The True Identity of My Hubby - Bab 233 Kanker
Melewati satu pemeriksaan pagi, Noah Tsu pada akhirnya sudah selesai melakukan pemeriksaan keseluruhan, Frans Tsu mengambil laporan film CT melihat sangat lama, wajahnya telah muncul sedikit peribahan.
Noah Tsu melihat ekspresinya, dalam hati juga muncul sedikit firasat yang tidak baik, menatapnya bertanya: “Kenapa? Di atas CT menunjukkan ada masalah?”
“Tidak apa-apa.” Frans Tsu mengunakan tangan menepuk-nepuk pundak ayahnya: “Ayah, kamu dan ibu disini tunggu aku sebentar, aku mengambilnya untuk dokter lihat.”
Frans Tsu selesai berkata lalu melangkah berjalan ke kantor dokter, dia baru saja pergi, Noah Tsu lalu berkata kepada Nyonya Tsu: “Ayo, pergi lihat-lihat.”
“Putra bukannya membiarkan kita tunggu di sini.” Nyona Tsu berkata.
“Tidak membiarkan kita ikut pergi, pasti ada masalah, badan diri aku apa tidak boleh tau sendiri?”
Dokter melihat-lihat filmnya, melihat-lihat lagi pemeriksaan lain lagi, wajahnya juga berubah menjadi berat: “Menurut pemeriksaan dasar, Tuan Tsu sudah dalam tahap menengah akhir kanker paru-paru.”
“Kanker paru-paru?” Frans Tsu walaupun tadi sudah menebaknya, tapi mendengar dia bilang begitu tetap berubah ekspresinya: “Dokter, apa kamu sudah yakin?”
“Yakin, di atas film sudah foto dengan sangat jelas.” Dokter berkata: “Kalau ingin tau jenis yang mana hanya bisa melalui biopsi patologis baru bisa tau, hanya sekarang pasien sudah berumur besar, badannya juga sudah tidak begitu bagus, kalau melakukan lung puncture kemungkinan akan beresiko besar, kalau tidak melakukannya, tidak akan mengetahui jenis yang mana, hanya bisa mengunakan obat tradisional tiongkok untuk perawatan konservatif.”
“Maksud dokter, operasi dan kemoterapi ayahku semua tidak dapat melakukannya?”
“Operasi pastinya tidak bisa, kalau kemoterapi, karena pasien umur terlalu besar, aku khawatir dia tidak dapat menahannya.” Dokter berhenti-berhenti, berkata: “Kemoterapi adalah membunuh sel-sel baik dan sel-sel jahat bersama-sama, proses pembuatannya sangat menyakitkan, sangat menderita, bukan orang biasa yang dapat menahannya. Tetapi ini hanya pendapat aku, kalau kalian tetap mau kemoterapi, rumah sakit juga tidak ada alasan untuk menolaknya.”
“Kamu langsung memberitahu kepadaku masih bisa hidup berapa tahun saja!” Noah Tsu melangkah kaki telah berjalan masuk.
Frans Tsu mendengar suara ayahnya, terburu-buru menolehkan kepala, dengan ringan memanggil: “Ayah, kamu kenapa kesini?”
Noah Tsu tidak menghiraukannya, tapi menatap dokter menunggu jawabannya.
Nyonya Tsu begitu mendengar dua huruf kanker paru-paru, ketika di depan pintu sudah kaki lemes menangis bercucuran air mata, saat ini sedang menanyai dokter dengan wajah gelisah: “Dokter, apa ini benaran? Apa bisa salah foto? Kalau tidak kita foto ulang sekali lagi lihat-lihat?”
“Apanya yang harus foto ulang?” Noah Tsu menolehkan kepala melihatinya.
Nyonya Tsu hanya bernangis dengan bersuara, tidak berbicara.
Dokter berpikir-pikir, berkata: “Kalau obat tradisional tiongkok mengontrolnya mungkin, ada orang hidup satu tahun, ada orang hidup tiga tahun, tergantung pada keadaan fisik setiap orang.”
“Masih ada tiga tahun bisa hidup, sudah lumayan.” Noah Tsu membalikkan badan dan menepuk-nepuk pundaknya Nyonya Tsu: “Kenapa harus menangis, masih ada tiga tahun.”
“Hanya tiga tahun, terlalu sedikit.” Nyonya Tsu menangis lebih parah lagi.
Frans Tsu terpaksa menahannya dengan tak henti menghiburnya, dia tau ayah hanya memaksa diri berpura-pura tidak peduli, makanya dia juga tidak bisa menunjukkan terlalu sedih.
Kembali ke mobil, Noah Tsu berkata: “Jangan memberitahukan berita ini kepada Gwendolyn dulu, agar dia tidak sedih.”
Frans Tsu menganggukkan kepala, dengan susah mengedipkan air mata yang di matanya.
*****
Dan saat ini, pada mulanya Gwendolyn Tsy yang sudah bilang mau pulang pada akhirnya tidak rela pergi begitu saja, tetap menunggu di tempat istirahat pintu depan Sea Park.
Jelas-jelas tau menunggu begitu hanya bisa membuat dirinya sendiri sedih dan merasa tidak enak, dia tetap menunggu, dan ketika dia melihat Julius Yi dan Clarissa Yuan membawa anak dengan gembira berjalan keluar dari dala, kesal sampai hampir memuntah darah.
“Nyonya Tsu, lebih baik kita pergi saja.” Sisca takut dia tidak dapat meredakan amarahnya, buru-bur mendorongnya berjalan ke arah tempat parkir situ.
Dan Gwendolyn Tsu yang sudah dirangsang habis-habisan juga tidak merespon, karena dia juga tidak berencana untuk di saat ini pergi berantem dengan mereka, beributan seperti perempuan garang saja.
Dia hanya mengumpalkan tangan kecil dengan sangat erat, membiarkan Sisca mendorongnya pergi.
Setelah berjalan keluar dari pintu gerbang, Clarissa Yuan berkata kepada Julius Yi: “Julius, terima kasih kamu menemani anak-anak main begitu lama, kamu pulang dulu saja, Frans Tsu akan dtang menjemput kami.”
“Anak bukan punya kamu juga, kalau mau terima kasih juga Frans Tsu yang berterima kasih.” Julius menaruhkan Natasia kelantai, dengan ejekan bersenyum: “Lagipula, aku dengan mereka baru saudara.”
Clarissa Yuan diam tak berbicara, jelas-jelas tadi masih baik-baik saja, begitu keluar dari Sea Park sudah langsung berubah muka.
Tapi ini juga tidak menyalahkannya, bagaimanapun berjalan keluar, dia dan dia semua mesti harus kembali ke kenyataan.
“Tapi tadi ketika meminta kamu membantu aku mencari anak, masih bilang kenapa harus membantu aku.” Dia tak tertahan dengan suara kecil berbisik-bisik.
Julius Yi menganggap tidak mendengar, melihatinya bertanya: “Apa sudah menghubungi Frans Tsu?”
“Tadi ketika meneleponnya masih belum angkat, aku sekarang coba menelepon lagi.” Clarissa Yuan mengambil keluar hp mau telepon, Julius Yi malah berkata: “Tidak usah telepon, dia kemari masih harus waktu, aku sekalian mengantar kalian pulang saja.”
Melihat Clarissa Yuan menatap dirinya, Julius Yi menambah satu kata: “Aku mengantar keponakan-keponakan aku pulang, kamu jangan berpikir terlalu banyak.”
“Ehmm, aku tidak berpikir banyak.”
“Clarissa Yuan, jika kamu yang memilih meninggalkan aku, aku tentu saja tidak akan dengan tidak berharga diri sama sekali pergi menyanjung-nyanjung kamu yang bersikap dingin.” Dia dengan tenang dan dingin mengulang mengatakan satu kata.
“Aku tau.” Clarissa Yuan tetap dengan patut menganggukan kepala.
Kepatuhannya malah membuat perasaan hati Julius Yi kesal dan sumpek, langsung menangkap lengan tangannya menarik ke depan, menarik dekat jarak diantara berdua: “Kamu bisa tidak berkata baik-baik dengan aku?”
Clarissa Yuan melotot matanya yang marah, benar-benar tidak mengerti: “Apa yang ingin kamu katakan?”
“Seperti pada awal mengatakan kata-kata kejam dan tidak berperasaan begitu, membuat aku tidak mengganggu kamu lagi, lebih baik bersembunyi dengan jauh-jauh dan tidak akan membiarkan kamu lihat lagi!” dengan begitu lain kali dia akan menghindarinya, tidak akan seperti hari ini kaya orang bodoh menemaninya dengan anak saingannya jalan-jalan di Sea Park.
Clarissa Yuan mana mungkin tidak tau pikirannya, perasaan hatinya sangat amat sedih, wajahnya malah hanya bisa diam-diam dan tenang-tenang saja, dengan tenang memuntahkan keluar satu kata padanya: “Perkataan yang sudah pernah katakan aku tidak ingin mengatkan kedua kalinya lagi, Julius, jika kamu sudah menikahi Gwendolyn, aku juga sudah memnutuskan bersatu dengan Frans Tsu, kita menjalani kehidupan masing-masing dengan baik-baik saja.” Walaupun tidak dapat menjadi suami istri, tapi kita pada nantinya masih bisa jadi saudara, berkeributan sampai terlalu sulit pada akhirnya juga tidak bagus.
“Clarissa Yuan! Kamu benaran sudah mengatakannya, benaran dapat mengatakannya keluar!”
“Maaf, merepotkan kamu untuk mengantarkan kami pulang.” Clarissa Yuan mengangkat tangan dan menarik kebawah lengan sendiri dari telapak tangannya.
“Paman, Tante Clarissa, kalian berdua kenapa bertengkar lagi?” Liam berwajah binggung mengamati berdua dan bertanya.
Clarissa Yuan dan Julius Yi saling memandang, kelihatannya bertengkar di depan anak kecil benar-benar tidak baik.
Menyadari tidak cocok Julius Yi pada akhirnya tidak banyak berbicara lagi, mengendong Liam lalu berjalan ke arah tempat parkir situ.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaEverything i know about love
Shinta CharityAfter The End
Selena BeeKembali Dari Kematian
Yeon KyeongUnlimited Love
Ester GohGet Back To You
LexyMy Superhero
JessiThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)