The True Identity of My Hubby - Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
Teresa Wang tertegun sejenak, dengan emosional lalu berteriak, "Clarissa kamu jangan menakuti ibu, bercerai itu tidak ada apa-apanya, sudah banyak orang yang melakukan perceraian! Kamu jauh-jauh pergi untuk lompat ke jurang, nanti ibu susah untuk menemukan jasadmu. Kamu dengar tidak? Jangan melompat! Clarissa kamu dengar tidak.........."
Teresa Wang semakin emosional dan berteriak seolah-olah sudah terjadi apa-apa. Clarissa Yuan memutarkan matanya dan berkata, "ibu, apa yang sedang kamu katakan? Aku sedang bersama Julius."
"Hah? Jadi kamu ke sana bukan untuk bunuh diri ya?" Nada bicara Teresa Wang perlahan-lahan menjadi tenang dan berkata, "kamu membuat aku terkejut, aku pikir kamu tidak dapat berpikir jernih. Ternyata kamu ke sana untuk mengucapkan perpisahan dengan Julius."
Clarissa Yuan dengan refleks menutupi lubang yang mengeluarkan suara dan melirik sekilas ke arah Julius Yi dan berkata, "ibu, kecilkan suaramu. Apa ada masalah lain?"
"Ehm, tidak ada, hanya ingin melihat saja bagaimana penanganan mengenai masalahmu."
"Masih dalam proses penanganan. Jika sudah selesai aku akan memberitahumu."
"Baiklah, kalian berpisahlah dengan baik-baik ya, aku matikan dahulu." Teresa Wang segera mematikan panggilannya setelah selesai berbicara.
"Ada apa? Suara ibu terdengar sangat gelisah." Julius Yi bertanya.
Clarissa Yuan menggelengkan kepala sambil tersenyum berkata, "tidak ada apa-apa, dia mengatakan Mountain Dragon sangat berbahaya, dia khawatir aku akan tertimpa musibah."
Setelah menyadari Julius Yi tidak curiga akan perkataannya, diam-diam Clarissa Yuan menghembuskan nafas dengan lega.
Keesokkan harinya, Julius Yi akhirnya tetap harus tinggal di rumah sakit, Clarissa Yuan membereskan perlengkapan untuk kehidupan sehari-hari, ketika dia menolehkan kepalanya, dia melihat Julius Yi duduk pada balkon.
"Kenapa tidak duduk di atas ranjang?" Clarissa Yuan berjalan menghampirinya dan berdiri di sampingnya sambil bertanya.
"Aku tidak suka terlihat seperti orang sakit yang harus duduk di atas ranjang." Julius Yi menjawab.
Clarissa Yuan menyentuh pundaknya dan bertanya dengan halus, "apakah kamu gugup?"
"Gugup akan apa?" Julius Yi berpura-pura bodoh.
"Gugup akan operasinya, kamu pasti khawatir operasinya akan gagal, betul tidak?"
"Mana mungkin?" Julius Yi memegang tangannya dan tersenyum dengan tidak setuju berkata, "ada istri sebaik kamu di sisiku, apalagi yang perlu aku khawatirkan? Meskipun operasinya gagal pun tidak apa-apa."
"Tentu saja tidak." Clarissa Yuan menangkup wajahnya dan memutarkan ke arahnya, sambil menatapnya berkata, "sudah terlihat sangat jelas pada wajahmu kalau kamu sedang gugup."
Mana mungkin tidak gugup? Siapa pun yang berada di posisinya pasti akan merasa gugup.
Julius Yi tidak bisa menutupi dari dia, dia pun menarik nafas dalam dan memeluknya berkata, "Clarissa, aku sangat gugup dan khawatir. Aku khawatir jika aku tidak bisa sembuh, aku tidak bisa menjaga dan menemanimu lagi dengan baik. Aku tidak ingin membebanimu, aku juga mengetahui kamu itu sangat mandiri, kamu suka memiliki pekerjaan sendiri dan kehidupan sendiri. Bukan seperti sekarang dari pagi hingga malam harus berada di sekitarku terus menerus."
"Julius, perkataan bodoh apa yang sedang kamu katakan? Kamu melupakan ucapakanku dulu ya? Tidak peduli akan terjadi apa di masa yang akan datang, selama bisa bersamamu, itu merupakan hal yang paling membahagiakan bagiku." Dia menjawab dengan pelan
"Tetapi aku tidak ingin seperti itu, aku ingin seperti pria pada umumnya yang memanjakan kamu, mencintai kamu."
"Kamu yang sekarang sudah sangat baik." Clarissa Yuan tersenyum dan berkata, "anak baik, jangan berpikir yang tidak-tidak lagi ya, kontrol emosimu untuk menghadapi operasi."
"Aku akan melakukannya." Julius Yi menganggukkan kepalanya.
Ponsel Clarissa Yuan berdering, dia mengeluarkan ponselnya dan melihat kontak masuk, dia melihat Gwendolyn Tsu mengirimkan pesan unttuk mengajaknya bertemu.
Yang akan datang pasti akan datang juga. Dia menarik nafas pelan dan memeluk Julius Yi dengan erat.
Clarissa Yuan membohongi Julius Yi bahwa dia ingin bertemu dengan Evelin. Setelah mendapatkan izin, dia langsung meninggalkan rumah sakit menuju ke cafe untuk bertemu dengan Gwendolyn Tsu.
Begitu Clarissa Yuan memasuki ruangan, Gwendolyn Tsu melihatnya dengan tatapan mengejek dan berkata, "gimana? Sudah memberikan kamu waktu tiga bulan lebih, kamu masih tidak rela untuk meninggalkan Julius?"
"Nona Tsu silahkan langsung ke intinya saja. Aku tidak ada waktu untuk basa-basi denganmu di sini." Clarissa Yuan berjalan ke arah sofa yang ada di seberang dia dan mendudukinya.
"Aku mencari kamu selain mengenai Julius adakah yang lain?" Gwendolyn Tsu menyilangkan tangannya di depan dada, dengan tatapan dingin menatapnya dan berkata, "kapan kamu akan pergi? Jangan-jangan ingin menunggu setelah Julius selesai operasi?"
"Aku ingin seperti itu, tapi Nona Tsu tidak akan menyetujuinya bukan?"
"Tentu saja, aku ingin kamu segera pergi setelah Julius memasuki ruangan operasi."
Langsung pergi setelah memasuki ruangan operasi, meskipun Clarissa Yuan merasa sangat kejam, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "baik, aku akan melakukannya."
"Kamu memutuskan untuk pergi ke mana?" Gwendolyn Tsu bertanya.
Clarissa Yuan tertawa dan berkata, "Nona Tsu, jika di dalam hati Julius Yi memang ada aku, tidak peduli seberapa jauh aku pergi meninggalkannya dia pasti akan menemukan aku. Pergi jauh-jauh untuk apa?"
"Tentu saja aku mengetahui hal ini, jadi aku ingin kamu keluar dari hati Julius, bukan pergi sejauh mungkin." Gwendolyn Tsu menunduk dan mengeluarkan kertas A4 yang sudah dilipat dengan baik dari dalam tasnya dan melemparkan ke arah dia berkata, "surat perpisahan ini aku sudah membantumu untuk menulisnya, dan alat perekam ini. Rekam suaramu berdasarkan kata-kata di dalam surat itu dan meninggalkannya agar didengar oleh Julius." Gwendolyn Tsu kembali melemparkan alat perekam suara ke arah dia.
Clarissa Yuan mengambil kertas A4 yang terjatuh di lantai dan melihatnya. Dua halaman besar itu memiliki isi seperti dia melakukan kesalahan kepada Julius Yi, sekilas dapat terlihat merupakan gaya Gwendolyn Tsu.
Clarissa Yuan mengangkat kepalanya dan tertawa berkata, "Nona Tsu, jika aku membaca sesuai dengan yang kamu berikan, Julius Yi pasti tidak akan mempercayainya."
"Apa maksudmu?" Gwendolyn Tsu menatapnya dan berkata, "kamu ingin seperti apa?"
Clarissa Yuan berkata, "dibanding kamu, aku jauh lebih menginginkan Julius dapat hidup bahagia. Jadi aku berharap setelah dia menikah denganmu dapat merelakan kejadian-kejadian dulu dan hidup dengan baik bersamamu. Jika ingin dia seperti itu, dia harus merelakan aku terlebih dahulu, aku akan berusaha membantu dia untuk melakukan itu."
"Perkataanmu terlihat sangat hebat." Gwendolyn Tsu mengejek dingin.
Clarissa Yuan tidak menghiraukan perkataan dia dan melanjutkan, "selama ini bagaimana aku dan Julius berinteraksi, pernah melakukan apa bersama-sama dan mengatakan apa tentu hanya aku yang mengetahuinya. Jadi kata-kata perpisahan harus aku yang menulisnya sendiri yang dapat membuat dia percaya." Dia berhenti sebentar dan melanjutkan, "kamu tenang saja, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat Julius percaya."
Setelah Clarissa Yuan selesai berbicara, dia juga mengeluarkan alat perekam suara dari dalam tasnya dan berkata, "aku sudah merekamnya, kamu boleh mencoba mendengarnya terlebih dahulu."
Dia memilih alat perekam suara, karena dia khawatir operasi Julius Yi akan gagal. Jika operasinya gagal, maka dia akan menjadi tunanetra seumur hidup.
Gwendolyn Tsu melihat alat perekam suara di tangannya dan dengan tidak sabar mengambilnya serta memencet tombol untuk memutarnya.
Kata-kata perpisahan Clarissa Yuan tidak begitu panjang, tetapi Gwendolyn Tsu sangat puas setelah mendengarnya. Setelah selesai mendengarnya, dia melemparkan kembali alat perekam suara tersebut kepada dia dan berkata, "meskipun tidak sebagus yang aku tulis, tapi OK juga, kalau gitu gunakan ini saja."
Clarissa Yuan memasukkan kembali alat perekam suara ke dalam tasnya, lalu berdiri dan berkata, "kalau begitu apakah aku sudah boleh pergi sekarang?"
"Boleh, pergilah." Gwendolyn Tsu mengangkat secangkir kopi dan meminumnya dengan elegan. Sudut bibirnya mengeluarkan senyuman puas.
Dia tidak pernah mengetahui apabila berurusan dengan orang-orang baik sangat menghemat tenaga dan hatinya.
Malam hari, Julius Yi terbangun dari mimpinya dan seperti biasa keringat dinginnya terus bercucuran.
Gerakan dia tidak teralu besar tetapi cukup membuat Clarissa Yuan terbangun yang tidur di sofa. Dia terburu-buru menyalakan lampu dan berjalan menghampirinya, memegang pundak Julius Yi dan berkata, "Julius kamu kenapa? Mimpi buruk lagi?"
"Iya......." Julius Yi mengangkat tangannya dan mengelap keringatnya dengan baju lengannya, nafasnya masih terengah-engah dan menoleh ke arah dia bertanya, "sudah jam berapa sekarang?"
Clarissa Yuan mengangkat kepalanya dan melihat jam sekilas berkata, "ini masih pukul 2 subuh, pagi masih cukup lama."
Dia mengambil tisu dari atas meja yang berada di ujung ranjang dan membantunya mengelap keringat. Bertanya dengan nada sedih, "mimpi buruk itu lagi ya?"
Julius Yi menggelengkan kepalanya, mengangkat tangannya dan memegang tangannya berkata, "aku bermimpi kamu mengatakan bahwa kamu tidak pernah mencintai aku, kamu mengatakan kamu ingin meninggalkan aku. Lalu
kamu memegang tangan Andre Mo sambil tersenyum ke arahku sambil melangkah menjauh. Kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya, adengan yang berbeda tetapi tetap ada bayangan Andre Mo."
"Ada apa? Kenapa Andre Mo ini terus saja bermunculan." Julius Yi menelan ludahnya dan masih bergemetar.
Clarissa Yuan melihat ke arah dia, hatinya seperti tertancap belati. Sebenarnya seberapa khawatirnya dia akan kepergiannya?
"Bukannya sudah pernah ku katakan mungkin karena kamu terlalu takut kehilangan aku, maka dari itu suka bermimpi hal-hal yang aneh seperti itu." Clarissa Yuan memeluk dia, dan menenangkannya dengan suara lembut, "jangan berpikir terlalu banyak, kemungkinan besok akan melakukan operasi."
Julius Yi juga tidak menginginkan untuk terus menerus berpikir yang tidak-tidak, tetapi mimpi buruk ini selalu mengejarnya dan menganggunya, membuatnya mau tidak mau terus berpikir yang tidak-tidak.
"Clarissa, apakah kamu akan meninggalkan aku?" Julius Yi mengenggam dengan erat tangan dia dan bertanya sambil menarik nafas dalam.
Clarissa Yuan tertegun, pada akhirnya dia tidak memberitahunya bisa saja dia akan meninggalkannya besok dan bukan tanpa ada alasan dia bisa bermimpi seperti itu.
Kelihatannya terkadang mimpi itu merupakan suatu hal yang mengerikan!
"Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu." Dia memeluknya dan menahan nangis.
"Benarkah? Selamanya tidak meninggalkan aku?"
"Selamanya tidak meninggalkanmu."
"Mengapa aku merasa kamu sedang membohongi aku?" Julius Yi menghela nafas sambil tersenyum pahit berkata, "apakah mungkin karena aku tidak bisa memelukmu hingga tertidur? Apakah aku benar-benar sudah tidak bisa kehilanganmu?"
Sebenarnya Clarrisa Yuan bersikeras untuk membiasakan dirinya tidur sendirian, tetapi begitu teringat kemungkinan besar dia akan melakukan operasi besok dan dia harus beristirahat dengan baik malam ini, dia pun tidak tega melihatnya tidur sendirian.
"Tidak apa-apa, aku temani kamu tidur." Dia melepaskan alas kakinya dan bersender ke dalam pelukannya, bersamanya berdempetan tidur di atas ranjang rumah sakit yang kecil.
Seperti biasanya Julius Yi akan merasa tenang apabila memeluknya, dan tidak berpikir yang tidak-tidak kembali.
Keesokkan paginya, Clarissa Yuan memutuskan untuk menjenguk pria yang melakukan donasi. Baru saja sampai di depan ruangannya, dia melihat beberapa dokter dan perawat mendorong ranjangnya ke arah ruangan pertolongan pertama, diikuti dengan beberapa sanak keluarganya yang menangis sedih.
Clarissa Yuan langsung mengetahui beberapa sanak keluarga yang sedang menangis adalah istri dan anak dari pria yang berdonasi tersebut.
Dia meraih wanita yang berada di belakang ranjang dan bertanya dengan kebingungan, "ada apa dengan Kakak Lu? Apa yang terjadi?"
"Dia......sudah tidak bisa." Setelah wanita itu melihat Clarissa Yuan, dia langsung menangis.
Novel Terkait
My Superhero
JessiMr Huo’s Sweetpie
EllyaUnplanned Marriage
MargeryLelaki Greget
Rudy GoldHusband Deeply Love
NaomiMy Greget Husband
Dio ZhengThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)