The True Identity of My Hubby - Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup

Kemudian nyonya tua baru melanjutkan : “Kamu marah atau tidak puas itu wajar saja, bagaimana pun juga kamu yang paling rugi di antara semuanya. Meskipun Yuliana juga tidak mendapatkan apa-apa, tapi sekali anaknya lahir sudah bisa menerima warisan lima villa dari kakeknya, jadi pada dasarnya sama saja dengan villa-villa ini juga milik dia.”

Tatapan nyonya tua menuju ke perut Clarissa yang datar, lalu berkata dengan sedih : “Kalau waktu itu anak kamu tidak kecelakaan, setidaknya ada setengah warisan rumah akan menjadi milik kamu dan anakmu. Ayah kamu memang begitu sifatnya, takut warisan keluarga sendiri dibawa pergi dan menjadi milik orang lain.”

Mata Clarissa memanas, seketika air matanya mengalir.

“Clarissa, kamu jangan sedih, juga jangan marah, nenek hanya perlu sedikit simpanan untuk hari tua, saham obligasi dan sejenisnya itu untuk kamu dan Julius saja, lagi pula nenek yang sudah berusia lanjut hanya akan bertahan beberapa tahun lagi saja.” Ucap Nyonya tua sambil menarik tangannya.

“Nenek......” Clarissa balik mengenggam telapak tangan nyonya tua yang kurus kering, dengan terisak-isak ia berkata : “Aku bukan menangis karena tidak mendapat warisan, aku hanya tiba-tiba teringat dengan anak yang kasihan itu, kalau dia masih ada, pasti sekarang sudah lahir. Dan......nenek......di dunia ini selain Julius, kamu adalah orang yang paling sayang dengan aku, aku sangat berterima kasih nenek tidak mengusir aku dari sisi Julius secara paksa sebelum perusahaan Yi hancur, seperti yang nyonya-nyonya konglomerat pada umumnya lakukan, bahkan ibu kandungku saja tidak sebaik ini sama aku. Jadi, nenek......aku tidak perlu warisan apa pun, aku hanya ingin Julius tetap berada di sisi aku saja sudah cukup.”

“Sayang, jangan menangis.” Nyonya tua tersenyum dan menepuk-nepuk punggung tangan Clarissa : “Tidak gampang sekali kamu begitu baik, aku masih punya alasan apa untuk mengusir kamu? Apalagi Julius mencintai kamu, dia juga tidak bisa meninggalkan kamu.”

“Terima kasih nenek.” Clarissa menghapus air mata dengan punggung tangannya dan berkata : “Nenek, semua uang itu kamu simpan untuk nenek sendiri saja, aku dan Julius masih muda, kami bisa menghidupi diri sendiri.”

“Dan juga.” Nyonya tua mengangguk, kemudian menatap Clarissa dengan serius : “Clarissa, nenek ingin minta tolong satu hal dengan kamu, bolehkah?”

“Apa?” Melihat wajah nyonya tua yang serius, tanpa sadar Clarissa pun ikut menegang.

Tidak tahu hal apa yang dimaksud?

Nyonya tua menatapnya agak lama, lalu bertanya dengan suara gemetar : “Bolehkah kamu beritahu aku, apa yang terjadi dengan Julius dan Justin?”

Tidak disangka nyonya tua akan menanyakan hal ini, seketika Clarissa tidak bersuara.

Bagaimana dia harus menjawab nyonya tua yang sudah mulai curiga?

“Dulu Julius dan Justin tidak ingin muncul bersamaan, aku masih bisa mengerti, tapi hal yang begitu penting seperti upacara pemakaman ini, bagaimana bisa diputuskan dengan berdasarkan masalah mereka? Mungkin yang lain sibuk menunggu surat wasiat,sehingga tidak merasakan kejanggalan di antara ini, tapi aku bisa merasakannya.” Ucap nyonya tua.

Ternyata nyonya tua memang sudah mulai curiga, Clarissa menatapnya dengan diam.

Masih tidak mendapat jawab dari Clarissa, nyonya tua pun mulai mendesak : “Clarissa, aku hanya ingin kamu beritahu aku, apakah Julius atau Justin sudah tidak ada di dunia ini? Kamu beritahu aku saja, kalau tidak, hatiku tidak akan tenang dan tidak bisa tidur.”

“Bukan.” Clarissa segera menggeleng : “Nenek tenang saja, mereka masih ada.”

“Lalu apa yang terjadi? Kecelakaan? Terluka?”

“Bukan juga......” Clarissa tahu kalau masih tidak memberitahunya juga, nyonya tua tidak akan menyerah, akhirnya dia meringankan cerita yang ada : “Nenek, begini, tiga tahun lalu setelah Justin kecelakaan, dia sudah pergi dari rumah, tapi Julius bilang dia masih hidup, jadi nenek tidak perlu khawatir.”

“Apa......!” Nyonya tua terkejut sekali.

“Julius demi mempertahankan perusahaan Yi, demi tidak membuat keluarga cemas, jadi dia pura-pura menjadi Justin. Dan rahasia ini ketahuan oleh Gwendolyn belakangan ini, jadi dia membatalkan pernikahan, dan memaksa Julius menikahinya, serta serendetan masalah yang terjadi kemudian.” Clarissa segera menambahkan lagi : “Nenek, hal ini belum ada yang mengetahuinya, bolehkah nenek jangan menyebarkan hal ini, juga jangan mengungkit hal ini di depan Gwendolyn?”

“Iya.” Nyonya tua menganggukkan kepala dengan termangu, lalu bertanya lagi : “Lalu bagaimana dengan Justin? Di mana dia sekarang?”

“Ini......” Clarissa menggeleng : “Tidak ada yang tahu.”

“Kenapa? Kenapa Justin pergi dari rumah?” Muka nyonya tua penuh kebingungan, setelah melamun sejenak, ia menggeleng sambil bergumam : “Waktu itu aku sudah merasa janggal ketika Julius dan Justin pulang dari luar negeri, bagaimana mungkin operasi plastik hingga sama persis, ternyata benar-benar......”

“Beberapa tahun ini Julius sungguh sudah berjerih payah.” Tiba-tiba nyonya tua menarik tangan mungil Clarissa : “Berarti Julius buta juga hanya pura-pura?”

“Iya, aku juga belakangan ini baru tahu.” Ucap Clarissa.

“Syukurlah, akhirnya ada kabar yang membuat senang.” Nyonya tua kembali bergumam sendiri : “Tapi Justin, dimana Justin? Apakah dia baik-baik saja?”

“Nenek tenang saja, cepat atau lambat Justin akan kembali.”

“Upacara pemakaman saja dia tidak hadir, apakah dia tidak tahu ayahnya sendiri sudah meninggal?”

“Mungkin......memang tidak tahu.”

Nyonya tua menyandarkan tubuhnya dengan sedih dan berbaring di kursi.

Melihat nyonya tua yang tampak seperti mendapat pukulan berat, Clarissa bertanya dengan cemas : “Nenek baik-baik saja?”

Nyonya tua mengangguk dan berkata dengan sayu : “Aku tidak apa-apa, aku ingin menyendiri sebentar.”

“Kalau begitu nenek istirahat dulu yang tenang.”

“Iya, terima kasih kamu sudah memberitahu aku semua ini.” Nyonya tua tersenyum sedih ke dirinya : “Nenek masih bisa menerimanya, kamu pergilah.”

Melihat dia memang perlu ketenangan, Clarissa pun membalikkan badan pergi.

Semua orang di rumah sudah istirahat ke kamar masing-masing, Clarissa berjalan ke lantai dua, saat sampai di depan pintu kamar, dia berputar balik dan berdiri di depan pintu kamar Justin, lalu mulai mengetuk.

Mumpung tidak ada yang melihat, Clarissa dengan cepat memutar kenop pintu dan masuk.

Sekali dia masuk, dilihatnya Julius sedang duduk di lantai dengan bersandar ke sofa, di samping kakinya bertebaran jas hitam, bunga putih, dan perlengkapan lainnya yang tadi di pakai ketika upacara pemakaman, wajahnya penuh kesedihan, kedua matanya memerah, bahkan masih samar-samar tampak lapisan air yang tipis di matanya.

“Julius......” Clarissa segera berjongkok di hadapannya, lalu mengangkat wajah tampannya dan menatap matanya yang merah itu : “Julius, kamu kenapa? Kenapa kamu menangis?”

Apakah karena kematian Ayah?

“Julius, ayah sudah pergi, kita relakan saja.” Hiburnya dengan lembut.

Julius mengangkat wajahnya dengan sayu, menatap Clarissa dan berkata dengan sedih : “Ayah aku tidak pernah percaya dengan ibuku, jadi dia tidak begitu menyukai aku dan Justin.”

“Aku tahu, Julius, aku tahu......” Clarissa memeluknya dengan wajah tidak tega : “Aku bisa mengerti perasaan kamu, ibuku juga tidak suka dengan aku, ayahku juga sudah tidak mau aku lagi......tapi tidak apa-apa, aku punya kamu saja sudah cukup.”

“Apakah kamu melihat isi yang tertulis dalam surat wasiat?”

“Tidak, kenapa?”

Julius membaca dengan gumaman kecil : “Di sini saya tekankan bahwa saya menulis surat wasiat ini dalam keadaan sadar, serta tidak mendapat paksaan dan penipuan apa pun, apa yang tertera di atas merupakan keputusan diri sendiri, adalah kenyataan sebenar-benarnya yang ingin saya ungkapkan, ahli waris yang tercantum harus mempunyai hubungan darah dengan saya baru mempunyai hak untuk menerima wasiat, anggota keluarga yang lain atau pun pihak ketiga yang tidak mempunyai hubungan darah sedikit pun tidak boleh ikut campur dalam warisan dan hak waris dari ahli waris dengan alasan apa pun.”

Julius tersenyum pahit dan berkata : “harus mempunyai hubungan darah dengan saya baru mempunyai hak untuk menerima wasiat, ini jelas-jelas yang dimaksud adalah aku dan Justin, bahkan sampai saat meninggal pun, dia masih meragukan aku dan Justin. Mungkin diam-diam dalam hatinya berpikir, aku tidak menyelamatkan perusahaan Yi demi kepentingan pribadi, sama sekali tidak menganggap perusahaan Yi adalah akar pokok diri sendiri, sama sekali tidak mempunyai hubungan keluarga, bahkan orang luar pun bukan.”

Mendengar dia bergumam kecil seperti itu, Clarissa menepuknya dengan tidak tega dan menghibur : “Jangan berpikir seperti itu, mungkin maksud ayah sama sekali bukan seperti itu?”

“Iya.” Clarissa melepaskannya, menatapnya dan menghibur sambil tersenyum : “Mungkin yang ayah antisipasi bukan kamu, tapi anak dalam perut Yuliana? Lagi pula hanya Yuliana yang tahu apakah anak itu benar-benar keturunan keluarga Yi.”

Julius masih tersenyum pahit, lalu menggeleng dan berkata : “Ketika aku masih kecil, ayah sudah pernah ingin membawa aku untuk tes DNA, kemudian ditahan oleh nenek, ibu aku emosi sampai hampir bunuh diri.”

Clarissa tidak tahu Julius punya masa lalu seperti itu, juga tidak pernah mendengar ada yang mengungkit, ternyata dia yang dari luar tampak begitu bahagia dan bercahaya punya masa lalu yang begitu menyakitkan.

Kesempatan untuk melihat dia mengeluarkan air mata sangatlah sedikit, kalau bukan sudah sampai puncak kesedihannya, dia juga tidak akan sesedih ini.

Namun mulutnya begitu bodoh hingga tidak tahu harus bagaimana menghibur Julius, harus bagaimana caranya agar dia tidak sesakit ini?

“Yang sudah berlalu jangan dipikirkan lagi, bolehkah bangkitkan semangat kamu untuk menangani masalah selanjutnya?” Ucap Clarissa.

Julius tahu sekarang bukan saatnya bersedih, juga tidak ada waktu untuk dia bersedih, tapi tadi dia tetap tidak bisa menahannya.

“Sudahlah, kita tidak memikirkan hal ini lagi, ayah juga sudah pergi, tidak peduli apa yang sudah dia lakukan, maafkan saja.”

Julius mengangguk, setelah menenangkan hati, ia mengamati Clarissa dan bertanya : “Bagaimana kamu masuk? Tidak takut dilihat orang?”

“Aku lihat tidak ada orang baru masuk.”

“Cari aku ada apa?” Julius tahu dia tidak akan masuk kalau bukan ada urusan, karena beberapa hari ini ia tidak pernah masuk.

“Ada yang mau aku beritahu ke kamu.” Clarissa menatapnya dengan cemas, setelah ragu selama dua detik barulah dia melanjutkan : “Nenek sudah tahu soal kamu menyamar menjadi Justin, dia sendiri yang menyadarinya, tadi dia menanyai aku apakah Justin sudah tidak ada di dunia, karena merasa sudah tidak bisa disembunyikan lagi, jadi mau tidak mau memberitau dia semuanya.”

Julius tidak sangat terkejut setelah mendengar perkataannya, melainkan hanya menghela nafas, seolah ia sudah menduganya.

“Aku hanya takut nenek akan berpikir sembarangan, jadi baru memberitahu dia kenyataannya, maaf, Julius, aku sungguh tidak berguna, tidak bisa menyembunyikannya dari nenek.” Ucap Clarissa dengan penuh bersalah.

Julius hanya bisa menggeleng dan berkata : “Tidak perlu meminta maaf dengan aku, lagipula kamu sudah berusaha, setelah masalah beberapa hari ini, kalau aku jadi nenek, aku juga akan curiga, apalagi nenek juga bukannya bodoh.”

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu