The True Identity of My Hubby - Bab 255 Liam
Dokter Huang menatapnya sebentar lalu berkata, "Direktur Tsu memang mengalami flu, oleh karena itu tadi dia batuk parah."
Setelah Dokter Huang pergi, Gwendolyn Tsu menarik Nyonya Tsu sambil bertanya dengan cemas, "Ibu, sebenarnya ada apa dengan ayah?"
Nyonya Tsu menghapus air mata di wajahnya, lalu dia membalikkan tubuhnya dengan sedih.
Melihat Gwendolyn terus bertanya, Frans Tsu menatapnya dan berkata, "Bukankah hanya peduli kepada dirimu sendiri? Mana mungkin kamu peduli dengan hidup dan matinya ayah? Bahkan jika aku memberitahumu sekarang ayah berada mengidap kanker paru-paru stadium akhir, apakah kamu akan bersikap dewasa dan tidak membuatnya marah karena masalahmu dan Julius Yi? "
"Apa yang sedang kamu katakan? Ayah mengidap kanker paru-paru?" Wajah Gwendolyn Tsu langsung memucat, dan dia menatap Frans dalam waktu yang lama, setelah itu dia meraih pergelangan tangan Nyonya Tsu dan bertanya dengan cemas: "Ibu, apakah itu benar? Apakah ayah benar-benar mengidap kanker paru-paru?" ? "
Ketika Nyonya Tsu mengangguk sambil meneteskan air mata, jantung Gwendolyn Tsu seakan ditikam dengan pisau, setelah itu dia mulai menangis dengan sedih: "Kenapa Ayah bisa mengidap kanker paru-paru? Kenapa kalian tidak memberitahuku lebih awal? Kenapa tidak ada yang memberitahuku!"
“Gwendolyn .” Nyonya Tsu meraih tangannya sambil terisak-isak dan berkata, “Ayahmu takut kamu sedih, jadi dia menyembunyikan hal ini darimu, tetapi kamu selalu membuatnya tidak bahagia dan selalu membuatnya mengkhawatirkanmu, ucapan kakakmu benar, kapan kamu bisa dewasa? "
"Ibu ...," seru Gwendolyn Tsu dengan sedih, "Kenapa kamu juga mengataiku seperti itu? Aku tidak tahu Ayah sakit, aku tidak sengaja membuatnya selalu resah dengan masalahku."
Nyonya Tsu menggenggam tangan kecilnya sambil menenangkannya: "Gwendolyn , berhenti bersikap keras kepala dan dengarkan kata-kata kakakmu, bercerailah dengan Julius Yi dan jalani hidupmu dengan baik."
Begitu mendengar soal perceraian, Gwendolyn Tsu langsung menarik tangannya dari telapak tangan Nyonya Tsu, ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi dingin, dan dia berkata: "Tidak, aku tidak akan diam begitu saja, aku akan mengandalkan kemampuanku sendiri dan mempertahankan pernikahan ini. "
Melihat ekspresi wajah Gwendolyn yang tetap bersikeras, Frans Tsu akhirnya tidak mengatakan apa-apa dan kembali ke kamar.
*****
Di pagi hari, Frans Tsu tiba-tiba mendapatkan telepon dari rumah sakit yang memberitahunya Liam sudah siuman.
Ketika Frans Tsu sedang berbicara di telepon, dia sedang sarapan bersama Clarissa Yuan dan Natasia .
Melihat kegembiraan di wajahnya, Clarissa Yuan juga ikut bergembira, dan bertanya dengan tidak sabar : "Apakah itu telepon dari rumah sakit? Liam sudah siuman?"
“Bagaimana kamu bisa tahu?” Frans Tsu meletakkan ponselnya.
"Dari ekspresi wajahmu." Clarissa Yuan bertanya, "Apakah benar?"
“Iya -, Liam sudah siuman.” Frans Tsu tersenyum dan menepuk kepalanya dengan tangannya lalu dia menyentuh pipi Natasia dengan tangannya: “Kakak sudah siuman, Natasia senang tidak?”
“Senang!” Natasia meletakkan mangkuk dan sumpit dengan bersemangat dan berkata: “Aku ingin bermain dengan kakak.”
"Sekarang kamu masih belum boleh bermain dengan kakak, karena kakak belum sepenuhnya pulih."
"Kalau begitu aku akan menunggu sampai kakak sembuh baru bermain dengannya."
"Pintar." Frans Tsu menunjuk ke mangkuk dan sumpitnya: "Sekarang, cepat habiskan sarapanmu."
Natasia memakan sarapannya dengan patuh.
Clarissa Yuan bertanya dengan sedikit tidak sabar: "Kalau begitu kapan kita bisa pergi menemui Liam ?"
"Dokter mengatakan keadaan Liam masih sangat lemah dan untuk sementara masih belum bisa dijenguk. Dia perlu di amati selama beberapa jam lagi, jika sebelum sore tidak ada masalah dengan kondisinya, dia boleh dijenguk."
“Semoga Liam baik-baik saja.” Clarissa Yuan tidak bisa menahan diri untuk berdoa.
Frans Tsu tersenyum: "Tenang saja, dokter bilang asalkan Liam bisa siuman, bisa dikatakan dia telah melewati masa kritisnya."
“Hmm, Liam pasti akan sembuh.” Clarissa Yuan mengambil segelas susu dan hendak meminumnya, tapi tiba-tiba dia teringat dengan Julius Yi yang juga sama khawatirnya dengan dirinya. Oleh karena itu dia menurunkan gelas dan berkata, “Aku akan menelepon Julius .”
Selesai berbicara, dia langsung pergi meninggalkan meja makan dan naik ke atas, dia sama sekali tidak memperhatikan kesedihan yang melintas di wajah Frans Tsu .
*****
Sampai sore hari, tidak ada masalah dengan kondisi Liam.
Pagi-pagi sekali Julius Yi sudah pergi ke rumah sakit, begitu Nyonya Tua mendengar Liam sudah siuman, dia bergegas meminta Justin Yi membawanya melihat cicitnya. Dalam sekejap sangat banyak orang berkumpul di koridor.
Melihat orang-orang di depannya nona perawat berkata dengan serius: "Karena Liam masih perlu menjalani perawatan intensif jadi harus mempertahankan udara yang baik dan lingkungan yang higienis, oleh karena itu untuk sementara dalam satu hari dia hanya boleh di jenguk selama setengah jam dan hanya boleh di jenguk paling banyak dua orang. "
Nona perawat berhenti sejenak, lalu kembali berkata: "Dan satu hal lagi, karena kepala Liam mengalami benturan yang keras dan dia baru saja siuman, jadi lebih baik yang masuk adalah keluarganya, dan saat menjenguknya usahakan untuk mengatakan hal-hal yang membahagiakan dan jangan membuatnya terguncang, dan lebih jangan membuatnya mengalami perubahan emosi yang berlebihan. "
"Nona perawat, kami akan memperhatikannya," Frans Tsu mengiyakan.
“Baik, kalau begitu ikut aku untuk berganti pakaian,” nona perawat berbalik dan berjalan menuju kamar pasien.
Beberapa orang yang berada di lokasi saling memandang satu sama lain, sesaat mereka merasa serba salah.
Semua orang ingin bertemu dengan Liam , tetapi paling banyak hanya dua orang yang diizinkan untuk masuk ...
Sebaliknya, Nyonya Tua berkata dengan gembira, "Bagus sekali, akhirnya aku bisa bertemu dengan cicitku ."
“Nenek.” Clarissa Yuan merasa ragu-ragu dan sedikit tidak enak hati, “Begini, bagaimana pun Liam belum pernah bertemu dengan nenek, kalau dia tiba-tiba melihat nenek, dia pasti akan merasa tidak nyaman, bagaimana kalau kita bertemu dengannya setelah dia di pindahkan dari unit perawatan intensif. "
Justin yang berada di samping ikut menimpali, "Iya, nenek, kalau nenek masuk pasti akan membuat Liam merasa takut."
Senyuman di wajah Nyonya Tua langsung memudar, tetapi dia bukan tipe orang yang tidak masuk akal. Meskipun dia kecewa, dia mengangguk dan berkata, "Kelihatannya memang benar, biar Julius dan Clarissa yang masuk, aku tunggu lain kali saja. "
Clarissa Yuan menatap Julius Yi lalu menatap Frans Tsu, terhadap kedua ayah asli dan palsu ini, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Sepertinya tidak membiarkan siapa pun masuk terasa sangat kejam.
Frans Tsu tahu dia tidak layak berebut dengan Julius Yi , jadi dia tidak berani meminta untuk masuk.
Melihat Frans Tsu terlihat ingin mengalah, Clarissa Yuan menarik pergelangan tangan Julius Yi dan berkata, "Ayo, masuk."
Tapi saat ini Julius Yi malah berkata: "Kalian berdua saja yang masuk, Liam pasti lebih ingin bertemu dengan kalian berdua."
Frans Tsu tidak menyangka Julius akan mengatakan hal itu, ekspresi wajah terkejut muncul di wajahnya, pertengkaran sebelumnya antara dia dan Julius Yi di rumah sakit masih teringang di ingatannya, tapi dia tidak menyangka kali ini ...
Frans tidak menolak, sebaliknya dia mengangguk dan berjalan ke kamar pasien bersama Clarissa Yuan .
*****
Meskipun Liam sudah siuman, tapi tubuhnya masih lemah, dia sangat lemah hingga bahkan tidak bisa berbicara.
Sebelum Frans Tsu dan Clarissa Yuan masuk, Liam terus berwajah murung, tidak peduli bagaimana pun nona perawat menghiburnya, dia tidak tertawa. Tapi begitu dia melihat mereka berdua, senyuman langsung muncul di wajahnya.
“Liam, akhirnya kamu siuman.” Frans Tsu menatapnya sambil tersenyum, dia mendapati raut wajah Liam jauh lebih baik dari pada sebelumnya.
"Ayah ... Bibi Clarissa ..." Meskipun Liam memanggil mereka dengan suara lemah, tapi dia bisa mengingat mereka dengan jelas.
Melihat keadaan Liam, dokter merasa lega dan berkata: "Melihatnya dari tadi terus diam, dan raut wajahnya yang murung, aku pikir dia mengalami amnesia. Untungnya, dia bisa mengenali kalian, ini membuktikan dia tidak mengalami amnesia."
“Apakah itu membuktikan Liam benar-benar sudah melewati masa kritisnya?” tanya Frans Tsu.
Dokter mengangguk, "Kita bisa menganggapnya seperti itu."
"Bagus kalau begitu, terima kasih dokter."
"Hmm, tidak perlu berterima kasih." Dokter kembali berkata: "Baiklah, kalian temani Liam disini, aku pergi dulu."
Setelah dokter pergi, Frans Tsu berjalan ke tempat tidur Liam, setelah saling bertatapan dengan Clarissa Yuan, dia tersenyum. Melihat kondisi Liam sudah membaik, mereka merasa sangat bahagia.
“Ayah, aku tidak ingin berbaring di sini,” kata Liam dengan mata memerah.
Frans Tsu menatapnya dengan sedih dan tahu dia merasa tidak nyaman, tetapi dia hanya bisa menghiburnya dengan suara yang lembut: "Tapi saat ini tubuh Liam masih memiliki luka, dan belum boleh meninggalkan rumah sakit. Liam harus patuh, nanti ketika penyakit Liam sembuh, Ayah akan langsung membawamu pulang, bagaimana? "
"Kalau begitu aku ingin ayah dan Bibi Clarissa tinggal di sini bersamaku."
Frans Tsu menatap Clarissa Yuan, lalu melihat ekspresi wajah Liam yang penuh pengharapan, hal ini benar-benar membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.
Clarissa Yuan berpikir sebentar lalu berkata, "Tapi di sini adalah rumah sakit. Dokter bilang Ayah dan Bibi Clarissa tidak boleh tinggal berlama-lama di sini, kalau kami tinggal berlama-lama, akan ada bakteri, dan akan membuat penyakit Liam sembuh lebih lama.
"Hmm... Liam ingin cepat sembuh, dan segera pulang dengan ayah kan?"
Liam mengangguk dengan lemah.
“Kalau begitu dengarkan kata-kata dokter, bukankah Liam adalah anak yang penurut?” Clarissa Yuan bertanya: “Apakah Liam anak yang penurut?”
Liam mengangguk: "Liam adalah anak yang penurut."
"Apakah Liam akan mendengarkan kata dokter?"
“Iya.” Liam mengangguk.
"Liam sangat hebat," Clarissa Yuan tersenyum dengan puas.
Setengah jam berlalu dalam sekejap mata. Meskipun Clarissa Yuan dan Frans Tsu merasa tidak rela, tapi mereka tetap harus pergi meninggalkan kamar pasien.
“Bagaimana keadaaan Liam ?” Clarissa Yuan baru saja keluar dari kamar pasien, Nyonya Tua langsung bertanya kepadanya.
"Keadaan Liam sangat baik. Mungkin beberapa hari lagi dia bisa dipindahkan dari unit perawatan intensif." kata Clarissa Yuan .
Mendengar kata-katanya ini, Nyonya Tua akhirnya merasa lega.
Justin membawa Nyonya Tua pulang. Frans Tsu tidak ingin tinggal di sini dan menjadi pengganggu, oleh karena itu dia pergi dan hanya menyisakan Julius Yi dan Clarissa Yuan di koridor. Julius Yi menatap ke arah kamar pasien dengan penuh kerinduan.
Clarissa Yuan berjalan menghampirinya dan mengenggam telapak tangannya: "Liam sudah siuman, seharusnya kamu merasa lega."
Dia bisa memahami perasaan Julius Yi pasti penuh dengan tekanan.
“Kamu juga akhirnya bisa merasa lega.” Julius Yi tersenyum lalu dia menariknya ke dalam pelukannya: “Bagus sekali, akhirnya dia siuman.”
"Clarissa, sepertinya aku belum mengucapkan hal ini kepadamu... terima kasih kamu telah melahirkan Liam dan Natasia untukku," katanya sedikit terharu.
Clarissa Yuan tersenyum: "Aku juga belum pernah mengucapkan hal ini kepadamu... Terima kasih kamu telah memberikan sepasang anak yang begitu imut kepadaku, dan aku bukan lagi wanita yang tidak bisa menjadi seorang ibu."
"Apakah saat ini kamu merasa sangat bahagia?"
"Hmm, bisa menjadi wanita seutuhnya sangatlah baik, oleh karena itu aku ingin mengucapkan terima kasih karena dulu kamu telah memberikan dua buah hati ini kepadaku."
"Sudah, jangan saling berterima kasih di sini lagi." Julius Yi melepaskannya, lalu menatapnya sambil tersenyum: "Ayo, kita sama-sama pergi menjemput Natasia, lalu pergi makan bersama."
"Baik." Clarissa Yuan mengangguk.
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
SubardiMarriage Journey
Hyon SongAkibat Pernikahan Dini
CintiaBaby, You are so cute
Callie WangNikah Tanpa Cinta
Laura WangThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)