The True Identity of My Hubby - Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya

Malamnya, seusai mandi, Clarissa turun ke lantai 1 untuk minum lalu kembali ke kamar.

Baru saja menginjak kamarnya dan menutup pintu, ia tiba-tiba teringat tentang kejadian kancing baju sebelum ke ia luar kota. Julius suka naik ke kasurnya tengah malam lalu memeluknya begitu saja. Apa ia akan datang juga malam ini?

Clarissa mengunci pintu kamarnya, dalam hati berpikir kalau Julius tidak akan bisa masuk.

Tapi sedetik kemudian ia teringat kalau Julius adalah suaminya, jadi kamarnya juga adalah kamar Julius. Tindakannya yang mengunci pintu begini tidakkan keterlaluan?

Tidak usah bilang memeluknya, sebagai seorang suami, bahkan wajar kalau ia melakukan hal itu padanya.

Setelah ragu beberapa saat, Clarissa akhirnya membuka kunci pintunya.

Ia berbaring di atas kasur, tak kunjung bisa tidur. Kedua telinganya tak lagi memperhatikan pergerakan di depan pintu. Ia bukannya takut Julius akan masuk, ia hanya tak terbiasa tidur dengan dipeluk pria.

Pelukan dan napas Julius selalu membuatnya teringat akan Charlie, akan masa-masa yang indah dan bahagia itu.

Ia tidak ingin mengingat-ingat lagi pria yang telah mencampakkannya itu. Selama beberapa tahun ini ia bisa mengontrolnya dengan baik.

Tapi setelah kemunculan Julius, ia pun tak mampu mengontrol dirinya lagi. Julius membuka lagi ingatan lamanya yang telah berdebu. Ia tidak tahu kenapa, yang ia tahu, ini adalah tanda yang tidak baik!

Beruntung, malam ini Julius tidak muncul.

Clarissa pun mengantuk, perlahan ia memasuki alam mimpi.

Keesokan harinya, saat Clarissa keluar rumah, ia melihat garasi ketambahan satu buah mobil sedan Mini warna merah.

Steve menyerahkan kunci mobil padanya sambil tersenyum, "Nyonya Muda, mobilnya sudah sampai, silakan dicoba. Kalau tidak suka, Anda boleh minta ganti kapan saja."

"Terima kasih, tidak perlu diganti," Clarissa menerima kunci itu.

Steve berkata lagi, "Tuan Muda berpesan agar saya menemani Nyonya Muda selama seminggu pertama. Setelah Anda sudah terbiasa dengan mobil ini, Anda baru boleh menyetir sendiri."

Clarissa sedikit terkejut. Ia tak menyangka kalau Julius bisa seperhatian ini sampai mengkhawatirkan keselamatannya.

Julius sudah membelikannya mobil baru, juga memedulikan keselamatannya. Ia harusnya menunjukkan sedikit terima kasih, kan?

Setelah memikirkannya, ia berkata pada Steve, "Kalau begitu tunggu aku sebentar."

Clarissa segera masuk kembali ke rumah.

Semenjak Clarissa pindah ke sini, Julius pindah ke kamar di ujung lantai 2. Yang lucu adalah, dia belum pernah melihat kamar Julius sejak menikah hingga sekarang, apalagi masuk ke sana. Bahkan, ini pertama kalinya dia berdiri di depan pintu kamar Julius.

Setelah ragu selama beberapa saat, Clarissa pun mengetuk pintu.

Ketukan pertama, tak ada respons.

Ketukan kedua, tak ada respons.

Ketukan ketiga, tetap tak ada respons. Clarissa pun berseru, "Tuan Muda, apa aku boleh masuk?"

Lama sekali tak terdengar jawaban dari Julius. Clarissa pun mencoba menekan gagang pintu. Tak disangka, pintu terbuka.

Walaupun ini adalah kamar tamu, tapi luasnya tidak kalah dengan kamar utama. Dekorasinya pun indah dan mewah. Dominan warna abu-abu menunjukkan dengan jelas kalau ini adalah kamar pria.

Clarissa melangkah masuk dengan ragu. Ia mengamati sekitar. Kamar itu kosong. Begitu pun dengan kamar mandi dan ruang ganti, tidak ada sosok Julius di sana.

Julius tidak biasanya keluar di saat-saat seperti ini. Mengapa hari ini ia pergi? Pergi ke mana?