The True Identity of My Hubby - Bab 222 Acara Pernikahan
Lantai dua di International Trade adalah tempat penjualan perhiasan dengan merek yang berkualitas tinggi, kebanyakan model di dalam sini harus dipesan terlebih dahulu, memang cocok dengan status Gwendolyn.
Kelihatannya tidak salah komentar orang-orang, Julius tidak ke perusahaan karena menemani Gwendolyn memilih perhiasan.
Apakah tadi mereka memilih cincin bersama? Pasti iya.
Frans menatap wajah mungil Gwendolyn yang sudah tidak ceria lagi, dia mengangkat tangan mengelus belakang kepalanya : “Kenapa? Merasa disakiti?”
Clarissa menggeleng : “Tidak.”
“Masih bilang tidak, padahal hanya tinggal kurang menangis saja.”
“Sembarangan.” Clarissa mengusap wajahnya sendiri : “Aku hanya tidak suka dengan apa yang dikatakan Gwendolyn.
“Benarkah?” Frans agak curiga.
Clarissa mengangguk, lalu membuka pintu mobil.
Meskipun kurang percaya, tapi Frans juga tidak ingin menanyakannya lagi, ia pun masuk ke dalam mobil juga.
Setelah makan bersama dan Frans mengantar Clarissa pulang ke Avery Hill Park, Frans pun membawa Liam dan Natasia pulang.
Baru saja masuk ke dalam rumah, dilihatnya Gwendolyn sedang memperlihatkan cincin kepada nyonya Tsu, kedua ibu dan anak itu tertawa bahagia, bahkan Noah yang di samping juga senyam senyum.
Meskipun Liam dan Natasia bukan keturunan kandung keluarga Tsu, dan dua orang tua di keluarga Tsu juga bukannya sangat memanjakan mereka, tapi bagaimana pun juga sudah melihat mereka dari kecil, apalagi mereka memang lucu, jadi orang tua keluarga Tsu masih termasuk punya perasaan dengan mereka.
Setelah anak-anak main sebentar di depan kedua orangtuanya, Frans pun menyuruh mereka naik ke atas untuk mandi dan tidur.
Usai menyerahkan Liam dan Natasia ke pembantu, ia pun duduk di depan anggota keluarga lainnya.
“Kak, lihat apakah cincin pernikahanku cantik?” Gwendolyn menyodorkan sebuah cincin berlian yang besar ke dirinya. Frans menerima dan mengamatinya dari atas ke bawah.
Sedangkan Gwendolyn yang disamping berkata dengan senang : “Ini hanya sampelnya saja, cincin yang sebenarnya jauh lebih cantik dari ini, harus lima hari kemudian baru bisa sampai.”
Setelah melihat sejenak, Frans melempar cincin itu ke meja dan berkata : “Apa gunanya cincin secantik apa pun? Hati si pria saja tidak di kamu, tidak mungkin mau selamanya hidup dengan cincin bukan?”
“Kak, kenapa kamu selau menghilangkan kesenangan orang.” Omel Gwendolyn dengan gusar.
“Memangnya bukan?” Frans pun gusar juga : “Kamu mati-matian memisahkan dua orang itu, bukan hanya tidak punya rasa bersalah, bahkan masih punya suasana hati untuk memamerkan cincin di sini? Gwendolyn, sejak kapan kamu jadi begitu egois?”
“Kakak, kenapa kamu selalu membela orang itu!” Gwendolyn membantah dengan tidak mau kalah : “Waktu aku dan Julius saling mencintai, Clarissa masih tidak tahu main lumpur di mana, jelas-jelas dia yang merebut pria aku, kenapa bersikeras bilang aku yang merebut punya dia?”
“Waktu itu kamu sendiri yang meninggalkan Julius dan memilih Justin, jadi Julius menikahi Clarissa!”
“Kalau tidak ada dia, dari awal aku sudah balikan dengan Julius.”
“Julius bukan boneka tidak berdarah tidak berdaging tidak berperasaan yang bisa kamu ambil dan buang sesuka hati.”
“Sudah!” Noah tidak tahan untuk membuka mulut menghentikan : “Frans, kalau kamu masih mau berbicara seperti ini dengan adikmu, lebih baik kamu pergi saja, menjauh sedikit.
Frans menoleh ke ayahnya dengan kesal : “Ayah, apa kamu tahu membiarkannya sama saja dengan mencelakai dia?
“Memangnya kenapa kalau tetap dibiarkan? Gwendolyn sudah tidak bisa berjalan, hidupnya sudah hampir tidak berarti, apa tidak bisa mengabulkan satu-satunya harapan dia?” Noah melototi Frans dengan tidak senang : “Malah kamu yang jadi kakak ini, bukan saja tidak membantu adik sendiri, malah yang ada hanya setiap hari menyalahkannya, kamu lihat yang jelas, kamu cuma punya satu adik ini, mau satu lagi pun sudah tidak ada!”
“Justru karena aku hanya punya satu adik ini, jadi aku tidak berharap dia semakin jatuh dalam kesalahan, apakah perasaannya ke Julius itu cinta? Jelas-jelas itu karena tidak mau kalah, tidak rela, pola pikir psikopat yang tidak bisa melihat orang lain hidup bahagia.” Frans jeda sejenak, lalu berkata lagi : “Dan kamu juga, ayah, apakah kamu benar-benar demi kebaikan Gwendolyn? Apakah benar-benar sedang mengabulkan harapannya? Sebenarnya kamu hanya merasa malu dengan kegagalan kamu sebelumnya, demi mendapatkan harga dirimu kembali baru mati-matian ingin menikahkan Gwendolyn ke keluarga Yi. Demi harga diri sendiri kamu tidak mempedulikan kebahagiaan Gwendolyn......”
“Sialan!” Noah bangkit berdiri dan melangkah maju, lalu melayangkan tamparan keras ke wajah Frans, serta menunjuk ke pintu sambil menggertakkan gigi : “Pergi kamu! Aku tidak punya anak yang mendapat keuntungan dari keluarga namun di satu sisi juga membantu orang luar seperti kamu!”
“Tuan besar......” Nyonya Tsu segera mendekat, menarik lengan Noah dan berkata : “Bicarakan dengan baik-baik, jangan turun tangan dengan anak-anak.
Setelah itu Nyonya Tsu juga dengan gusar berkata kepada Frans : “Frans, kamu keterlaluan sekali, bagaimana boleh mengatakan ayah dan adikmu seperti itu?”
Frans mundur satu langkah setelah ditampar, masih dengan tatapan yang menuju ke Noah : ”Aku pergi, tunggu kamu sudah tidak bertenaga untuk menjaga Gwendolyn, siapa yang menjaga dia yang tidak bisa berjalan? Apakah mengharapkan Julius?”
“Tidak perlu sok baik hati di sini, sejak kapan kamu pernah memperhatikan adik sendiri?”
“Perhatian aku sudah kalian anggap bahwa aku menerima keuntungan dari keluarga tapi di satu sisi malah membantu orang luar, sudah dianggap tidak berbakti.” Frans mengalihkan pandangannya ke Gwendolyn, ia berjongkok dan mengenggam tangan kecilnya : “Gwendolyn, bolehkah kamu mendengarkan satu perkataan kakak, Julius sama sekali tidak mencintai kamu, jangan membuat diri sendiri terhina seperti ini lagi, kamu tidak akan bahagia jika menikah dengannya.”
“Kamu bukan kakak aku!” Gwendolyn menepis telapak tangan Frans dan berkata dengan mata berkaca-kaca : “Kamu juga tidak perlu ikut campur dengan urusanku!”
“Jadi kamu tetap bersikeras mau menikah dengannya?”
“Iya!”
“Baik, menikah saja!” Frans bangkit berdiri, dilihatnya semua orang : “Acara pernikahan nanti tidak perlu mengundang aku, aku tidak akan hadir, juga malu untuk hadir.”
“Berani-beraninya kamu?”
“Bukankah tadi kamu bilang aku bukan anakmu? Kenapa aku tidak berani?” Frans menatapnya tajam, lalu membalikkan badan pergi dengan emosi.
“Anak sialan! Sungguh tidak masuk akal!” Omel Noah di belakang.
Sedangkan nyonya Tsu menghela nafas tidak berdaya : “Dengan tidak gampangnya mengharapkan dia pulang, sekarang jadi begini lagi, benar-benar......”
“Kalau dia tidak ingin hadir, maka tidak perlu menyuruhnya hadir.” Ujar Gwendolyn dengan gusar.
Meskipun nyonya Tsu juga merasa tidak seharusnya Gwendolyn berbuat seperti ini, tapi juga tidak enak mengatakan sesuatu, lagi pula ia sudah mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, sudah menasihati apa yang harus dinasihati, namun Gwendolyn tidak mendengarkan sedikit pun.
****
Pada kenyataanya Noah sama sekali tidak menyambut baik pernikahan Julius dan Gwendolyn, dia bisa setuju Gwendolyn menikah dengan Julius, satu sisi karena untuk mengabulkan harapan Gwendoly, sisi lainnya seperti yang dikatakan Frans, dirinya tidak ingin kalah, jadi harus mengembalikan harga diri yang sebelumnya sudah kalah.
Karena tidak menyambut baik, jadi juga tidak menyarankan untuk mengadakan acara pernikahan besar-besaran, setelah upacara sederhana, malamnya adalah acara kumpul kecil-kecilan bersama keluarga dan teman dekat.
Meskipun dari kecil Gwendolyn mendambakan pernikahan meriah dan romantis setelah dewasa, tapi karena kakinya tidak leluasa, jadi hanya bisa sesederhana mungkin.
Di tengah acara, meskipun dari luar keluarga Yi dan keluarga Tsu tampak akur, tapi sebenarnya masing-masing punya masalah yang berbeda di hati.
Demi kebahagiaan putrinya, nyonya Tsu mau tidak mau merendahkan diri, lalu berkata kepada nyonya tua dengan berseri-seri : “Nyonya tua, berputar sana sini, ujung-ujung keluarga kita tetap menjadi besan.”
Nyonya tua menatap sepasang pengantin yang di samping, dan menjawab : “Iya, untungnya Gwendolyn setia dengan Julius, serta karena ada nyonya Tsu yang mengajari putri sebaik dia.
“Nyonya tua terlalu memuji, kelak kalau Gwendolyn ada melakukan kesalahan apa, berharap kamu dan Julius bisa memaklumi.”
“Pasti akan.” Nyonya tua mengangkat cangkir teh dan berkata kepada semuanya : “Hari ini adalah hari bahagiannya Julius dan Gwendolyn, saya dengan teh ini sebagai gantinya bir, cheers untuk semuanya.”
“Selamat untuk nyonya tua, selamat kepada tuan muda Yi dan nona Tsu.” Semua tamu mengangkat cangkir bersamaan.
Dibandingkan dengan Julius yang sernyum terpaksa, Gwendolyn penuh dengan wajah bahagia.
Dia yang mengenakan gaun pengantin seksi, meskipun duduk di atas kursi roda, tapi tetap tidak memengaruhi dirinya menebarkan pesona. Kalau bukan karena ketidakbahagiaan yang ada di balik pernikahan ini, keduanya termasuk tampak pasangan yang serasi.
Gwendolyn memiringkan tubuh merangkul lengan Julius, lalu berkata dengan riang : “Julius, kamerawannya datang, senyum.”
Julius yang berpakaian jas pengantin, ditambah dengan pembawaannya yang dingin itu, sangat mempesona dan tampan seperti biasanya.
Dengan tidak berekspresi dia menjauhkan tangan Gwendolyn dari lengannya, lalu berkata datar : “Tadi sudah foto banyak.”
Meskipun Gwendolyn merasa kesal, tapi ia hanya bisa pura-pura tidak peduli.
Seliana yang duduk di meja utama sebagai bridesmaid menyadari kecuekan Julius, ia pun berkata : “Oh iya, sepertinya pengantin pria masih belum mencium pengantin wanita, harus cium satu kali dulu, betul tidak?”
“Betul!” Teman-teman Gwendolyn mulai riuh : “Cium! Cium!”
Ekspresi wajah Julius menjadi suram, diam tak berkutik di atas kursi.
Terhadap riuhan para bridesmaid yang tidak berkesudahan, dirinya tidak tahu harus bagaimana, jika ingin dia mencium Gwendolyon, rasanya benar-benar tidak mampu ia lakukan, tapi begitu banyak orang sedang memandang......”
“Kenapa? Sebagai seorang pria masa malu mencium pengantin sendiri?” Noah yang menampilkan wajah berseri-seri duduk di depan sana menyembunyikan ketidaksenangannya di hati.
Nyonya tua tahu dalam hati Julius serba salah, tapi demi kebaikan bersama, mau tidak mau dia diam-diam menyenggol kaki Julius.
Julius mengangkat mata, sambil tersenyum kecil ia berkata : “Ayah mertua terlalu bercanda, Gwendolyn begitu mencintai aku, untuk apa aku malu.”
Selesai berkata seperti itu, dia memajukan tubuhnya ke depan, jari yang panjang itu mengangkat dagu Gwendolyn dengan lembut, Gwendolyn juga bekerja sama dengan memejamkan matanya, menunggu dicium oleh Julius.
Julius mengamati bibirnya yang merah, saat ini yang terpikir olehnya adalah Clarissa, kenapa sama-sama wanita yang begitu kejam, tapi saat ini yang muncul dalam benaknya adalah wajah Clarissa, hingga membuat dia seperti merasa wanita di depannya ini bukan Gwendolyn, melainkan Clarissa!
Clarissa......
Clarissa......apakah kamu?
Karena tidak mendapat jawaban apa pun, dia pun menundukkan kepala menciumnya dengan lembut.
Bukan hanya mengecup, melainkan mencium dengan perasaan yang mendalam, dengan rasa rindu dan tidak rela meninggalkan yang dalam sekali.
Gwendolyn tersenyum senang, perlahan dia melingkarkan tangan ke leher Julius, siapa bilang Julius tidak mencintainya?
Novel Terkait
My Goddes
Riski saputroPerjalanan Selingkuh
LindaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMy Lady Boss
GeorgeMy Only One
Alice SongThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)