The True Identity of My Hubby - Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
Pada malam harinya ketika Clarissa Yuan mengungkit masalah ini kepada Julius Yi, Julius Yi terlihat sangat tenang dan tidak terlihat membenci Gloria sedikit pun.
Clarissa Yuan melihat dia sambil tersenyum berkata, "setelah melalui banyak kejadian, kamu bisa mendapatkan kesehatan mental yang baik, memang sangat berharga."
Julius Yi tersenyum dan berkata, "itu karena aku sudah puas dengan hidupku."
"Mengapa sudah puas?"
"Perusahaan Besar Yi sudah semakin maju, istriku sudah kembali, anak-anak ku sudah lengkap. Bagaimana menurutmu?" Julius Yi menundukkan kepalanya dan mencium hidungnya berkata, "jika 3 hal ini sudah tidak ada, aku rasa aku dapat membenci dia seumur hidup."
"Baguslah jika kamu berpikir seperti itu."
"Sekarang dia menjadi seperti itu, anggap saja mendapatkan hukuman dari Tuhan. Jika dipikirkan juga sangat menyedihkan, biarkan saja dia." Julius Yi memasukan dia ke dalam dekapannya dan berkata, "yang terpenting untuk saat ini adalah aku harus banyak menemani kamu dan anak-anak, yang lain tidak penting."
"Terima kasih."
"Terima kasih apanya, jika dibalikkan juga dapat dikatakan bahwa kalian bertiga ibu dan anak yang sedang menemaniku." Julius Yi tersenyum dan menciumnya berkata, "sudahlah, kita jangan mengurusi urusan orang lain, urus saja diri sendiri."
Baru saja Clarissa Yuan ingin bertanya mengurusi hal apa, dia segera menciumnya dan badannya juga dikendalikan oleh dia, tidak bisa bergerak.
Gwendolyn Tsu datang ke pintu ruangan rawat inap Noah Tsu, Nyonya Tsu kembali mengingatkan berkata, "Gwendolyn, kesehatan ayahmu baru saja membaik, usahakan kamu jangan membahas yang dapat memicu emosionalnya dia ya?"
"Ibu, aku sudah tahu, aku akan berhati-hati." Gwendolyn Tsu menjawab.
Kedua ibu dan anak ini memasukin ruangan rawat inap, kondisi Noah Tsu memang sudah membaik, dia terlihat jauh lebih bersemangat.
"Ayah, apa kamu baik-baik saja?" Gwendolyn Tsu bertanya dengan penuh perhatian.
Noah Tsu merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum berkata, "menurut kamu apakah aku baik-baik saja atau tidak? Aku sangat baik."
"Baru saja membaik sedikit kamu sudah begitu senang, beberapa hari yang lalu kamu hampir saja membuat kami bertiga terkejut setengah mati." Nyonya Tsu berkata dengan nada menyalahkan.
Noah Tsu tersenyum ke arah Gwendolyn Tsu dan berkata, "tunggu ayah keluar dari rumah sakit, aku membantumu menghabisi Julius Yi si brengsek itu."
Frans Tsu yang sedang menuang air sedikit terkejut, mengangkat kepala menatap Noah Tsu dan berkata dengan kesal, "ayah, mengapa kamu masih mengingat masalah ini?"
"Aku hanya memiliki seorang putri, jika tidak mengingat dia, aku harus mengingat siapa?" Noah Tsu melambaikan tangan ke arah Gwendolyn Tsu, Gwendolyn Tsu pun menggerakan kursi roda ke arah dia dan memegang tangan ayahnya.
"Gwendolyn kamu jangan khawatir, apapun yang terjadi ayah akan mendukungmu, selama kamu dapat berpikir dengan terbuka, ayah akan mendukungmu."
"Ayah....." Gwendolyn Tsu terharu hingga meneteskan air mata dan berkata dengan tercekat, "aku tidak ingin mengungkit masalah ini karena akan membuat kamu menjadi emosional, melainkan kamu sendiri yang mengungkitnya."
"Anak bodoh, kamu tidak mengungkitnya pun ayah juga tahu," Noah Tsu tersenyum tipis.
Frans Tsu memberikan segelas air matang ke tangan Gwendolyn Tsu dan berkata, "Gwendolyn, kakak tetap berharap kamu bisa merelakannya. Memulai kembali kehidupan yang baru, aku, ayah dan ibu akan menjaga kamu."
"Benar, Gwendolyn kamu turuti perkataan kakakmu ya?" Nyonya Tsu menambahkan.
Gwendolyn Tsu paling benci mendengar perkataa Frans Tsu yang seperti ini, demi tidak memancing emosi ayah, dia memaksa diri untuk tidak bersuara, hanya diam-diam meremas gelas air.
Noah Tsu berpikir sejenak lalu berkata, "tentu saja, jika bisa merelakannya, itu yang terbaik. Ayah juga mendukungmu untuk merelakannya dan memulai hidup baru."
Gwendolyn Tsu menggertakkan giginya dan berusaha menggunakan nada suara yang halus berkata, "kak, kemarin ketika aku melewati aula di dekat Sungai A, aku melihat Julius Yi dan Clarissa Yuan membawa Liam dan Natasia bermain pesawat di dalam aula, sekeluarga terlihat sangat harmonis. Liam dan Natasia mengejar mereka dan memanggil mereka ayah dan ibu. Aku tidak tahu bagaimana caramu menahannya. Tetapi aku tidak dapat menahannya. Aku dan Julius Yi bahkan belum bercerai dan mereka sudah berani seperti itu. Aku bisa menggugat mereka karena berselingkuh!"
Frans Tsu menghela nafas dengan tidak berdaya berkata, "tentu saja aku juga tidak rela mengembalikan anak-anak kepada mereka, tetapi anak-anak pada dasarnya memang milik mereka. Jika memang ingin memaksanya untuk tetap tinggal pun tidak bisa. Tidak perlu dibawah hingga ke pengadilan bukan?"
"Jadi dapat dikatakan aku tidak berbaik hati seperti kamu." Gwendolyn Tsu menjawab.
Frans Tsu melihat dia yang tidak mau berubah dan tidak mau berselisih lebih lanjut serta menarik nafas dengan tidak berdaya berkata, "kalian di sini temani ayah, aku pergi dahulu ke kantor."
Baru saja Frans Tsu ingin pergi, tiba-tiba Noah Tsu memanggil dia dan berkata, "tunggu sebentar."
"Ada apa ayah?" Frans Tsu menolehkan kepalanya.
Noah Tsu menghela nafas panjang dan menatapnya berkata, "meskipun Gwendolyn sedikit manja, tetapi dia tetaplah adik kandungmu, kamu harus menjaga dia dengan baik, dengar tidak?"
"Ayah tidak perlu kamu ingatkan, aku tentu saja akan menjaga dia dengan baik." Frans Tsu melangkah maju dan menepuk pundaknya berkata, "tenang saja, aku pergi dahulu."
Setelah Frans Tsu pergi, Nyonya Tsu berkata, "Frans Tsu bukannya tidak menyayangi Gwendolyn Tsu, hanya saja tidak setuju cara yang digunakan oleh Gwendolyn."
"Iya, aku lihat-lihat dia juga tidak berani untuk tidak menyayangi adiknya sendiri." Noah Tsu menepuk punggung tangan Gwendolyn Tsu berkata, "Gwendolyn, kamu jangan takut, begitu ayah pergi masih ada kakak, keluarga dan Perusahaan Besar Tsu yang akan menjadi penopangmu."
"Ayah........." Gwendolyn Tsu kembali sedih mendengar perkataan dia, dengan tercekat berkata, "kamu harus baik-baik saja karena hanya kamu yang dapat menjaga Gwendolyn dengan baik."
"Tenang saja, ayah pasti sembuh." Noah Tsu memukul dadanya dan berkata, "lihat, bukankah ini baik-baik saja."
Gwendolyn Tsu menganggukan kepalanya, tetapi hatinya merasa sangat sedih.
Meskipun keadaan Noah Tsu akhir-akhir ini sudah membaik, tetapi sel kanker masih ada di dalam tubuhnya yang bisa mengambil nyawanya kapan saja.
Dia benar-benar tidak dapat membayangkan jika ayah benar-benar pergi, bagaimana jalan untuk kedepannya? Siapa yang akan menuntunnya dan mencari keadilan untuknya?
Saat jam makan siang, Noah Tsu meminta Nyonya Tsu untuk menemani Gwendolyn Tsu makan siang di luar, tetapi kedua ibu dan anak ini tidak tenang meninggalkan Noah Tsu sendirian, tidak berani meninggalkan ruangan rawat inap selangkah pun.
Noah Tsu menjawab dengan kesal, "kalian ini menganggap aku orang yang memiliki penyakit kronis ya? Kamu lihat, apakah aku membutuhkan penjagaan kalian setiap detiknya?"
"Aku cemas kamu merasa bosan sendirian di sini." Nyonya Tsu menjawab.
"Jangan membuat Gwendolyn kelaparan, cepat temani dia pergi makan." Noah Tsu mengambil asal berkas yang ada di atas meja berkata, "pergilah, aku dapat melihat berkas dengan tenang."
"Iya, kalau begitu kamu mau makan apa? Aku membungkusnya untukmu."
"Apa saja, jangan yang berminyak saja." Noah Tsu membuka berkas yang ada di tangannya.
Nyonya Tsu membawa Gwendolyn Tsu pergi makan siang di luar, setelah memapah Gwendolyn Tsu duduk di atas sofa, Nyonya Tsu tertawa, "orang-orang pada umumnya lebih mementingkan pria dibandingkan wanita, sedangkan ayahmu lebih mementingkan wanita dibandingkan pria. Sejak kecil lebih menyayangimu."
"Itu karena aku lebih penurut dibandingkan kakak." Gwendolyn Tsu terkekeh.
"Sejak kecil ada barang apa pun, ayahmu pasti menyimpannya untukmu. Jika kamu tidak menginginkannya barulah diberikan kepada Frans Tsu. Frans Tsu pun tidak keberatan karena dia sama menyayangimu seperti ayahmu."
Gwendolyn Tsu tersenyum sedih.
Sejak kecil hubungan dia dan Frans Tsu sangat baik, juga berkomunikasi dengan baik. Tetapi sejak Clarissa Yuan muncul semuanya berubah, kakaknya tidak lagi mengerti dia, tidak mendukung dia, dan terus menekan dia.
"Ibu, bisakah kamu tidak mengungkit dia?" Gwendolyn Tsu bertanya dengan suara pelan.
Nyonya Tsu menganggukkan kepalanya dan berkata, "baiklah, aku tidak akan mengungkitnya. Sebenarnya aku hanya ingin mengatakan bahwa kakakmu dan ayahmu sama-sama menyayangimu. Akhir-akhir ini ayahmu cemas akan masalahmu, sekarang juga tidak tahu masih dapat hidup berapa lama. Jadi aku berharap dalam sisa-sisa hidupnya kamu dapat menemani dia."
"Ibu, kamu tenang saja, aku akan menemani ayah dengan baik." Gwendolyn Tsu mengiyakan dan menganggukan kepalanya.
Pada saat ini, di dalam ruang rawat inap tersisa Noah Tsu seorang diri, baru saja melihat sebentar berkasnya, dia sudah merasa lelah dan berbaring di atas ranjang.
Di luar ruang rawat inap terdengar suara ketukan pintu, sambil memejamkan mata dia menjawab, "masuklah."
Begitu pintunya terbuka, seorang pria jangkung memakai topi, pakaian lusuh dan jenggot yang melangkah masuk. Pria muda itu menyusuri sekeliling ruangan, mengunci pintu ruangan dan melangkah ke dalam ruangan.
Noah Tsu berpikir bahwa suster yang memasuki ruangan, jadi dia tidak menghiraukannya. Ketika pria muda itu mengeluarkan suaranya berkata, "Direktur Tsu, sudah lama tak berjumpa."
Noah Tsu membuka matanya. Ketika dia melihat pria di depannya dia merasa kebingungan karena tidak mengenalnya.
"Kenapa? Direktur Tsu tidak mengenal aku?" Pria muda itu melepaskan topi dan memperlihatkan seluruh wajahnya.
"Juwono Yi?" Noah Tsu tertegun sejenak sambil menatapnya berkata, "untuk apa kamu datang kemari?"
"Menurut kamu?" Juwono Yi menaikkan alisnya.
"Jangan-jangan kamu datang untuk meminta uang?" Noah Tsu tersenyum meremehkan dan berkata, "jika seperti ini, silahkan sebut nominalnya."
"Uang?" Juwono Yi menunjuk dirinya sendiri sambil terseyum dingin berkata, "aku menjadi seperti ini karena uang, menurut kamu apakah aku akan tertarik kembali dengan uang?"
"Kalau begitu apa yang membuatmu tertarik?"
"Aku tertarik dengan nyawamu." Seketika eskpresi Juwono Yi menjadi gelap.
Raut wajah Noah Tsu seketika berubah setelah mendengar perkatannya. Dia dengan reflek menjulurkan tangannya untuk menekan bel pertolongan, tetapi Juwono Yi sudah menduga dia akan berbuat seperti itu, dia pun sudah selangkah lebih maju menghalangi tombol bel. Sambil tertawa berkata, "kamu jangan melakukan hal yang sia-sia kembali. Jika kamu berhasil menekan tombol bel, mereka pun tidak dapat memasuki ruangan. Jika mereka mendobrak masuk, kamu juga sudah kehilangan nyawa, tidak dapat diselamatkan."
Ekspresi takut pada wajah Noah Tsu semakin kuat, dia terbata-bata berkata, "dengan membunuh aku........kamu juga tidak dapat hidup dengan mudah. Apakah kamu ingin tinggal di dalam penjara seumur hidup?"
"Aku menginginkannya."
"Kamu........" Noah Tsu tidak menyangka dia akan menjawab seperti itu, dia tidak tahu harus berkata apa pun kembali.
Banyak hal yang ingin diucapkan oleh Juwono Yi, dengan ekspresinya yang dingin berkata, "aku kabur ke luar negeri, Direktur Tsu mengutus orang untuk membunuhku. Aku kabur kembali ke dalam negeri, Direktur Tsu kembali mengutus orang untuk membunuhku. Menurut kamu apakah ada maknanya bagiku untuk hidup seperti itu? Jika seperti itu lebih baik tinggal di dalam penjara yang jauh lebih tenang bukan? Bagaimana menurutmu Direktur Tsu?"
Ketika Juwono Yi sedang berbicara, kedua tangannya perlahan-lahan mengarah ke leher dia.
Jangan membahas ketika Noah Tsu sedang sakit, jika tidak sakit pun dia tidak akan bertemu lawan yang seperti Juwono Yi yang tinggi besar dan masih muda. Jadi ketika tangan Juwono Yii sudah mencekiknya, dia segera memohon tanpa memedulikan harga dirinya berkata, "Juwono Yi kamu jangan gegabah, bukannya kamu menginginkan kebebasan dan uang? Aku....aku dapat mengabulkan permintaanmu, aku......aku segera memerintah mereka agar tidak menyakitimu......"
"Maaf, sudah terlambat." Juwono Yi tersenyum dingin dan menambah kekuatan pada jari-jari tangannya.
Dia bukan orang bodoh, mana mungkin perkataan Noah Tsu si rubah ini?
Jika dia melepaskan tangannya, lalu tidak lewat tiga hari dia akan segera mati.
"Kamu pikir apakah aku akan percaya padamu? Dulu ketika kamu mengancam aku dan ibuku, mengapa kamu tidak terpikirkan bahwa jika anjing juga dapat memanjat dinding jika sudah terpojokkan? Aku yang awalnya Tuan Muda Ketiga Keluarga Yi dicelakai olehmu menjadi seperti ini, apakah kamu tidak merasa bersalah sedikit pun? Bahkan kamu masih memiliki 'wajah' untuk memohon belas kasihan kepadaku, aku tidak memotong tubuhmu dan membuangnya ke sungai untuk dimakan ikan, itu sudah sangat baik...."
Ekspresi Juwono Yi semakin gelap.
Wajah Noah Tsu perlahan-lahan menjadi merah, nafasnya pun semakin sesak, pupil matanya membesar, terus melototi Juwono Yi.
Yang tersisa dalam penglihatannya adalah wajah Juwono Yi yang begitu menakutkan, dan suara yang masuk ke dalam pendengarannya terakhir kali adalah suara Juwono Yi yang berkata, "ingatlah, ini adalah akibat dari membuat aku Juwono Yi marah........."
Novel Terkait
Thick Wallet
TessaMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraMy Cold Wedding
MevitaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaPrecious Moment
Louise LeeCinta Yang Dalam
Kim YongyiThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)