The True Identity of My Hubby - Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
Kemudian nyonya tua baru melanjutkan : “Kamu marah atau tidak puas itu wajar saja, bagaimana pun juga kamu yang paling rugi di antara semuanya. Meskipun Yuliana juga tidak mendapatkan apa-apa, tapi sekali anaknya lahir sudah bisa menerima warisan lima villa dari kakeknya, jadi pada dasarnya sama saja dengan villa-villa ini juga milik dia.”
Tatapan nyonya tua menuju ke perut Clarissa yang datar, lalu berkata dengan sedih : “Kalau waktu itu anak kamu tidak kecelakaan, setidaknya ada setengah warisan rumah akan menjadi milik kamu dan anakmu. Ayah kamu memang begitu sifatnya, takut warisan keluarga sendiri dibawa pergi dan menjadi milik orang lain.”
Mata Clarissa memanas, seketika air matanya mengalir.
“Clarissa, kamu jangan sedih, juga jangan marah, nenek hanya perlu sedikit simpanan untuk hari tua, saham obligasi dan sejenisnya itu untuk kamu dan Julius saja, lagi pula nenek yang sudah berusia lanjut hanya akan bertahan beberapa tahun lagi saja.” Ucap Nyonya tua sambil menarik tangannya.
“Nenek......” Clarissa balik mengenggam telapak tangan nyonya tua yang kurus kering, dengan terisak-isak ia berkata : “Aku bukan menangis karena tidak mendapat warisan, aku hanya tiba-tiba teringat dengan anak yang kasihan itu, kalau dia masih ada, pasti sekarang sudah lahir. Dan......nenek......di dunia ini selain Julius, kamu adalah orang yang paling sayang dengan aku, aku sangat berterima kasih nenek tidak mengusir aku dari sisi Julius secara paksa sebelum perusahaan Yi hancur, seperti yang nyonya-nyonya konglomerat pada umumnya lakukan, bahkan ibu kandungku saja tidak sebaik ini sama aku. Jadi, nenek......aku tidak perlu warisan apa pun, aku hanya ingin Julius tetap berada di sisi aku saja sudah cukup.”
“Sayang, jangan menangis.” Nyonya tua tersenyum dan menepuk-nepuk punggung tangan Clarissa : “Tidak gampang sekali kamu begitu baik, aku masih punya alasan apa untuk mengusir kamu? Apalagi Julius mencintai kamu, dia juga tidak bisa meninggalkan kamu.”
“Terima kasih nenek.” Clarissa menghapus air mata dengan punggung tangannya dan berkata : “Nenek, semua uang itu kamu simpan untuk nenek sendiri saja, aku dan Julius masih muda, kami bisa menghidupi diri sendiri.”
“Dan juga.” Nyonya tua mengangguk, kemudian menatap Clarissa dengan serius : “Clarissa, nenek ingin minta tolong satu hal dengan kamu, bolehkah?”
“Apa?” Melihat wajah nyonya tua yang serius, tanpa sadar Clarissa pun ikut menegang.
Tidak tahu hal apa yang dimaksud?
Nyonya tua menatapnya agak lama, lalu bertanya dengan suara gemetar : “Bolehkah kamu beritahu aku, apa yang terjadi dengan Julius dan Justin?”
Tidak disangka nyonya tua akan menanyakan hal ini, seketika Clarissa tidak bersuara.
Bagaimana dia harus menjawab nyonya tua yang sudah mulai curiga?
“Dulu Julius dan Justin tidak ingin muncul bersamaan, aku masih bisa mengerti, tapi hal yang begitu penting seperti upacara pemakaman ini, bagaimana bisa diputuskan dengan berdasarkan masalah mereka? Mungkin yang lain sibuk menunggu surat wasiat,sehingga tidak merasakan kejanggalan di antara ini, tapi aku bisa merasakannya.” Ucap nyonya tua.
Ternyata nyonya tua memang sudah mulai curiga, Clarissa menatapnya dengan diam.
Masih tidak mendapat jawab dari Clarissa, nyonya tua pun mulai mendesak : “Clarissa, aku hanya ingin kamu beritahu aku, apakah Julius atau Justin sudah tidak ada di dunia ini? Kamu beritahu aku saja, kalau tidak, hatiku tidak akan tenang dan tidak bisa tidur.”
“Bukan.” Clarissa segera menggeleng : “Nenek tenang saja, mereka masih ada.”
“Lalu apa yang terjadi? Kecelakaan? Terluka?”
“Bukan juga......” Clarissa tahu kalau masih tidak memberitahunya juga, nyonya tua tidak akan menyerah, akhirnya dia meringankan cerita yang ada : “Nenek, begini, tiga tahun lalu setelah Justin kecelakaan, dia sudah pergi dari rumah, tapi Julius bilang dia masih hidup, jadi nenek tidak perlu khawatir.”
“Apa......!” Nyonya tua terkejut sekali.
“Julius demi mempertahankan perusahaan Yi, demi tidak membuat keluarga cemas, jadi dia pura-pura menjadi Justin. Dan rahasia ini ketahuan oleh Gwendolyn belakangan ini, jadi dia membatalkan pernikahan, dan memaksa Julius menikahinya, serta serendetan masalah yang terjadi kemudian.” Clarissa segera menambahkan lagi : “Nenek, hal ini belum ada yang mengetahuinya, bolehkah nenek jangan menyebarkan hal ini, juga jangan mengungkit hal ini di depan Gwendolyn?”
“Iya.” Nyonya tua menganggukkan kepala dengan termangu, lalu bertanya lagi : “Lalu bagaimana dengan Justin? Di mana dia sekarang?”
“Ini......” Clarissa menggeleng : “Tidak ada yang tahu.”
“Kenapa? Kenapa Justin pergi dari rumah?” Muka nyonya tua penuh kebingungan, setelah melamun sejenak, ia menggeleng sambil bergumam : “Waktu itu aku sudah merasa janggal ketika Julius dan Justin pulang dari luar negeri, bagaimana mungkin operasi plastik hingga sama persis, ternyata benar-benar......”
“Beberapa tahun ini Julius sungguh sudah berjerih payah.” Tiba-tiba nyonya tua menarik tangan mungil Clarissa : “Berarti Julius buta juga hanya pura-pura?”
“Iya, aku juga belakangan ini baru tahu.” Ucap Clarissa.
“Syukurlah, akhirnya ada kabar yang membuat senang.” Nyonya tua kembali bergumam sendiri : “Tapi Justin, dimana Justin? Apakah dia baik-baik saja?”
“Nenek tenang saja, cepat atau lambat Justin akan kembali.”
“Upacara pemakaman saja dia tidak hadir, apakah dia tidak tahu ayahnya sendiri sudah meninggal?”
“Mungkin......memang tidak tahu.”
Nyonya tua menyandarkan tubuhnya dengan sedih dan berbaring di kursi.
Melihat nyonya tua yang tampak seperti mendapat pukulan berat, Clarissa bertanya dengan cemas : “Nenek baik-baik saja?”
Nyonya tua mengangguk dan berkata dengan sayu : “Aku tidak apa-apa, aku ingin menyendiri sebentar.”
“Kalau begitu nenek istirahat dulu yang tenang.”
“Iya, terima kasih kamu sudah memberitahu aku semua ini.” Nyonya tua tersenyum sedih ke dirinya : “Nenek masih bisa menerimanya, kamu pergilah.”
Melihat dia memang perlu ketenangan, Clarissa pun membalikkan badan pergi.
Semua orang di rumah sudah istirahat ke kamar masing-masing, Clarissa berjalan ke lantai dua, saat sampai di depan pintu kamar, dia berputar balik dan berdiri di depan pintu kamar Justin, lalu mulai mengetuk.
Mumpung tidak ada yang melihat, Clarissa dengan cepat memutar kenop pintu dan masuk.
Sekali dia masuk, dilihatnya Julius sedang duduk di lantai dengan bersandar ke sofa, di samping kakinya bertebaran jas hitam, bunga putih, dan perlengkapan lainnya yang tadi di pakai ketika upacara pemakaman, wajahnya penuh kesedihan, kedua matanya memerah, bahkan masih samar-samar tampak lapisan air yang tipis di matanya.
“Julius......” Clarissa segera berjongkok di hadapannya, lalu mengangkat wajah tampannya dan menatap matanya yang merah itu : “Julius, kamu kenapa? Kenapa kamu menangis?”
Apakah karena kematian Ayah?
“Julius, ayah sudah pergi, kita relakan saja.” Hiburnya dengan lembut.
Julius mengangkat wajahnya dengan sayu, menatap Clarissa dan berkata dengan sedih : “Ayah aku tidak pernah percaya dengan ibuku, jadi dia tidak begitu menyukai aku dan Justin.”
“Aku tahu, Julius, aku tahu......” Clarissa memeluknya dengan wajah tidak tega : “Aku bisa mengerti perasaan kamu, ibuku juga tidak suka dengan aku, ayahku juga sudah tidak mau aku lagi......tapi tidak apa-apa, aku punya kamu saja sudah cukup.”
“Apakah kamu melihat isi yang tertulis dalam surat wasiat?”
“Tidak, kenapa?”
Julius membaca dengan gumaman kecil : “Di sini saya tekankan bahwa saya menulis surat wasiat ini dalam keadaan sadar, serta tidak mendapat paksaan dan penipuan apa pun, apa yang tertera di atas merupakan keputusan diri sendiri, adalah kenyataan sebenar-benarnya yang ingin saya ungkapkan, ahli waris yang tercantum harus mempunyai hubungan darah dengan saya baru mempunyai hak untuk menerima wasiat, anggota keluarga yang lain atau pun pihak ketiga yang tidak mempunyai hubungan darah sedikit pun tidak boleh ikut campur dalam warisan dan hak waris dari ahli waris dengan alasan apa pun.”
Julius tersenyum pahit dan berkata : “harus mempunyai hubungan darah dengan saya baru mempunyai hak untuk menerima wasiat, ini jelas-jelas yang dimaksud adalah aku dan Justin, bahkan sampai saat meninggal pun, dia masih meragukan aku dan Justin. Mungkin diam-diam dalam hatinya berpikir, aku tidak menyelamatkan perusahaan Yi demi kepentingan pribadi, sama sekali tidak menganggap perusahaan Yi adalah akar pokok diri sendiri, sama sekali tidak mempunyai hubungan keluarga, bahkan orang luar pun bukan.”
Mendengar dia bergumam kecil seperti itu, Clarissa menepuknya dengan tidak tega dan menghibur : “Jangan berpikir seperti itu, mungkin maksud ayah sama sekali bukan seperti itu?”
“Iya.” Clarissa melepaskannya, menatapnya dan menghibur sambil tersenyum : “Mungkin yang ayah antisipasi bukan kamu, tapi anak dalam perut Yuliana? Lagi pula hanya Yuliana yang tahu apakah anak itu benar-benar keturunan keluarga Yi.”
Julius masih tersenyum pahit, lalu menggeleng dan berkata : “Ketika aku masih kecil, ayah sudah pernah ingin membawa aku untuk tes DNA, kemudian ditahan oleh nenek, ibu aku emosi sampai hampir bunuh diri.”
Clarissa tidak tahu Julius punya masa lalu seperti itu, juga tidak pernah mendengar ada yang mengungkit, ternyata dia yang dari luar tampak begitu bahagia dan bercahaya punya masa lalu yang begitu menyakitkan.
Kesempatan untuk melihat dia mengeluarkan air mata sangatlah sedikit, kalau bukan sudah sampai puncak kesedihannya, dia juga tidak akan sesedih ini.
Namun mulutnya begitu bodoh hingga tidak tahu harus bagaimana menghibur Julius, harus bagaimana caranya agar dia tidak sesakit ini?
“Yang sudah berlalu jangan dipikirkan lagi, bolehkah bangkitkan semangat kamu untuk menangani masalah selanjutnya?” Ucap Clarissa.
Julius tahu sekarang bukan saatnya bersedih, juga tidak ada waktu untuk dia bersedih, tapi tadi dia tetap tidak bisa menahannya.
“Sudahlah, kita tidak memikirkan hal ini lagi, ayah juga sudah pergi, tidak peduli apa yang sudah dia lakukan, maafkan saja.”
Julius mengangguk, setelah menenangkan hati, ia mengamati Clarissa dan bertanya : “Bagaimana kamu masuk? Tidak takut dilihat orang?”
“Aku lihat tidak ada orang baru masuk.”
“Cari aku ada apa?” Julius tahu dia tidak akan masuk kalau bukan ada urusan, karena beberapa hari ini ia tidak pernah masuk.
“Ada yang mau aku beritahu ke kamu.” Clarissa menatapnya dengan cemas, setelah ragu selama dua detik barulah dia melanjutkan : “Nenek sudah tahu soal kamu menyamar menjadi Justin, dia sendiri yang menyadarinya, tadi dia menanyai aku apakah Justin sudah tidak ada di dunia, karena merasa sudah tidak bisa disembunyikan lagi, jadi mau tidak mau memberitau dia semuanya.”
Julius tidak sangat terkejut setelah mendengar perkataannya, melainkan hanya menghela nafas, seolah ia sudah menduganya.
“Aku hanya takut nenek akan berpikir sembarangan, jadi baru memberitahu dia kenyataannya, maaf, Julius, aku sungguh tidak berguna, tidak bisa menyembunyikannya dari nenek.” Ucap Clarissa dengan penuh bersalah.
Julius hanya bisa menggeleng dan berkata : “Tidak perlu meminta maaf dengan aku, lagipula kamu sudah berusaha, setelah masalah beberapa hari ini, kalau aku jadi nenek, aku juga akan curiga, apalagi nenek juga bukannya bodoh.”
Novel Terkait
Adieu
Shi QiIstri Yang Sombong
JessicaHei Gadis jangan Lari
SandrakoInnocent Kid
FellaGet Back To You
LexyPredestined
CarlyCinta Yang Dalam
Kim YongyiAwesome Husband
EdisonThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)