The True Identity of My Hubby - Bab 228 Dihina
Clarissa Yuan menggandeng Liam dan Natasia kembali ke atas dan kembali ke dunia kecil mereka.
Karena kejadian tadi Liam masih terlihat sedikit murung, melihat suasana hatinya yang tidak baik, Clarissa Yuan berjongkok di depannya dan membelai kepala kecilnya: ”Liam, maaf, tadi Bibi Clarissa sangat marah karena khawatir penyakitmu tidak bisa sembuh. "
“Aku tahu Bibi Clarissa melakukannya demi kebaikan Liam .” Liam memeluk leher Clarissa Yuan dan berjanji dengan bersungguh-sungguh: “Bibi Clarissa tenang saja, Liam akan patuh.”
"Hmm, ini baru anak kesayanganku yang baik," Clarissa Yuan mencium pipinya dengan gembira.
“Bibi Clarissa , kenapa Paman Yi bisa menjadi pamanku?” Natasia bertanya sambil menatap Clarissa Yuan .
Clarissa Yuan termangu, pertanyaan ini ... sangat sulit dijawab.
Dia memikirkannya sebentar, lalu dia berkata, "Karena Paman Yi dan Bibi sudah menjadi satu keluarga."
"Bukankah dulu Paman Yi dan Bibi Clarissa adalah satu keluarga? Kenapa bisa jadi satu keluarga dengan Bibi?"
"Karena ..." Clarissa Yuan berhenti sejenak, lalu dia tersenyum dan berkata: "Karena kelak aku akan menjadi satu keluarga dengan Liam dan Natasia."
Natasia langsung merasa sangat gembira: "Benarkah? Kelak Bibi Clarissa akan menjadi satu keluarga dengan Liam dan Natasia?"
"Tentu saja benar," Clarissa Yuan mengangguk.
“Paman, kenapa paman bisa ada di sini?” Liam tiba-tiba bertanya.
Tubuh Clarissa Yuan langsung menegang, lalu dia memalingkan wajahnya secara naluriah, dan melihat Julius Yi yang berwajah murung sedang bersandar pada kusen pintu.
Clarissa bangkit dari lantai, sesaat dia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.
Julius Yi menunduk dan tersenyum kepada Liam : "Karena aku ingin melihat apa yang sedang kalian bicarakan di sini."
“Bibi Clarissa mengatakan kelak dia akan menjadi satu keluarga dengan kami.” Natasia berkata dengan raut wajah yang bahagia: “Paman, kelak kamu dan bibi adalah satu keluarga!”
Raut wajah Julius Yi langsung berubah.
Clarissa Yuan juga menundukkan kepalanya, dia merasa sangat canggung.
Julius Yi mengelus kepala Natasia, lalu dia berkata sambil tersenyum: "Kalau begitu selamat."
Dia mengangkat kepalanya lalu tersenyum sinis kepada Clarissa Yuan : "Demi bisa masuk ke Keluarga Tsu, kamu bahkan bisa merendahkan diri, kamu bahkan bersedia menjadi pengasuh anak."
"Apakah Tuan Muda Yi sedang mencari kamar Nona Tsu? Kamarnya ada di sebelah sana." Clarissa mengangkat jarinya dan menunjuk ke kamar seberang.
Melihat ekspresi wajahnya yang datar, Julius Yi berbalik dan berjalan keluar.
Dalam perjalanan kembali ke villa, Frans Tsu melirik Clarissa Yuan yang terlihat tidak senang lewat kaca spionya, setelah itu dia berkata, "Hari ini kamu bertemu dengan Julius? Kamu juga bertengkar dengan Gwendolyn?"
“Bukankah kamu jelas-jelas sudah tahu tapi sengaja bertanya?” Clarissa Yuan tersenyum getir: “Aku tahu Nyonya Tsu pasti memarahimu.”
"Dia tidak begitu memarahiku."
"Apakah dia memintamu memecatku?"
“Dia hanya menyayangi Gwendolyn, jadi dia merasa kamu menyinggung perasaannya.” Frans Tsu menghiburnya: “Tapi aku percaya dengan kepribadianmu, jika bukan karena tidak punya pilihan lain, kamu tidak akan menyinggung perasaannya kan?”
"Terima kasih karena kamu masih sangat mempercayaiku."
Frans Tsu tersenyum, dia tidak hanya percaya kepada Clarissa Yuan , tetapi dia juga memahami kepribadian Gwendolyn Tsu .
****
Pagi-pagi sekali, Clarissa Yuan mengendarai mobil mengantar Liam dan Natasia ke sekolah.
Setelah keluar dari lingkungan sekolah, dia berkeliaran di jalan dengan bosan.
Dengan tidak ada arah dan tujuan dia berkeliling di mal, ketika melewati toko bermerek yang pernah dia kunjungi dulu, pegawai toko yang sedang menarik pelanggan dengan antusias memberitahunya toko mereka sedang ada promosi beli satu, gratis satu.
Clarissa Yuan berhenti lalu dia berbalik dan berjalan masuk.
Tahun lalu, ketika toko ini mengadakan perayaan tahunan, dia membelikan sebuah kemeja untuk Julius Yi, lalu Julius Yi terus mengenakan kemeja itu dan menjadikannya sebagai barang kesayangannya.
Setahun berlalu, toko ini masih ada, tetapi dia tidak lagi memenuhi syarat untuk membelikan pakaian untuk Julius Yi .
Clarissa Yuan akhirnya tidak membeli apa-apa dan pergi meninggalkan gedung mal.
Di depan pintu sebuah restoran barat, dia tidak sengaja melihat Justin dan Evelin, di saat yang bersamaan mereka berdua juga melihatnya. Tangan kecil Evelin yang berada di lengan Justin langsung dia tarik seperti terkena sengatan listrik. Lalu dia tertawa kepada Clarissa Yuan dan berkata, "Kami hanya main-main, kamu jangan menganggapnya serius."
Seakan takut Clarissa Yuan tidak percaya, Evelin menjulurkan tangannya dan menyenggol lengan Justin: "Benarkan?"
Justin yang memahami isyaratnya, langsung mengangguk kepada Clarissa Yuan : "Hmm, hanya main-main."
Clarissa Yuan melihat mereka berdua sambil tersenyum, kelihatannya mereka berdua lumayan serasi.
"Kapan kamu kembali ke Tiongkok? Kenapa kamu tidak mencariku?" tanyanya, dalam hati dia berpikir dasar teman yang bergitu ada pria langsung lupa pada teman.
"Aku baru kembali kemarin."
“Kalau begitu kalian bersenang-senanglah,” Clarissa tersenyum dan melambai kepada mereka berdua, lalu dia melangkah pergi.
Bagus sekali, di dunia ini bertambah satu pasangan kekasih lagi.
****
“Bibi Clarissa , aku mau bermain disana?” Liam yang sedang menonton TV, tiba-tiba menunjuk layar TV yang sedang menyiarkan tentang Sea world.
Clarissa Yuan menatap layar TV dan bertanya dengan bingung, "Disana itu dimana?"
“Sea world yang baru dibuka, apakah kamu mau kesana?”tanya Frans Tsu.
"Terserah, tapi aku lihat anak-anak sangat ingin pergi kesana."
“Membawa mereka kesana untuk melihat-lihat juga bagus.” Frans Tsu mengelus kepala Liam : “Baik, besok ayah akan membawa kalian kesana.”
“Terima kasih, Ayah!” Liam tersenyum gembira.
Liam langsung menyampaikan kabar baik ini kepada Nyonya Tsu yang berada di lantai bawah. Nyonya Tsu berpesan kepadanya: "Tempat seperti itu sangat ramai, jadi jangan sampai tersesat."
“Nenek, tidak perlu khawatir, aku akan memegang tangan ayahku dengan erat, dan aku tidak akan tersesat.” Liam berjanji dengan suara lantang.
Gwendolyn Tsu yang berada di seberang sofa mengangkat kepalanya dari layar ponsel, dan menatap Liam sambil bertanya, "Siapa yang membawamu kesana?"
"Tentu saja Ayah dan Bibi Clarissa , Bibi, apakah kamu dan paman juga akan pergi kesana juga?"
“Tidak.” Gwendolyn Tsu berkata dengan acuh tak acuh.
Pada sore hari, Gwendolyn Tsu kembali ke Kediaman tua Keluarga Yi, Kak Sarah sudah menyiapkan makanan di atas meja. Dengan bantuan kakak perawat Gwendolyn duduk di samping Julius Yi, lalu dia menyapa semua orang sambil tersenyum.
Nyonya Tua meliriknya dan berkata, "Aku pikir malam ini kamu tidak akan kembali."
“Mana mungkin aku tidak kembali, kami adalah pasangan yang baru menikah aku tidak boleh terus tinggal di rumah orang tuaku.” selesai berbicara, Gwendolyn Tsu mengangkat tangannya dan memegang lengan Julius Yi : “Julius, Sea world di Kota A akan dibuka besok, bagaimana kalau kita pergi kesana untuk melihat-lihat? "
Julius Yi , yang sedang makan, meletakkan mangkok dan sumpit yang berada tangannya lalu dia menyingkirkan lengan Gwendolyn dan berkata, "Kakimu tidak leluasa, jangan keluyuran."
“Aku ada Anna dan Sisca yang menemaniku, mana mungkin aku tidak leluasa?” Gwendolyn Tsu berkata dengan tidak senang: “Lagipula sekarang dimana-mana ada jalan yang bisa digunakan untuk orang cacat.”
“Besok aku tidak punya waktu.” Julius Yi langsung menolak.
"Tapi aku sudah membeli tiketnya."
"Kamu bisa pergi dengan teman baikmu."
"Julius ......" Gwendolyn Tsu menatapnya dan berkata, "Jika Clarissa Yuan berada dalam kondisiku sekarang, kamu pasti tidak hanya akan menemaninya, kamu bahkan akan mendorongnya sendiri kan?"
Julius Yi terdiam sejenak, lalu dia menoleh dan menatapnya dengan serius, kemudian dia berkata, "Aku akan menggendongnya kesana."
"Kamu ...!" Gwendolyn Tsu sangat marah hingga hampir murka, tapi setelah dia memikirkannya, dia berusaha keras mengendalikan emosinya, lalu dia berbalik dan berkata kepada Nyonya Tua: "Nenek, lihat Julius, dia mana boleh berbicara seperti ini. "
"Uh ..." Nyonya Tua tidak tahu bagaimana menenangkannya, jadi dia hanya bisa berkata kepada Julius Yi : "Julius, temani Gwendolyn kesana, lagian tidak akan menghabiskan banyak waktu."
“Besok aku benar-benar tidak punya waktu.” Julius Yi mengerutkan dahinya, besok dia masih harus bertemu dengan klien.
Nyonya Tua menatapnya dan berkata, "Pekerjaan tidak akan ada habisnya. Lagian Gwendolyn sudah membeli semua tiketnya. Kamu juga bisa menggunakan kesempatan ini untuk bersantai."
"Nenek……."
“Hal ini sudah diputuskan, jangan mencari alasan untuk menolak lagi.” Nyonya Tua menyela ucapannya.
Novel Terkait
Doctor Stranger
Kevin WongSuami Misterius
LauraIstri kontrakku
RasudinCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinPergilah Suamiku
DanisThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)