The True Identity of My Hubby - Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.

Teresa Wang tertegun sejenak, dengan emosional lalu berteriak, "Clarissa kamu jangan menakuti ibu, bercerai itu tidak ada apa-apanya, sudah banyak orang yang melakukan perceraian! Kamu jauh-jauh pergi untuk lompat ke jurang, nanti ibu susah untuk menemukan jasadmu. Kamu dengar tidak? Jangan melompat! Clarissa kamu dengar tidak.........."

Teresa Wang semakin emosional dan berteriak seolah-olah sudah terjadi apa-apa. Clarissa Yuan memutarkan matanya dan berkata, "ibu, apa yang sedang kamu katakan? Aku sedang bersama Julius."

"Hah? Jadi kamu ke sana bukan untuk bunuh diri ya?" Nada bicara Teresa Wang perlahan-lahan menjadi tenang dan berkata, "kamu membuat aku terkejut, aku pikir kamu tidak dapat berpikir jernih. Ternyata kamu ke sana untuk mengucapkan perpisahan dengan Julius."

Clarissa Yuan dengan refleks menutupi lubang yang mengeluarkan suara dan melirik sekilas ke arah Julius Yi dan berkata, "ibu, kecilkan suaramu. Apa ada masalah lain?"

"Ehm, tidak ada, hanya ingin melihat saja bagaimana penanganan mengenai masalahmu."

"Masih dalam proses penanganan. Jika sudah selesai aku akan memberitahumu."

"Baiklah, kalian berpisahlah dengan baik-baik ya, aku matikan dahulu." Teresa Wang segera mematikan panggilannya setelah selesai berbicara.

"Ada apa? Suara ibu terdengar sangat gelisah." Julius Yi bertanya.

Clarissa Yuan menggelengkan kepala sambil tersenyum berkata, "tidak ada apa-apa, dia mengatakan Mountain Dragon sangat berbahaya, dia khawatir aku akan tertimpa musibah."

Setelah menyadari Julius Yi tidak curiga akan perkataannya, diam-diam Clarissa Yuan menghembuskan nafas dengan lega.

Keesokkan harinya, Julius Yi akhirnya tetap harus tinggal di rumah sakit, Clarissa Yuan membereskan perlengkapan untuk kehidupan sehari-hari, ketika dia menolehkan kepalanya, dia melihat Julius Yi duduk pada balkon.

"Kenapa tidak duduk di atas ranjang?" Clarissa Yuan berjalan menghampirinya dan berdiri di sampingnya sambil bertanya.

"Aku tidak suka terlihat seperti orang sakit yang harus duduk di atas ranjang." Julius Yi menjawab.

Clarissa Yuan menyentuh pundaknya dan bertanya dengan halus, "apakah kamu gugup?"

"Gugup akan apa?" Julius Yi berpura-pura bodoh.

"Gugup akan operasinya, kamu pasti khawatir operasinya akan gagal, betul tidak?"

"Mana mungkin?" Julius Yi memegang tangannya dan tersenyum dengan tidak setuju berkata, "ada istri sebaik kamu di sisiku, apalagi yang perlu aku khawatirkan? Meskipun operasinya gagal pun tidak apa-apa."

"Tentu saja tidak." Clarissa Yuan menangkup wajahnya dan memutarkan ke arahnya, sambil menatapnya berkata, "sudah terlihat sangat jelas pada wajahmu kalau kamu sedang gugup."

Mana mungkin tidak gugup? Siapa pun yang berada di posisinya pasti akan merasa gugup.

Julius Yi tidak bisa menutupi dari dia, dia pun menarik nafas dalam dan memeluknya berkata, "Clarissa, aku sangat gugup dan khawatir. Aku khawatir jika aku tidak bisa sembuh, aku tidak bisa menjaga dan menemanimu lagi dengan baik. Aku tidak ingin membebanimu, aku juga mengetahui kamu itu sangat mandiri, kamu suka memiliki pekerjaan sendiri dan kehidupan sendiri. Bukan seperti sekarang dari pagi hingga malam harus berada di sekitarku terus menerus."

"Julius, perkataan bodoh apa yang sedang kamu katakan? Kamu melupakan ucapakanku dulu ya? Tidak peduli akan terjadi apa di masa yang akan datang, selama bisa bersamamu, itu merupakan hal yang paling membahagiakan bagiku." Dia menjawab dengan pelan

"Tetapi aku tidak ingin seperti itu, aku ingin seperti pria pada umumnya yang memanjakan kamu, mencintai kamu."

"Kamu yang sekarang sudah sangat baik." Clarissa Yuan tersenyum dan berkata, "anak baik, jangan berpikir yang tidak-tidak lagi ya, kontrol emosimu untuk menghadapi operasi."

"Aku akan melakukannya." Julius Yi menganggukkan kepalanya.

Ponsel Clarissa Yuan berdering, dia mengeluarkan ponselnya dan melihat kontak masuk, dia melihat Gwendolyn Tsu mengirimkan pesan unttuk mengajaknya bertemu.

Yang akan datang pasti akan datang juga. Dia menarik nafas pelan dan memeluk Julius Yi dengan erat.

Clarissa Yuan membohongi Julius Yi bahwa dia ingin bertemu dengan Evelin. Setelah mendapatkan izin, dia langsung meninggalkan rumah sakit menuju ke cafe untuk bertemu dengan Gwendolyn Tsu.

Begitu Clarissa Yuan memasuki ruangan, Gwendolyn Tsu melihatnya dengan tatapan mengejek dan berkata, "gimana? Sudah memberikan kamu waktu tiga bulan lebih, kamu masih tidak rela untuk meninggalkan Julius?"

"Nona Tsu silahkan langsung ke intinya saja. Aku tidak ada waktu untuk basa-basi denganmu di sini." Clarissa Yuan berjalan ke arah sofa yang ada di seberang dia dan mendudukinya.

"Aku mencari kamu selain mengenai Julius adakah yang lain?" Gwendolyn Tsu menyilangkan tangannya di depan dada, dengan tatapan dingin menatapnya dan berkata, "kapan kamu akan pergi? Jangan-jangan ingin menunggu setelah Julius selesai operasi?"

"Aku ingin seperti itu, tapi Nona Tsu tidak akan menyetujuinya bukan?"

"Tentu saja, aku ingin kamu segera pergi setelah Julius memasuki ruangan operasi."

Langsung pergi setelah memasuki ruangan operasi, meskipun Clarissa Yuan merasa sangat kejam, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "baik, aku akan melakukannya."

"Kamu memutuskan untuk pergi ke mana?" Gwendolyn Tsu bertanya.

Clarissa Yuan tertawa dan berkata, "Nona Tsu, jika di dalam hati Julius Yi memang ada aku, tidak peduli seberapa jauh aku pergi meninggalkannya dia pasti akan menemukan aku. Pergi jauh-jauh untuk apa?"

"Tentu saja aku mengetahui hal ini, jadi aku ingin kamu keluar dari hati Julius, bukan pergi sejauh mungkin." Gwendolyn Tsu menunduk dan mengeluarkan kertas A4 yang sudah dilipat dengan baik dari dalam tasnya dan melemparkan ke arah dia berkata, "surat perpisahan ini aku sudah membantumu untuk menulisnya, dan alat perekam ini. Rekam suaramu berdasarkan kata-kata di dalam surat itu dan meninggalkannya agar didengar oleh Julius." Gwendolyn Tsu kembali melemparkan alat perekam suara ke arah dia.

Clarissa Yuan mengambil kertas A4 yang terjatuh di lantai dan melihatnya. Dua halaman besar itu memiliki isi seperti dia melakukan kesalahan kepada Julius Yi, sekilas dapat terlihat merupakan gaya Gwendolyn Tsu.

Clarissa Yuan mengangkat kepalanya dan tertawa berkata, "Nona Tsu, jika aku membaca sesuai dengan yang kamu berikan, Julius Yi pasti tidak akan mempercayainya."

"Apa maksudmu?" Gwendolyn Tsu menatapnya dan berkata, "kamu ingin seperti apa?"

Clarissa Yuan berkata, "dibanding kamu, aku jauh lebih menginginkan Julius dapat hidup bahagia. Jadi aku berharap setelah dia menikah denganmu dapat merelakan kejadian-kejadian dulu dan hidup dengan baik bersamamu. Jika ingin dia seperti itu, dia harus merelakan aku terlebih dahulu, aku akan berusaha membantu dia untuk melakukan itu."

"Perkataanmu terlihat sangat hebat." Gwendolyn Tsu mengejek dingin.

Clarissa Yuan tidak menghiraukan perkataan dia dan melanjutkan, "selama ini bagaimana aku dan Julius berinteraksi, pernah melakukan apa bersama-sama dan mengatakan apa tentu hanya aku yang mengetahuinya. Jadi kata-kata perpisahan harus aku yang menulisnya sendiri yang dapat membuat dia percaya." Dia berhenti sebentar dan melanjutkan, "kamu tenang saja, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat Julius percaya."

Setelah Clarissa Yuan selesai berbicara, dia juga mengeluarkan alat perekam suara dari dalam tasnya dan berkata, "aku sudah merekamnya, kamu boleh mencoba mendengarnya terlebih dahulu."

Dia memilih alat perekam suara, karena dia khawatir operasi Julius Yi akan gagal. Jika operasinya gagal, maka dia akan menjadi tunanetra seumur hidup.

Gwendolyn Tsu melihat alat perekam suara di tangannya dan dengan tidak sabar mengambilnya serta memencet tombol untuk memutarnya.

Kata-kata perpisahan Clarissa Yuan tidak begitu panjang, tetapi Gwendolyn Tsu sangat puas setelah mendengarnya. Setelah selesai mendengarnya, dia melemparkan kembali alat perekam suara tersebut kepada dia dan berkata, "meskipun tidak sebagus yang aku tulis, tapi OK juga, kalau gitu gunakan ini saja."

Clarissa Yuan memasukkan kembali alat perekam suara ke dalam tasnya, lalu berdiri dan berkata, "kalau begitu apakah aku sudah boleh pergi sekarang?"

"Boleh, pergilah." Gwendolyn Tsu mengangkat secangkir kopi dan meminumnya dengan elegan. Sudut bibirnya mengeluarkan senyuman puas.

Dia tidak pernah mengetahui apabila berurusan dengan orang-orang baik sangat menghemat tenaga dan hatinya.

Malam hari, Julius Yi terbangun dari mimpinya dan seperti biasa keringat dinginnya terus bercucuran.

Gerakan dia tidak teralu besar tetapi cukup membuat Clarissa Yuan terbangun yang tidur di sofa. Dia terburu-buru menyalakan lampu dan berjalan menghampirinya, memegang pundak Julius Yi dan berkata, "Julius kamu kenapa? Mimpi buruk lagi?"

"Iya......." Julius Yi mengangkat tangannya dan mengelap keringatnya dengan baju lengannya, nafasnya masih terengah-engah dan menoleh ke arah dia bertanya, "sudah jam berapa sekarang?"

Clarissa Yuan mengangkat kepalanya dan melihat jam sekilas berkata, "ini masih pukul 2 subuh, pagi masih cukup lama."

Dia mengambil tisu dari atas meja yang berada di ujung ranjang dan membantunya mengelap keringat. Bertanya dengan nada sedih, "mimpi buruk itu lagi ya?"

Julius Yi menggelengkan kepalanya, mengangkat tangannya dan memegang tangannya berkata, "aku bermimpi kamu mengatakan bahwa kamu tidak pernah mencintai aku, kamu mengatakan kamu ingin meninggalkan aku. Lalu

kamu memegang tangan Andre Mo sambil tersenyum ke arahku sambil melangkah menjauh. Kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya, adengan yang berbeda tetapi tetap ada bayangan Andre Mo."

"Ada apa? Kenapa Andre Mo ini terus saja bermunculan." Julius Yi menelan ludahnya dan masih bergemetar.

Clarissa Yuan melihat ke arah dia, hatinya seperti tertancap belati. Sebenarnya seberapa khawatirnya dia akan kepergiannya?

"Bukannya sudah pernah ku katakan mungkin karena kamu terlalu takut kehilangan aku, maka dari itu suka bermimpi hal-hal yang aneh seperti itu." Clarissa Yuan memeluk dia, dan menenangkannya dengan suara lembut, "jangan berpikir terlalu banyak, kemungkinan besok akan melakukan operasi."

Julius Yi juga tidak menginginkan untuk terus menerus berpikir yang tidak-tidak, tetapi mimpi buruk ini selalu mengejarnya dan menganggunya, membuatnya mau tidak mau terus berpikir yang tidak-tidak.

"Clarissa, apakah kamu akan meninggalkan aku?" Julius Yi mengenggam dengan erat tangan dia dan bertanya sambil menarik nafas dalam.

Clarissa Yuan tertegun, pada akhirnya dia tidak memberitahunya bisa saja dia akan meninggalkannya besok dan bukan tanpa ada alasan dia bisa bermimpi seperti itu.

Kelihatannya terkadang mimpi itu merupakan suatu hal yang mengerikan!

"Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu." Dia memeluknya dan menahan nangis.

"Benarkah? Selamanya tidak meninggalkan aku?"

"Selamanya tidak meninggalkanmu."

"Mengapa aku merasa kamu sedang membohongi aku?" Julius Yi menghela nafas sambil tersenyum pahit berkata, "apakah mungkin karena aku tidak bisa memelukmu hingga tertidur? Apakah aku benar-benar sudah tidak bisa kehilanganmu?"

Sebenarnya Clarrisa Yuan bersikeras untuk membiasakan dirinya tidur sendirian, tetapi begitu teringat kemungkinan besar dia akan melakukan operasi besok dan dia harus beristirahat dengan baik malam ini, dia pun tidak tega melihatnya tidur sendirian.

"Tidak apa-apa, aku temani kamu tidur." Dia melepaskan alas kakinya dan bersender ke dalam pelukannya, bersamanya berdempetan tidur di atas ranjang rumah sakit yang kecil.

Seperti biasanya Julius Yi akan merasa tenang apabila memeluknya, dan tidak berpikir yang tidak-tidak kembali.

Keesokkan paginya, Clarissa Yuan memutuskan untuk menjenguk pria yang melakukan donasi. Baru saja sampai di depan ruangannya, dia melihat beberapa dokter dan perawat mendorong ranjangnya ke arah ruangan pertolongan pertama, diikuti dengan beberapa sanak keluarganya yang menangis sedih.

Clarissa Yuan langsung mengetahui beberapa sanak keluarga yang sedang menangis adalah istri dan anak dari pria yang berdonasi tersebut.

Dia meraih wanita yang berada di belakang ranjang dan bertanya dengan kebingungan, "ada apa dengan Kakak Lu? Apa yang terjadi?"

"Dia......sudah tidak bisa." Setelah wanita itu melihat Clarissa Yuan, dia langsung menangis.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu