The True Identity of My Hubby - Bab 242 Menghindar (1)
Setelah naik ke mobil, kedua tangan Clarissa bertopang pada setir mobil dan dia melamun, dia menekan kesedihan di dalam hatinya, baru kemudian menyalakan mobil dan mengemudi menuju sekolah.
Dia menjemput Liam dan Natalia dari tangan guru mereka dan membawa mereka kembali ke mobil.
Natalia tersenyum berseri-seri dan bertanya: "Bibi Clarissa, Apakah kamu berencana membawa kita pergi bermain?"
Clarissa tersenyum tidak berdaya dan mengelus kepala kecil Natalia.
Awalnya dia berencana membawa mereka bertemu dengan Julius, tapi sekarang sudah tidak bisa, dia pun berpikir sejenak dan berkata: "Bagaimana kalau kita pergi bermain sebentar di taman kemudian pulang makan di rumah?"
"Baik!" Liam dan Natalia berkata bersamaan.
Clarissa mengemudi membawa mereka menuju ke taman, kemudian melepas mereka bermain di taman.
Karena sekarang sudah sore, di taman banyak orang yang keluar jalan-jalan, Liam dan Natalia berlari di depan, Clarissa mengikuti mereka di belakang. Melihat sosok mereka yang bahagia, dia refleks berpikir, betapa baiknya kalau saat ini Julius juga ada disini, itu barulah waktu yang sempurna dan bahagia!
Clarissa mengeluarkan ponselnya dan menelepon nomor Julius, nada suara Julius di telepon terdengar tidak begitu baik, apakah karena sudah menunggu terlalu lama? pikir Clarissa.
"Mmm....Julius, di sekolah Liam dan Natalia ada acara, aku tidak bisa membawa mereka menemuimu."
"Kalau begitu kapan bisa kemari?" Julius bertanya dengan suara berat.
"Ini.... Kita bicarakan lain kali." Clarissa memesan: "Malam ini aku tidak pergi menemanimu lagi, kamu jaga dirimu baik-baik, aku tutup dulu."
Tidak ingin mendengar balasan Julius, Clarissa langsung menutup telepon begitu selesai bicara.
Sedangkan Julius, setelah mendengar suara panggilan ditutup, dia baru melempar ponselnya, kemudian melirik Gwendolyn di hadapannya: "Apakah ini adalah akhir yang anda inginkan? Nona Tsu."
Gwendolyn melihat sekilas ponsel Julius, sengaja berpura-pura bodoh: "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."
"Tadi kamu lagi-lagi menyusahkan dia lagi, kan? Kamu lagi-lagi memaksa dia lagi, kan?"
Kalau bukan, Clarissa tidak akan tiba-tiba berubah sikap.
"Julius Yi." Gwendolyn memelototi Julius tidak senang: "Jelas-jelas tahu dia adalah perempuan yang menggoda suamiku di belakangku, apa maksudmu menyusahkan dia? Kamu merasa aku seharusnya melihat kalian bermesraan disini begitu saja, kemudian berpura-pura tidak tahu apapun, tidak bertanya apapun? Apakah salah kalau aku memperingatkan dia jangan menggoda suamiku?"
"Aku dan dia sudah tidak akan bisa dipisahkan di kehidupan ini, di masa depan kita juga tidak akan berpisah, sebelum menikah denganku kamu seharusnya sudah mengerti yang kamu nikahi hanyalah sebuah nama, yang juga berarti hanya suami istri di atas kertas." Julius berhenti sejenak, kemudian melanjutkan: "Aku tidak hanya akan mendekati Clarissa, aku bahkan akan dekat dengan banyak perempuan, selain kamu. Kalau kamu tidak bisa menerima hal ini, lebih baik cepat cerai."
"Apa katamu? Cerai?" Gwendolyn memelototi Julius, kemudian tertawa: "Baik, aku siap setiap saat."
Gwendolyn takut Julius langsung menandatangani surat cerai karena kesal, dia pun menambahkan: "Kamu yang bilang, semoga tidak menyesal."
Setelah mengatakan kalimat ini, dia berbalik dan meninggalkan kamar pasien dengan marah.
Ketika pulang sampai rumah keluarga Yi, setelah mengadu sambil menangis dan marah-marah, dia juga memperlihatkan video di ponsel Sisca kepada Nyonya Tua.
Setelah melihat video tersebut, Nyonya Tua meletakkan ponsel dan melihat Gwendolyn: "Gwendolyn, di video ini, selain mereka berdua bermesraan, kamu masih bisa melihat apa?"
Gwendolyn terdiam, tatapannya yang tertuju pada Nyonya Tua penuh dengan kebingungan.
"Nenek, apa maksudmu?" dia bertanya dengan sedikit kesal.
"Julius sakit, dia sedang rawat inap, kamu tidak bisa melihat hal ini?" Nyonya Tua melihat Gwendolyn dan berkata dengan nada menyalahkan: "Kamu hanya bisa melihat mereka bermesraan, kemudian menangis dan marah-marah, dengan kamu yang seperti itu, apakah Julius bisa tidak membencimu? Bisa tidak memikirkan Clarissa?"
"Kalau begitu aku harus bagaimana?" Gwendolyn berkata marah: "Apakah kamu mau menyuruhku berpura-pura tidak lihat, masih harus berlaku seperti sangat bijaksana, menanyakan keadaannya, kemudian di samping melayani dia?"
"Kalau kamu bahkan tidak bisa melakukan itu, maka kamu masih ada hak apa berharap Julius melupakan Clarissa dan mencintaimu?"
"Mencintaiku?" Gwendolyn berteriak marah-marah: "Nenek, apakah kamu benar-benar berharap Julius mencintaiku? Menurutku kamu sangat berharap dia tidak memedulikanku, kan? Kalau tidak kenapa kamu bersedia membantunya membohongiku? Jelas-jelas sedang bersama dengan Clarissa, tapi malah membohongiku bahwa dia pergi dinas?"
Kak Vero yang berdiri di samping segera berkata: "Nyonya muda, Nyonya Tua tadi baru tahu dari anda kalau Tuan muda tidak pergi dinas."
"Kamu membohongi siapa? Aku tidak percaya dia tidak tahu Julius ada dimana."
"Sudah cukup ributnya?" tiba-tiba terdengar suara dingin dari pintu, Julius berjalan masuk dan langsung melangkah ke depan Gwendolyn dan menatapinya: "Orang keluarga Yi tidak ada yang tahu aku di Kota A, kamu tidak usah asal menyalahkan orang disini."
"Julius, bagaimana kondisimu?" Nyonya Tua bangun dari sofa dan mendekati Julius: "Kenapa tidak memberitahu kita bahwa kamu sakit dan masuk rumah sakit?"
"Kalau memberitahu kalian, apakah aku masih bisa istirahat dengan tenang?" Julius tetap sedang menatapi Gwendolyn: "Tadi bukannya berkata mau cerai? Kenapa sekarang sudah tidak membicarakan ini? Aku sengaja pulang untuk mengurusi masalah ini."
Begitu mendengar kata 'cerai', Nyonya Tua langsung panik dan melihat mereka berdua dengan kesal: "Siapa yang bilang mau cerai?"
"Dia!" Gwendolyn menunjuk Julius, menggertakkan gigi berkata: "Nenek, kali ini kamu jangan menyalahkanku lagi, Julius yang memaksaku bercerai."
"Kamu bukannya akan mengancamku dengan cara licik?" Julius berkata datar: "Tapi aku beritahu kamu, sebelumnya aku setuju menikah denganmu karena dibohongi Clarissa, hatiku sakit baru bisa setuju, sekarang kesalahpahaman antara kita berdua sudah jelas, maka aku tidak akan melepaskannya lagi, juga tidak ada alasan melepaskan perempuan sebaik dia dan melewati hidup ini dengan perempuan sejahat kamu."
"Dia perempuan baik? Sedangkan aku adalah wanita jahat?" Gwendolyn langsung menangis: "Aku begitu mencintaimu, semuanya demi kamu, kamu bisa-bisanya.........?"
Julius memotong perkataan Gwendolyn tidak sabar: "Aku berterimakasih kamu begitu mencintaiku, tapi sekarang aku memohon padamu, tolong jangan mencintaiku lagi, bisa tidak?"
"Kamu asal ngomong apa?" Nyonya Tua dengan panik menepuk lengan Julius: "Kamu tidak memedulikan Justin lagi?"
"Kesalahan yang dia buat sendiri seharusnya dia tanggung sendiri, dan bukan dengan mengorbankan kebahagiaanku dan Clarissa untuk......."
"Tutup mulutmu!" Nyonya tua menampar muka Julius, berhasil memotong perkataannya.
Ditampar, ekspresi Julius semakin memburuk.
Dia kembali menghadap Nyonya Tua dan berkata: "Nenek, aku tidak bisa melepaskan Clarissa, bisakah kamu jangan memaksaku lagi?"
"Julius Yi! Apakah kamu mau melihatku berlutut dan bersujud padamu baru kamu puas?!" Nyonya Tua seketika menangis dan berlutut, menangis keras.
Julius kaget melihat perbuatan Nyonya Tua dan segera membungkuk menopangnya.
Nyonya Tua malah menggeleng sekuat tenaga, menangis dan berkata: "Nenek mohon, kamu tolong Justin, Justin benar-benar akan masuk penjara, kalau sampai dikurung 15 tahun maka hidupnya sudah hancur!"
"Nenek, kamu bangun dulu." Julius berkata tidak sabar.
"Tidak mau, kalau kamu tidak berjanji maka aku akan terus berlutut." Nyonya Tua berkata: "Kamu biarkan aku berlutut sampai Justin keluar dari penjara saja....."
Julius melihat Nyonya Tua yang berlutut dan tidak mau bangun, kemudian melihat Gwendolyn yang tidak berdaya, setelah menyerahkan Nyonya Tua kepada Kak Vero, dia pun berbalik dan naik ke lantai atas.
Dia pergi ke ruang kerja, duduk di atas kursi dengan gelisah sejenak, kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor telepon Clarissa, di dalam ponsel terdengar pesan bahwa nomor ini tidak bisa dihubungi berulang kali. Kelihatannya Clarissa lagi-lagi memblokir nomornya, dia pun ganti ke telepon rumah yang ada di meja dan menghubungi nomor Clarissa.
Kali ini sudah terhubungi, namun tidak peduli dia telepon berapa kali, tetap tidak ada yang mengangkat telepon.
Ini adalah nomor kediaman keluarga Yi, tidak aneh sama sekali kalau Clarissa tidak menerima telepon, tapi Julius tetap menelepon tanpa henti.
Clarissa yang di seberang menggenggam ponsel yang terus berbunyi dengan kesedihan di hatinya.
Kelihatannya Gwendolyn sudah pergi mencari Julius, sepertinya Julius sudah keluar dari rumah sakit, padahal dokter belum memperbolehkan dia pulang, dia malah pulang begitu saja.
Dia teringat kata-kata Julius kemarin malam, kalau bukan karena rawat inap bisa membuatnya bersama dengannya, dia tidak akan tinggal di rumah sakit satu malam pun, hari ini dia pun langsung pulang seperti apa katanya.
Setelah berhenti 2 menit, ponselnya lagi-lagi berbunyi, kali ini adalah telepon dari nomor Nyonya Tua. Dia bimbang sejenak, baru menekan tombol terima.
Nyonya Tua langsung berkata: "Clarissa, Julius dan Gwendolyn sedang ribut cerai, kamu seharusnya sudah tahu, kan?"
Clarissa mengalirkan air mata merasa tidak adil, dia terisak dan berkata: "Nenek, maaf, kalau nenek mau memarahiku silahkan marah saja."
"Kalau memarahimu bisa menyelasaikan masalah, aku dari awal sudah memarahimu." Nyonya Tua berkata sambil menangis: "Aku sekarang tidak ingin memarahimu, hanya ingin memohon padamu untuk menjauhi Julius, bisa?"
"Nenek......"
"Bisa tidak? Nenek mohon."
Clarissa mengangguk setuju: "Bisa, nenek tenang saja, aku akan berusaha sekuat tenaga menjauhinya."
Asalkan demi kebaikan Julius, dia bersedia melakukan apapun.
Setelah menutup telepon, Nyonya Tua mengelap air mata di wajahnya, melihat Gwendolyn di samping: "Sekarang kamu seharusnya sudah lega, kan? Clarissa sudah berjanji akan menjauhi Julius."
Di dalam hati, Gwendolyn tertawa licik, namun di wajahnya tetap penuh dengan ekspresi sedih: "Tapi Julius berkata mau cerai."
"Kamu tenang saja, tidak ada persetujuan dariku, Julius tidak akan bercerai denganmu." Nyonya Tua berkata kepada Kak Vero di samping: "Kamu pergi beritahu Julius, bilang aku masih sedang berlutut, tulangku sakit setengah mati."
Kak Vero mengangguk, berbalik badan dan berjalan menuju lantai dua.
Ketika dia memberitahu Julius bahwa Nyonya Tua masih sedang berlutut di bawah, Julius dengan gelisah berjalan kesana kemari, akhirnya hanya bisa berkata tidak berdaya: "Kamu turun beritahu dia, sesuai dengan keinginannya, aku tidak bercerai."
"Baik." Kak Vero mengangguk, dengan hati-hati berkata kepada Julius: "Tuan Muda, Nyonya Tua berbuat seperti ini juga demi kebaikan kalian, demi kebaikan keluarga Yi, semoga anda bisa memaafkan dia."
"Aku tahu, pergilah." Dia dengan kesal mengibaskan tangannya.
Dia tentu saja tahu Nyonya Tua melakukan ini demi kebaikan mereka, demi kebaikan Justin, tapi begitu teringat Gwendolyn, dia marah sampai ingin menabrak dinding.
*******
Novel Terkait
Mendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniHanya Kamu Hidupku
RenataCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaSomeday Unexpected Love
AlexanderCinta Dan Rahasia
JesslynGet Back To You
LexyInventing A Millionaire
EdisonThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)