The True Identity of My Hubby - Bab 144 Mengadopsi Anak
"ini tidak mungkin! sebelumnya aku pernah melakukan tes darah, dokter mengatakan ini anak laki-laki".
"Kalau begitu aku kurang tahu". Perawat menepuk-nepuk tangannya: "Nona, di jaman sekarang anak laki-laki dan anak perempuan sama saja, kamu jangan sedih, dan jangan sampai orang di luar tahu aku yang memberitahumu, aku mohon padamu".
Yuliana Liu berbaring di ranjang menatap langit-langit, air matanya mengalir dari ujung matanya.
Perawat di buat terkejut olehnya, dia tidak pernah melihat seseorang yang menginginkan anak laki-laki sampai seperti itu.
Bila rumah sakit tahu dirinya yang membuat dia terkejut sampai seperti itu, dirinya pasti di pecat, bagaimana?
"Nona, apakah kamu baik-baik saja?" Perawat menepuk-nepuk lengan Yuliana Liu.
Tidak lama, Yuliana Liu perlahan baru tersadar dari rasa sedihnya, perlahan dia menatap perawat tersebut: "Kalau begitu kamu juga berjanji padaku, jangan beritahu siapapun anak yang aku kandung adalah perempuan".
"Baik, aku tidak akan mengatakan pada siapapun". Perawat tersebut terus menganggukan kepala.
Yuliana Liu menghapus air matanya di dalam ruang pemeriksaan, memperbaiki suasana hatinya, lalu di bantu oleh perawat berjalan keluar.
Dirinya yang menerima pukulan besar bahkan tidak ada tenaga untuk berjalan.
Ibu kecil melihat dirinya cukup parah, terkejut sehingga langsung segera memapahnya: "Ada apa? apakah perutmu tidak enak? apakah bayi nya kenapa-kenapa?"
"Nyonya, bayinya baik-baik saja, antar Nona Liu untuk beristirahat saja". Perawat tersebut tersenyum.
Gloria baru merasa tenang, sepasang tangannya di satukan dan berdoa kepada Tuhan.
Melihat wajah Gloria yang menjadi tenang, kaki Yuliana Liu semakn lemas, dia tidak dapat membayangkan, bila Gloria mengetahui anak yang dia kandung adalah perempuan, pasti akan sangat kecewa dan marah.
*****
Kak Vero masuk ke dalam kamar, setelah melihat Clarissa Yuan sekilas, dia melapor kepada Nyonya besar: "Nyona besar, Tuan muda ketiga baru saja menelepon, mengatakan nyonya muda ketiga dan anaknya baik-baik saja, meminta anda untuk tenang".
Nyonya besar merasa lega, hatinya yang dari tadi khawatir sekarang merasa tenang.
"Bagus kalau begitu". Dia menganggukan kepalanya.
Mendengar kabar Yuliana Liu baik-baik saja, Clarissa Yuan tidak sesedih yang di bayangkan, bahkan saat menunggu kabar dari rumah sakit, dirinya merasa sedikit tidak tenang.
Walaupun dirinya sangat ingin membalas Yuliana Liu, tetapi pada saat itu, dirinya tidak mempunyai keberanian, di bawah alam sadarnya dirinya tidak ingin anak itu mati di tangannya.
Mungkin seperti yang Julius Yi katakan, dirinya bukanlah orang dengan hati yang jahat.
Nyonya tua bangikit berdiri, dan duduk di sisi Clarissa Yuan, menepuk tangannya dan menghelakan napas: "Clarissa, wlaupun nenek sudah tua, tetapi tidak sampai tidak tahu apa yang benar apa yang salah. Kamu adalah orang baik, lembut dan perhatian, semuanya aku tahu. Yuliana orang yang perhitungan, sombong dan serakah, aku juga dapat merasakannya. Tadi Julius Yi berkata, aku baru ingat, malam itu Yuliana Liu buru-buru keluar mengendarai mobil, dan malam itu tidak membawa mobil kembali, dan mengatakan mobil tersebut di bawa temannya untuk melakukan peremajaan. Sekarang aku ingat-ingat, ternyata mobil tersebut di bawa service. Bukannya nenek tidak percaya kata-katamu, hanya saja tidak percaya dia memiliki keberanian sebeasar ini terhadapmu".
"Kamu tenang saja, penderitaanmu nenek akan terus ingat di dalam hati". Nyonya besar menatapnya dengan mata memohon berkata: "Tetapi pemikiran nenek dan Julius sama, anak itu tidak bersalah, aku harap kamu dapat meletakkan semua dendam, biarkan Yuliana Liu baik-baik melahirkan anak itu. Tetapi aku berjanji padamu, setelah anak itu lahir aku akan memberikanmu penjelasan yang memuaskan. Mengusir Yuliana keluar dari keluarga Yi atau memasukkannya ke penjara, semuanya aku akan mendengarkanmu, bagaimana?"
"Nenek, bagaimanapun juga, tidak dapat mengembalikan anakku lagi". Mata Clarissa Yuan basah.
"nenek tahu". Nyonya bear memeluknya, menepuk punggungnya dan berkata: "Nenek tidak akan membiarkan rencana Yuliana berahasil, dan tidak akan membiarkan dia kembali menyakitimu, ini adalah janji nenek. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah istirhat yang benar, lalu lahirkan seorang cucu untuk nenek, pintar, jangan menagis lagi".
Clarissa Yuan justru menangis dengan lebih menyedihkan, melahirkan lagi? dirinya sudah tidak memiliki kesampatan ini!
"Nenek tahu, kamu dan Julius menahan ini dengan sangat menyakitkan, aku berharap kamu jangan menyalahkan Julius, dari kecil hingga dewasa dia yang selalu berkorban untuk keluarga ini, semua dia yang menahannya, bahkan kematian ibunya pun dirinya harus setiap hari menelan kepahitan, dia juga sangat menyedihkan".
"Aku tidak akan menyalahkan dia". Clarissa Yuan menganggukan kepala.
"Baiklah kalau begitu". Nyonya besar tersenyum puas: "Clarissa, sebenarnya di antara 3 menantu, nenek paling sayang padamu, juga hanya kamu yang cocok untuk Julius Yi".
Clarissa Yuan tidak tahu, kata-kata nenek ini sebenarnya tulus atau hanya mengelabuinya, menyuruhnya terus menjadi orang baik. Semuanya tidak penting, karena dia mengerti setelah nenek tahu dirinya tidak dapat hamil, pasti tidak akan mengatakan kata-kata ini lagi.
*****
Sore hari pada saat kembali, Steve menghentikan mobil di sebuah halaman sebuah bangunan.
Clarissa yuan melihat di luar adalah sebuah jalanan yang tidak dia kenali, dia menolehkan kepala dengan tidak mengerti menatap Julius Yi: "Mengapa kamu membawaku ke sini?"
"Membawamu untuk merasakan dunia anak-anak". Julius Yi tersenyum dan berkata: "Ayo turun".
Clarissa Yuan turun dari mobil, dan menyadari ternyata itu adalah sebuah panti asuhan di kota A. Ketika kedua orang itu masuk, semua anak seperti telah lama tidak melihat ada tamu yang datang, semuanya dengan gembira menyambut mereka.
Steve telah menyiapkan hadiah yang akan di berikan kepada anak-anak, semua anak-anak tersebut tersenyum dengan gembira.
Clarissa Yuan melihat Julius Yi sekitas dan berkata: "Kamu tahu aku sangat menyukai anak-anak, masih membawaku ke sini untuk membuatku kesal?"
Julius Yi menggelengkan kepala, dan terseyum berkata: "Sebenarnya aku ingin kamu merasakan kebahagiaan dan kepolosan anak-anak, agar kamu mengerti, semua anak adalah peri, tidak ada hubungannya dengan hubungan darah atau lainnya".
Clarissa Yuan melihat senyuman Julius Yi, tiba-tiba matanya menjadi basah.
"Julius.....sebenarnya kamu tidak perlu melakukan begitu banyak padaku". Dia memeluknya dengan erat.
"Asalkan dapat berbuat untukmu, aku bersedia". Julius Yi membelai kepala belakang Clarissa Yuan: "aku tahu pada maslah Yuliana Liu apa yang aku lakukan tidak baik, aku egois tidak dapat berbuat apa-apa, pikiranku dan perbuatanku menurutmu semuanya tidak adil".
"Clarissa, yang satu adalah keluargaku, yang satu adalah kamu, aku sangat sulit memilih. Saat itu aku merasa asalkan aku tidak peduli apakah kamu dapat melahirkan anak atau tidak, cukup dengan mencintaimu, rela menggunakan seumur hidup cintaku untuk memenuhimu dan melindungimu, kamu akan merasa bahagia. Ternyata aku salah, aku telah melupakan rasa sakit di dalam hatimu, aku terlalu memandang tinggi kemampuanmu untuk berahan".
"Julius, kamu jangan bicara lagi, aku mengerti".
"Kalau begitu kamu memaafkanku?"
Clarissa Yuan menganggukan kepala: "Aku memaafkanmu, aku juga berjanji padamu selanjutnya aku akan menjadi seorang wanita yang baik dan tidak mendendam".
"Terima kasih".
"Seharusnya aku yang berterima kasih atas kebaikanmu". Clarissa Yuan tersenyum dengan menahan air mata, lalu menatap ke tempat yang jauh, ke tempat anak-anak yang sedang dengan bahagia melihat hadiah mereka: "apa yang kamu katakan benar, setiap anak-anak adalah peri, selanjutnya kita akan mengadopsi satu".
"Kalau begitu ayo kita masuk".
"Masuk untuk apa?"
"Mencari tahu prosedur adopsi".
"Ehm".
Kepala sekolah Liu yang baik, melihat mereka berdua tidak berpelukan lagi, dengan senyuman menyambut mereka dan memberi salam kepada Julius Yi: "Tuan muda Yi, kamu datang".
"Kepala sekolah Liu apa kabar". Julius Yi dengan sopan menyapa.
"Di luar dingin, ayo masuk dan duduk". Kepala sekolah Liu membawa kedua orang itu ke dalam.
Clarissa Yuan dengan penasaran bertanya: "Apakah kamu sering datang ke sini?"
"Perusahaan besar Yi merupakan donatur panti asuhan ini, dulu aku sering ke sini, setelah tidak dapat melihat aku jarang datang".
*****
Ketika keluar dari panti asuham Clarissa Yuan menggandeng lengan Julius Yi dan berkata dengan sedih: "usia di atas 30 tahun baru boleh mengadopsi anak, kalau begitu aku masih harus menunggu 5 tahun lagi".
"Hanya 5 tahun, akan berlalu dengan cepat". Julius Yi menjawab dengan tidak peduli: "Kebetulan beberapa tahun ini kita dapat menikmati waktu untuk kita berdua".
Kedua orang tersebut naik ke dalam mobil, Steve menyalakan mobil dan pergi, sama sekali tidak memperhatikan di dalam sebuah mobil sport merah terdapat Gwendolyn Tsu di kejauhan.
Hingga mobil tersebut telah pergi menjauh,Gwendolyn Tsu baru mengangkat kepalanya dan melepas kacamata hitamnya.
Tadi ketika dia melewati tempat ini, dia penasaran mengapa ada mobil Juius Yi, ketika hatinya merasa penasaran, Julius Yi dan Clarissa Yuan berjalan keluar dari halaman panti asuhan, lalu samar-samar terdengar pembicaraan bahwa mereka akan mengadopsi anak.
Julius Yi dan Clarissa Yuan akan mengadopsi anak? mengapa?
Dengan rasa penasaran, Gwendolyn Tsu turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam panti asuhan.
Kepala sekolah Liu memperhatikan Gwendolyn Tsu yang tiba-tiba datang, dengan penasaran bertanya: "Nona, apakah ada sesuatu?"
Dengan sopan Gwendolyn Tsu tersenyum dan berkata: "Aku adalah calon istri Tuan Muda Yi kedua, dulu pernah datang ke sini dengan Tuan muda kedua, apakah anda masih mengingatku?"
Kepala sekolah Liu berpikir sebentar, lalu menggelengkan kepala dengan merasa bersalah: "Aku sungguh tidak ingat".
"Oh, tidak apa-apa, aku hanya lewat saja, sekalian mampir melihat anak-anak". Gwendolyn Tsu dengan sengaja berkata "Oh Iya, tadi aku melihat Tuan Muda besar dan kakak ipar besar pergi dari sini, apakah menanyakan mengenai pengadopsian anak?"
"Betul, mereka ingin mengadopsi seorang anak, tetapi usia mereka belum cukup".
"Mengapa? mengapa mereka tidak melahirkan sendiri?"
Kepala sekolah Liu dengan binggung bertanya: "Nona bukankah calon istri Tuan muda Yi ke dua? Masalah ini harusnya anda lebih jelas dari ku?"
"Oh, aku baru kembali dari luar negeri, belum sempat bertanya". Gwendolyn Tsu tersenyum padanya: "Kalau begitu kamu pergi sibuk dulu saja, aku pergi bermain dengan anak-anak".
"Baik". Kepala sekolah Liu menggeleng-gelengkan kepala, mengantarnya ke tempat anak-anak.
*****
Gwendolyn Tsu masuk ke rumah kediaman Yi, bertemu dengan Yuliana Liu di atas.
Melihat wajah Yuliana Liu yang bersedih, dia bertanya: "Yuliana, orang yang hamil biasanya gendut, mengapa kamu menjadi kurus? apakah kamu baik-baik saja?"
Yuliana Liu belum sempat membuka mulut, Golria yang berada di sana dengan kesal menjawab: "karena Clarissa Yuan yang menyiksanya".
"Kakak ipar kenapa?"
"Akhir pekan kemain dia datang dan memukul Yuliana, hampir saja keguguran".
"Ya Tuhan, mengapa bisa begini".
"Iri karena Yuliana mengandung cucu laki-laki lah".
"Sudah cukup belum?" Nyonya besar dengan dingin menatap nya, lalu melihat ke arah Yuliana Liu: "Yuliana, semuanya telah berlalu, kamu pun harus memperbaiki suasana hatimu, bila terus menerus bersedih seperti ini, anakmu nanti memiliki wajah sedih".
"Nenek, aku tahu". Yuliana Liu dengan menahan air mata menjawab.
Sejak Clarissa Yuan tahu dirinya yang menabarkanya, dia sama sekali tidak pernah tidur dengan tenang, saat ini dia mengetahui anak yang di kandungnya adalah anak perempuan, dirinya semakin tidak dapat tidur tidak dapat makan.
Walaupun setelah kembali dari rumah sakit, nenek tidak berbicara apa-apa, juga tidak menanyakan tetang mobil yang mengalami kecelakaan, tetapi hatinya sangat tidak tenang, setiap saat dia mengkhawatirkan masa depannya.
Dalam keadaan seperti ini, bagaimana mungkin dirinya tidak menjadi kurus, menjadi terlihat sedih?
Gwendolyn Tsu berjalan ke sisi Nyonya besar, merangkul lengannya dan berkata: "Nenek, kamu tebak apa yang aku bawa untukmu?"
"Gwendolyn Tsu membawakan ku hadiah lagi?" Nyonya besar memperhatikan kedua tangannya yang tidak membawa apa-apa, lalu memaksakan tersenyum padanya. Belakangan ini banyak yang terjadi di rumah, dirinya sungguh tidak dapat tersenyum
"Tidak termasuk hadiah juga, karena hadiah ini memang milik nenek".
"Oh? benda apa?"
"Kamu lihat". Gwendolyn Tsu dari dalam kantung mengeluarkan sebuah gelang giok putih, dan mengangkatnya ke depan Nyonya besar dan berkata: "Nenek langsung dapat mengenalinya?"
"Bukankah ini adalah giok warisan yang aku berikan kepada Clarissa Yuan?" Dengan gembira Nyonya besar mengambilnya, dan melihatnya berulang-ulang: "Betul, memang ini".
"Wah, betul yah". Gloria mendekat dengan terkejut bertanya: "Gwendolyn Tsu, mengapa gelang tersebut bisa ada di tanganmu?"
"Betul, mengapa ada di tepatmu?" Nyonya besar dengan penasaran beratanya.
Novel Terkait
Marriage Journey
Hyon SongCantik Terlihat Jelek
SherinLoving Handsome
Glen ValoraAfter The End
Selena BeeCinta Yang Tak Biasa
WennieBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesUnperfect Wedding
Agnes YuThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)