The True Identity of My Hubby - Bab 196 Balas Dendam
“Jadi sekarang juga aku ingin memberi tahu padamu, tidak peduli kelak datang kesulitan yang bagaimana pada dirimu, orang yang paling menderita pasti aku, orang yang tidak tega juga aku. Jika kamu tidak tegar menghadapinya, maka aku juga akan kehilangan keberanian dan tujuan untuk hidup.”
“Clarissa……” Julius melonggarkan pelukan dia, berdiri di depannya dan bertanya : “Kamu jujur padaku, apakah terjadi masalah pada mataku?”
“Bukan.” Clarissa buru-buru menggelengkan kepala : “Matamu hanya radang saja, lewat beberapa hari juga akan sembuh.”
“Terus kata-kata yang kamu katakan tadi……”
“Bukankah aku sudah bilang, ini karena kemarin saat mamaku bilang soal nasib kita berdua, tiba-tiba aku merasa kesan yang mendalam, makanya baru berkata seperti itu.”
“Benar cuma karena itu saja?”
“Iya.” Clarissa mengangguk, melihat dia tidak bertanya lebih jauh lagi, baru perlahan bernapas lega.
“Sudahlah, kita makan saja.” Clarissa bangun dari ranjang, ambil semangkok kecil bubur sisa dari termos, dengan hati-hati menyuap ke bibirnya : “Nenek sendiri yang memasak bubur ini, setelah kamu terluka, nenek sangat kuatir sekali, setiap hari selalu menjaga dan menemanimu di rumah sakit, takut ketika kamu sadar……merasa sedih.”
“Bilang sama nenek, agar dia tidak perlu kuatir padaku. Kesulitan yang paling besar pun sudah pernah dilewati, sakit ringan ini tidak ada apa-apanya bagiku.” kata Julius dengan senyum.
“Aku sudah bilang padanya, tapi nenek yang masih tidak tenang.” Clarissa mendesah : “Ini bisa dimengerti, lagipula kamu terluka parah.”
Clarissa masih belum selesai bicara, di depan pintu kamar terdengar suara ketukan, Nyonya tua dan Kak Vero juga Justin berjalan masuk.
Sekali masuk, Kak Vero dengan wajah penuh senyum berkata : “Coba lihat Nyonya tua, nyonya muda sudah bilang tuan muda pertama sudah baikan, anda yang tidak percaya, masih harus sendiri yang datang untuk melihat. Ini lihat bukankah tuan muda pertama sudah bisa duduk.”
“Bukankah ini karena aku kuatir.” Nyonya tua duduk di sisi lain ranjang, mengamati Julius, dan mendapati kondisinya sudah lebih baik dari kemarin, kekuatiran dalam hatinya berangsur-angsur mulai menghilang. Juga dengan wajah penuh senyum berkata : “Sekarang melihat Julius baik-baik saja, hatiku juga sudah tenang, tidur juga sudah bisa lebih nyenyak.”
“Tentu saja.” Kak Vero mengangguk.
Nyonya tua terdiam sejenak, melirik sekilas pada Clarissa, lalu berkata : “Tuh lihat, ketika orang lagi mengalami kesulitan, sungguh masih ada yang masih sangat perhatian dan menjaga di sampingmu, beberapa hari ini untung ada Clarissa.”
Clarissa berkata : “Nenek, aku adalah istri Julius. Kalau bukan aku yang menjaganya, siapa lagi? Pada waktu aku mengalami kesulitan Julius juga yang menjagaku dengan sepenuh hati. Benarkan Julius?” Aku berbalik dan bertanya pada Julius.
Julius mengangguk dan tersenyum.
“Jadi bisa dikatakan, dalam kesulitan bertemu dengan cinta sejati, seumur hidup perlu ada seseorang seperti ini untuk menemani hidup kita.” Nyonya tua menoleh dan senyum kecil pada Justin, lalu berkata : “Justin, kamu juga sudah waktunya untuk membawa seorang istri pulang ke rumah.”
Justin tidak menyangka Nyonya tua mengubah topik pembicaraan ini pada dirinya, dengan segera berkata : ‘’Nenek, hal ini kita bahas lain kali saja. Yang penting sekarang mengelola perusahaan dulu.”
“Tidak ada salahnya bekerja sambil berpacaran.”
“Iya, aku rasa Evelin lumayan juga.” Dengan wajah penuh makna Clarissa menengok pada Justin dan bertanya : “Selama proses pemulihan setelah operasi plastik, yang dengan cermat mengurusmu adalah Evelin kan?”
Justin berpikir sejenak, lalu berkata : “Memang benar dia yang mengurusku, tetapi tidak dengan begitu cermat, dibandingkan dengan kesabaran kamu yang mengurus Julius perbedaannya sangat jauh sekali.”
“Seberlebihan itu kah ?” Clarissa jadi ragu, meskipun Evelin kelihatan sembrono, tapi kalau saat harus perhatian maka dia akan penuh perhatian.
“Iya, pasti seberlebihan ini.” Bahkan Justin sendiri tidak merasakannya, senyum yang ada di sudut bibirnya ada sedikit lembut.
“Waktu aku ke rumah sakit saat itu, jelas-jelas melihat kamu melempar bantalnya keluar dari kamar pasien”
“He……itu cuma kadang-kadang saja.”
“Kalian dulu pernah bertemu?” tanya Julius penasaran.
“Bertemu sih iya, tapi waktu itu cuma kelihatan bayangan belakang saja, ditambah lagi Evelin berusaha menyembunyikan dan aku tidak mengenali Justin.” Clarissa melihat wajah Julius yang membersitkan senyum kecil, hatinya menjadi sangat lega.
Kelihatannya ada Nyonya tua dan Justin datang untuk mengobrol dengan Julius bagus juga, suasana hati menjadi baik sakit pun akan cepat sembuh.
****
Gwendolyn keluar dari apartemen, dan melihat Yuliana sedang ada di lantai bawah.
Dia hanya menoleh sekilas pada Yuliana dengan dingin, dan berencana untuk memutar keluar dari pintu area kecil.
“Nona Tsu.” Yuliana melangkah maju dan menghalangi jalannya.
Gwendolyn dipaksa menghentikan langkahnya, menyapu pandangan padanya, Gwendolyn dengan wajah tanpa ekspresi, berkata : “Kalau kamu datang karena ingin uang, maka tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, karena tidak akan kuberikan untukmu.”
Setelah Gwendolyn selesai bicara, dengan cepat dia berkata lagi : “Oh ya, harap kamu bisa sampaikan pada Juwono dan ibunya, jika tidak mengembalikan uang Perusahaan Besar Tsu, berhati-hatilah suatu hari di luar negeri akan tiba-tiba muncul mayat di jalan.”
Yuliana tertawa mengejek : “Jika kamu memang memiliki kemampuan itu, dari awal sudah membuatnya menjadi mayat di jalan, masih harus tunggu sampai sekarang?”
“Aku ini memberi kesempatan buat mereka untuk mengembalikan uang.”
“Benar-benar lucu, kamu Gwendolyne sejak dulu tidak pernah begitu berhati baik, bukankah begitu?” Yuliana meliriknya : “Dengar-dengar kamu menculik Clarissa, dan juga hampir membuat Julius mati?”
“Omong kosong apa yang kamu bicarakan?” marah Gwendolyn.
“Tidak, aku cuma tanya-tanya saja.” Yuliana mengangkat bahunya, beralih topik dan berkata : “Kamu sudah mencelakakan aku bahkan sampai tidak mampu membeli susu, bukannya kamu harus memberikan ganti rugi?”
“He, ternyata benar datang karena uang. Coba katakan, mau berapa banyak kali ini?”
“Sepuluh milyar.” Yuliana langsung to the point.
“Dari satu triliun turun hingga sepuluh milyar, cukup cepat. Tapi……sepuluh milyar itu masalah kecil, ikut aku ke atas untuk membuka cek.” Gwendolyn berbalik dan menuju apartemen. Melihat Yuliana tidak ikut dengannya, dengan kepala miring sambil tersenyum dan memandang dia : “Bagaimana? Ingin uang tapi tidak mau ikut ke atas?”
Yuliana merapatkan bibirnya, demi satu milyar dia menahan kebenciannya.
Gwendolyn berjalan masuk ke apartemen sambil mengirimkan pesan kepada Andi.
Sesampai di apartemen, Gwendolyn berlengah-lengah di kamar agak lama baru keluar, dan memberikan selembar cek senilai satu milyar ke hadapan Yuliana : “Lihat dulu apa ada yang salah.”
Yuliana melihat cek itu dan mengulurkan tangan berniat menerimanya, tapi Gwendolyn malah mengangkat tangannya, dengan senyum mengejek : “Kamu mau? Tapi tiba-tiba aku merasa bahkan uang satu juta pun tidak layak untukmu. Bagaimana, bukankah kamu bisa mengancam aku? Mengapa tidak menyebarkan sesuatu yang ada di ponselmu ke internet? Apa karena belum mendapatkan uang jadi tidak rela untuk disebarkan?”
“Oh ya, lalu anak harammu itu, buat apa beli susu lagi, langsung dicekik mati saja, lagipula dibiarkan juga tidak ada yang mau.”
“Gwendolyn! Tutup mulutmu!”
“Apa aku salah bicara? Iya memang aku yang menyebabkan dirimu hingga tidak mampu membeli susu? Aku yang memanfaatkan kamu untuk menghadapi Clarissa, terus kamu bisa apa? Orang dungu seperti kamu memang pantas untuk dimanfaatkan orang, tidak disangka kamu masih mempunyai muka datang padaku dan ingin meminta uang untuk beli susu? Benar-benar lucu sekali?” Selagi Gwendolyn masih mengejek, mendadak muncul suara ketukan dari pintu.
Gwendolyn melewati Yuliana dan membuka pintu.
“Nona Tsu? Ada hal apa mencariku, begitu buru-buru?”
“Ohh, di sini ada seorang pemeras. Kamu tolong aku ambil ponselnya dan bakar.” Gwendolyn menunjuk Yuliana dengan dagunya.
Andi menoleh dan memandang Yuliana yang wajahnya ketakutan.
Yuliana baru sadar dia sudah tertipu oleh Gwendolyn. Melihat perawakan Andi yang besar, spontan dia mundur ke belakang, kemudian dengan langkah cepat dia berlari ke pintu keluar.
“Ingin kabur? Tinggalkan ponselmu!” teriak Gwendolyn.
“Gwendolyn, dasar kamu yang tidak tahu malu!” Marah Yuliana yang melotot dengan gusar dan gugup sambil memegang erat ponsel di dadanya.
“Jelas-jelas orang yang membawa rekaman dan memeras adalah dirimu, mengapa jadi aku yang tidak tahu malu?” kata Gwendolyn menaikkan alis kepadanya, Andi sudah dengan langkah lebar melangkah maju ke depan, mengejar Yuliana yang ingin membuka pintu untuk pergi dan Andi segera memegang tangan Yuliana yang ada di dada, membuka resleting dan merebut ponsel warna putih dari dalam.
“Yang ini bukan? Nona Tsu.”
“Benar. “Gwendolyn menerima ponsel itu, menggeser dengan ibu jarinya, menekan tanggal ulang tahun putri Yuliana, dan berhasil membuka kunci ponsel.
Setelah dia menghapus data yang ada di dalam, dia tidak mengembalikan ponsel itu pada Yuliana, tapi melemparkannya pada Andi yang di samping : “Bawa dan berikan pada temanmu yang lain.”
“Baik, terima kasih nona Tsu.” Andi tanpa malu-malu memasukkan ponsel tersebut dalam kantongnya.
Gwendolyn membalikkan badan dan berhadapan dengan Yuliana yang marah hingga tidak bisa berkata apa-apa lagi, lalu berkata : “Nona Liu, kamu masih ada hal lain? Kalau tidak aku mau pergi sekarang.”
Yuliana marah hingga tidak bisa bicara lagi, bahkan keempat anggota badannya juga ikut gemetar, dan napasnya megap-megap, baru dengan suara gemetar berkata : “Gwendolyn! Kamu akan mendapat pembalasan!”
“Akan kutunggu.” Senyum Gwendolyn padanya.
Kemarahan Yuliana sedikit demi sedikit mulai mengembang, tapi juga pelan-pelan mereda, dia tidak mengatakan apapun, berbalik dan berjalan menuju pintu keluar.
“Cuma mengandalkan kamu sendiri masih ingin mengancamku?” Gwendolyn menertawakannya, dan berkata pada Andi : “Pergilah, aku ingin keluar.”
“Nona Tsu, apa perlu aku mengantarmu?”
“Tidak perlu, ada temanku yang jemput.” Jawab Gwendolyn dan berjalan di depan keluar dari ruangan.
Yuliana tetap membawa mobil sport yang berwarna merah, berhubung mobil tersebut atas nama Juwono, dia ingin jual juga tidak bisa, hanya bisa dia lanjut pakai agar tidak berjalan kali.
Saat itu setelah menerima hasutan dari Gwendolyn, dia menggunakan mobil ini menabrak Clarissa, kemudian dia sendiri terperangkap dalam penderitaan.
Dari jauh, dia melihat Gwendolyn keluar dari area kecil tersebut, dan dari belakangnya ikut Andi yang berjalan dengan tangan di dalam saku celana, satu tangan lagi memainkan ponsel dia, dengan gaya malas-malasan.
Gwendolyn yang dingin dan elite itu memandang ke sekitar, setelah itu dia mengeluarkan ponsel dan melakukan panggilan.
Yuliana menggigit bibirnya, menjalankan mobil dan perlahan meluncur ke depan, kemudian sampai jarak hanya sejauh sepuluh meter dengan Gwendolyn, dia menginjak gas dalam-dalam, terdengar suara “syuttt” dan mobil menerjang ke arah Gwendolyn.
Menunggu saat Gwendolyn sadar, sudah tidak sempat untuk menghindar lagi, dalam sedetik dia ditabrak hingga melayang.
Andi yang di belakang dibuat terkejut, dengan matanya melihat jelas Gwendolyn ditabrak hingga melayang di jalan pejalan kaki ini, darah mulai mengalir keluar dari badannya.
Termangu sejenak, Andi baru merespon dan menyerbu ke depan, kalang kabut mengamati wajah Gwendolyn yang kesakitan dan berkata : “Nona Tsu, kamu……aku……aku akan mengantarmu ke rumah sakit.”
Novel Terkait
Mbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMy Greget Husband
Dio ZhengThe Gravity between Us
Vella PinkyUnlimited Love
Ester GohThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)