The True Identity of My Hubby - Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)

Mimpi buruk yang telah menjeratnya selama bertahun-tahun pasti terkait dengan masa lalunya, dia sangat yakin akal hal ini.

Awalnya dia tidak ingin menanyai tentang hal ini, lagi pula ia sudah lupa hal-hal yang sudah berlalu, dan juga tidak ingin mengingatnya kembali. Tetapi baru-baru ini mimpi buruk itu semakin sering muncul. Jika tidak membuka rahasia ini, dia takut hidupnya akan terus disiksa oleh mimpi seperti ini terus.

Wanita tua itu membeku dan menatapnya, "Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan ini?"

"Aku tiba-tiba ingin tahu." Ucap Julius Yi.

Setelah menatapnya sejenak, wanita tua itu menghela nafas, "Serius, nenek juga tidak tahu pasti, saat itu kamu pergi keluar karena urusan Gwendolyn Tsu dan Justin, kemudian Justin mencarimu dan memulangkanmu. Hanya Justin yang tahu jelasnya. Jika kamu benar-benar sangat ingin tahu, tanya saja Justin."

"Nenek...."

Wanita tua itu menepuk tangannya, dan kemudian berkata, "Hal ini sudah berlalu begitu lama, kamu juga sudah menikah. Maafkan dia, buat dia tenang menikah dan memiliki anak dengan Gwendolyn, oke?"

Julius Yi tidak mengatakan sepatah kata pun, terdapat kebencian besar di bawah matanya.

Istri teman saja tidak boleh diganggu, apalagi pacar kakak kandung sendiri?

"Jika kamu tidak memaafkannya, dia juga tidak akan berani menikah dengan Gwendolyn, kenapa harus mempersulit masalah?" Wanita tua itu masih menghela nafas.

Julius Yi tersenyum dangkal, tetapi sulit untuk menyembunyikan kesalahannya dengan nada suaranya: "Nenek, ketika dia merebut Gwendolyn dariku, apakah nenek juga membujuknya untuk melepaskannya seperti ini?"

"Kenapa tidak? Mulutku sampai kering mengatakannya, tapi mereka saling menyukai, nenek bisa apa?" Wanita tua itu tidak bisa menahan tangisnya lagi.

Melihat nenek tiba-tiba emosional, Julius Yi meraba-raba dan merai tangannya untuk menenangkannya: "Nenek, maaf, aku salah."

Wanita tua itu menggelengkan kepalanya dengan air mata yang mengalir di pipinya, dia tidak salah, yang salah itu nasib hidup...

Menjelang pulang bekerja, Clarissa Yuan menelepon Kak Sarah menanyakan kondisi Julius Yi. Kak Sarah memberitahunya, Julius Yi masih di rumah orang tuanya, belum pulang. Dia meragu, kemudian memutuskan untuk pergi ke rumah orang tua Julius Yi dan menjemputnya kembali ke Villa West Town.

Ketika Clarissa Yuan datang ke rumah orang tua itu, di rumah itu sedang bersiap untuk makan.

Nenek senang melihatnya. Setelah menariknya untuk duduk di samping Julius Yi, dia meminta pelayannya untuk menyiapkan piringnya.

Ibu tidak tahu dari mana asal dari antusiasme ini, dia memberikan semangkuk sup ayam kepadanya, sambil tersenyum berkata: "Clarissa, kamu terlalu kurus. Perbaiki tubuhmu, agar tahun depan bisa memberikan cucu untuk keluarga Yi."

Clarissa Yuan tersip, ia buru-buru mengucapkan terima kasih padanya, "Terima kasih, Bu."

Kata-kata ibu itu terus berputar, dan dia tersenyum dengan malu-malu, "Kalian sudah menikah lebih dari satu bulan lebih, sekarang sudah hamil belum? Jangan menyembunyikannya dari ibumu ini ya."

Clarissa Yuan dengan cepat melirik Julius Yi. Melihat wajahnya yang begitu tenang dan flat, ia merasa hal ini tampak tidak ada hubungannya dengannya, wajah kecilnya malah semakin memerah.

Dia menggelengkan kepalanya dengan tidak nyaman, "Belum."

"Oh, harus lebih rutin lagi kalau begitu." Ibu tampak menasihatinya, hatinya mulai merasa tenang.

Dia tidak ingin Clarissa Yuan atau Gwendolyn Tsu melahirkan cucu tertua dari keluarga Yi sebelum Juwon Yi Melihat Julius Yi menikah, Justin Yi juga akan bertunangan. Bayi yang diidam-idamkannya, bahkan pacar saja belum ada yang tetap, menikah dan memiliki anak malah semakin jauh untuk diraih.

"Ibumu benar, mumpung masih muda, lebih awal punya anak." Wanita tua itu tersenyum.

Ketika wanita tua itu menyelesaikan kalimat ini, Clarissa Yuan merasa tangan Julius Yi sedikit mengencang saat memegang sumpitnya.