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, dia juga tidak ingin memberitahu Liam, biarkan dia mengira dirinya baru saja bangun.
Liam menatap sekeliling lalu bertanya: "Kenapa ayah tidak menemani Liam di sini?"
"Karena ayah harus menjaga adikmu di rumah." Clarissa Yuan bertanya: "Kenapa? Apakah Liam tidak suka ditemani oleh tante Clarissa dan paman Yi?"
"Suka."
"Benarkah?"
Liam menganggukkan kepalanya, wajahnya serius: "Karena tante Clarissa dan paman Yi sangat menyukai Liam, tentu saja Liam juga menyukai kalian."
"Sangat pintar." dengan puas Clarissa Yuan tersenyum.
"Liam, kamu lapar tidak, apakah kamu ingin makan sesuatu?" tanya Julius Yi.
Liam menyentuh perutnya, lalu menganggukkan kepala, dia sudah lama tidak makan tentu saja lapar.
Clarissa Yuan baru saja ingin berdiri untuk mengambil mangkuk dan sumpit, Julius Yi menyuruh dia untuk tetap duduk, lalu dia segera berdiri: "Aku saja yang mengambilnya."
Julius Yi pergi mengambil mangkuk, mencucinya dengan air kran, lalu dia mengisi setengah mangkuk bubur dari termos yang sudah disiapkan sebelumnya, lalu menyuapinya kepada Liam.
Clarissa Yuan melihat dia dari samping, di wajahnya terdapat senyum bahagia. Selain waktu itu ketika dia merawat dia di rumah sakit, dia sangat jarang melihat dia merawat orang seperhatian ini.
Orang-orang berkata pria yang suka bekerja dan suka anak sangat mempesona, ternyata itu benar.
Dia melihat ayah dan anak tersebut, sampai akhirnya Julius Yi meletakkan mangkuknya, dia duduk dengan tegak dan berkata: "Julius, kamu pulang dan istirahatlah, serahkan kepadaku."
Takut dia akan khawatir, dia menambahkan: "Kamu tenang saja, kali ini aku akan lebih hati-hati, pasti tidak akan terjadi kejadian seperti pagi tadi."
Julius Yi melihat dia panik, lalu tersenyum dan berkata: "Kamu tidak perlu panik, kali ini Gwendolyn Tsu tidak akan berani bertindak gegabah lagi."
"Jadi tidak perlu ada dua orang yang bertahan di sini."
"Tidak apa-apa, aku bisa bertahan."
"Tetapi kamu sama sekali tidak tidur." Clarissa Yuan menunjuk ranjang di samping: "Kamu rebahan dulu saja di sana."
Agar tidak ditolak oleh Julius Yi, Clarissa Yuan tersenyum kepada Liam dan berkata: "Liam, cepat suruh paman Yi istirahat, kamu bilang jika tidak istirahat besok tidak akan memiliki tenang untuk bekerja."
Liam dengan patuh menarik ujung baju Julius Yi: "Paman Yi, kamu istirahatlah." lalu dia menatap Clarissa Yuan: "Tante Clarissa, kamu juga istirahatlah."
"Liam sangat pintar, tante Clarissa setelah ini akan beristirahat." Clarissa Yuan menatap Julius Yi: "Cepat pergi."
Julius Yi tidak bisa menolak, jadi dia segera beristirahat di ats ranjang.
Semua kartu dia dibekukan, Gwendolyn Tsu melempar semua kartu dia ke lantai.
Dalam satu malam dia berubah menjadi orang miskin, dia sama sekali tidak bisa menerimanya, tetapi ayahnya saja sudah mendukung Frans Tsu, sekarang dia sama sekali tidak memiliki orang yang akan membantunya.
Ponselnya terus berdering tanpa henti, dengan kesal dia mengambil ponselnya, dia melihat nama Andi tertera di ponselnya, lalu dia melempar ponselnya, membiarkannya begitu saja.
Ponselnya terus berdering, dia dengan kesal, menjawab telepon tersebut: "Dasar bodoh! Masalah sekecil ini saja tidak bisa kamu lakukan, kamu masih berani meneleponku?"
Andi berkata dengan cemas: "Nona Tsu, sekarang polisi sedang mencocokkan saya dengan wajah saya yang terlihat di video, mungkin sebentar lagi mereka akan mengetahui identitasku, jadi aku harus segera meninggalkan Kota A......"
"Apa hubungannya denganku?"
"Ini memang tidak ada hubungannya dengan Nona Tsu, tetapi bisakah Nona Tsu memberikanku uang 1 juta, aku sekarang membutuhkan uang untuk melarikan diri, aku mohon......"
Gwendolyn Tsu dengan cepat menyela: "Aku pernah berkata, kamu tidak akan mendapat uang jika masalah ini tidak dilakukan dengan baik."
"Tetapi kamu juga pernah bilang akan memberiku uang 1 juta."
"Lalu kenapa? Sekarang aku tidak ingin memberikannya." Gwendolyn Tsu yang sedang marah karena masalah kartunya, sekarang dia menjadi lebih kesal gara-gara Andi. Jika bukan karena dia tidak becus, setelah masalah ini selesai dia tidak akan seperti ini, Liam akan mati, lalu kartu dia juga tidak akan dibekukan.
"Kamu butuh uang bukan? Selesaikanlah masalah ini." Selesai Gwendolyn Tsu selesai berbicara, dia segera mematikan hubungannya.
Andi tidak terima, dengan cepat dia menelepon lagi, karena tidak ada yang mengangkatnya, Andi mengirim pesan kepada dia, isi pesannya terdengar dingin: "Nona Tsu, aku memberimu waktu 1 hari untuk mengirimkan uangnya ke rekeningku, jika tidak kejadian Clarissa Yuan yang di pabrik, kamu akan mengalaminya juga."
Gwendolyn Tsu mencibir: "Aku tidak takut!"
Setelah membalasnya, dia segera mematikan ponselnya, dan melemparkannya.
Dia tidak merasa khawatir pada orang yang akan segera ditangkap oleh polisi.
Dia berpikir bisa jadi Andi tertangkap, khawatir dirinya akan terseret dalam masalahnya, dia segera mengambil kembali ponselnya dari atas sofa, lalu berjalan ke dapur mengambil pisau, dan menghancurkan ponselnya, lalu membuang SIM Card-nya ke dalam toilet.
Ponsel ini khusus digunakan untuk berhubungan dengan Andi, tetapi pada akhirnya dihancurkan oleh dia.
Nyonya Tsu bersama dengan Gwendolyn Tsu kembali datang untuk menjenguk Liam.
Clarissa Yuan melihat Gwendolyn Tsu, merasakan dirinya menjadi khawatir, dia terus merasa dia akan mencelakai Liam.
Lalu dia bertatapan dengan kedua penjaga yang menjaga di depan, dan menghalangi ibu dan anak Keluarga Tsu tersebut.
Nyonya Tsu dengan dingin menatap kedua penjaga tersebut: "Apa maksud dari tindakan kalian?"
"Direktur Yi sudah berpesan, selain dokter, perawat, anggota Keluarga Yi dan Tuan Muda Tsu, tidak ada orang yang boleh memasuki ruangan pasien." para penjaga berkata dengan profesional.
Melihat keseriusan mereka, membuat hati Nyonya Tsu sakit, walaupun biasanya dia tidak terlalu menyayangi Liam, tetapi hatinya merasa sedikit sakit, apakah hari ini dia tidak bisa melihat Liam sebentar saja?
Sebenarnya, dia sendiri juga tidak tahu apa tujuannya datang ke sini, setelah dia tahu identitas Liam dan Natasia, dia merasa hatinya ada yang mengganjal, bagaimanapun juga kedua anak ini dibesarkan oleh Keluarga Tsu, tetapi ternyata mereka sedang membantu Keluarga Yi menjaga anak-anaknya.
Dia menatap ke dalam ruangan, dia melihat Liam yang sedang tidur dengan tenang.
"Apakah aku tidak boleh melihatnya sebentar saja?" Nyonya Tsu bertanya dengan cemberut.
Ketika penjaga akan berkata tidak boleh, Clarissa Yuan dengan cepat berkata: "Nyonya Tsu boleh melihat Liam."
Pandangannya menatap kedua ibu dan anak tersebut, lalu berkata: "Tetapi Nona Tsu tidak perlu masuk, karena Nona Tsu adalah orang yang berbahaya."
Nyonya Tsu menatap Clarissa Yuan.
Dia tidak menyangka, Clarissa Yuan bisa berkata seperti itu.
Clarissa Yuan kembali melanjutkan: "Kenapa aku bisa berkata seperti itu, seharusnya Nyonya Tsu sudah mengetahuinya bukan?"
Nyonya Tsu merasa malu, lalu dia menatap Clarissa Yuan: "Sebenarnya aku juga tidak terlalu ingin masuk untuk melihat Liam, lagipula dia bukan lagi cucu dari Keluarga Tsu, lihat atau tidak lihat tidak menjadi masalah bagi kami. Nona Clarissa, jangan lupa siapa yang membesarkan anak-anakmu selama 3 tahun ini, mengapa kamu sangat tidak tahu berterima kasih?"
"Menurutku Nyonya Tsu sudah salah paham, aku seperti ini demi keamanan Liam, jika Nyonya Tsu ingin melihat Liam, aku dan Liam selalu menyambutmu." raut wajah Clarissa Yuan dingin, tetapi di dalam hatinya dia terkejut, dia tidak menyangka Nyonya Tsu sudah mengetahui identitas Liam.
"Ibu, sudahlah, mari kita pulang." Gwendolyn Tsu menarik baju Nyonya Tsu, lalu menatap Clarissa Yuan: "Kamu juga tidak perlu panik, aku dan ibuku sedang berkeliling ketika melewati rumah sakit ini, jadi kami memutuskan untuk datang menjenguk."
Nyonya Tsu menatap Liam yang tertidur, dia tidak akan tahu jika tidak ada orang yang memberitahunya, setelah dilihat-lihat ternyata Liam sedikit mirip dengan Julius Yi yang dulu.
Anak-anak Julius Yi sudah sebesar ini, ketika dia melihat anak perempuannya, dia menghela nafas, dia menggenggam tangan Gwendolyn, lalu berjalan menuju lift.
Nyonya Tsu tidak berkata apa-apa, langsung membalikkan badan dan berjalan menjauh.
Melihat ibu dan anak itu berjalan menjauh, Clarissa Yuan diam-diam merasa lega, dan berjalan mendekat ke ranjang pasien.
Awalnya hari ini Nyonya Tsu ingin menemani Gwendolyn Tsu, mereka berbelanja demi membuat dia bahagia, tidak disangka mereka bertemu dengan Clarissa Yuan, Nyonya Tsu merasa hatinya tidak nyaman.
Melihat raut wajah anak perempuannya yang sedikit cemberut, Nyonya Tsu berkata: "Maaf, Gwendolyn, awalnya ingin membawamu keluar untuk menenangkan hatimu, tahu begitu tadi kita tidak perlu masuk ke rumah sakit."
"Ibu, apakah kamu masih tidak mengenalku, ucapan Clarissa Yuan tidak akan melukaiku."
"Iya, semoga kamu tidak memendamnya di dalam hatimu."
"Tenang saja." ibu dan anak itu berjalan melewati toko perhiasan, Gwendolyn Tsu tertarik dengan kalung berlian yang terpampang dari jendela, dia menarik tangan Nyonya Tsu dan berkata: "Ibu, tolong bantu aku lihat bagaimana kemurnian berlian dari kalung ini, aku akan menunggumu di sini."
"Pada saat ini kamu masih berminat untuk melihat perhiasan, sepertinya kamu tidak sesedih yang kukira." Nyonya Tsu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, dan berjalan memasuki toko.
Gwendolyn Tsu berhenti dia pinggir jalan untuk menunggu Nyonya Tsu keluar dari toko, dia tidak menyadari ada mobil van lain di sebelahnya, ketika pintu mobil van terbuka, kedua pria keluar dari mobil, mereka bekerja sama untuk mengangkat kursi roda dia dan membawanya masuk ke dalam mobil van, lalu dia berteriak sekencang-kencangnya.
Mobil van dengan cepat dinyalakan, lalu bergabung dengan mobil lain di jalan raya.
Novel Terkait
Pengantin Baruku
FebiStep by Step
LeksBretta’s Diary
DanielleWonderful Son-in-Law
EdrickMi Amor
TakashiMore Than Words
HannyAsisten Bos Cantik
Boris DreyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)