The True Identity of My Hubby - Bab 242 Menghindar (1)

Setelah naik ke mobil, kedua tangan Clarissa bertopang pada setir mobil dan dia melamun, dia menekan kesedihan di dalam hatinya, baru kemudian menyalakan mobil dan mengemudi menuju sekolah.

Dia menjemput Liam dan Natalia dari tangan guru mereka dan membawa mereka kembali ke mobil.

Natalia tersenyum berseri-seri dan bertanya: "Bibi Clarissa, Apakah kamu berencana membawa kita pergi bermain?"

Clarissa tersenyum tidak berdaya dan mengelus kepala kecil Natalia.

Awalnya dia berencana membawa mereka bertemu dengan Julius, tapi sekarang sudah tidak bisa, dia pun berpikir sejenak dan berkata: "Bagaimana kalau kita pergi bermain sebentar di taman kemudian pulang makan di rumah?"

"Baik!" Liam dan Natalia berkata bersamaan.

Clarissa mengemudi membawa mereka menuju ke taman, kemudian melepas mereka bermain di taman.

Karena sekarang sudah sore, di taman banyak orang yang keluar jalan-jalan, Liam dan Natalia berlari di depan, Clarissa mengikuti mereka di belakang. Melihat sosok mereka yang bahagia, dia refleks berpikir, betapa baiknya kalau saat ini Julius juga ada disini, itu barulah waktu yang sempurna dan bahagia!

Clarissa mengeluarkan ponselnya dan menelepon nomor Julius, nada suara Julius di telepon terdengar tidak begitu baik, apakah karena sudah menunggu terlalu lama? pikir Clarissa.

"Mmm....Julius, di sekolah Liam dan Natalia ada acara, aku tidak bisa membawa mereka menemuimu."

"Kalau begitu kapan bisa kemari?" Julius bertanya dengan suara berat.

"Ini.... Kita bicarakan lain kali." Clarissa memesan: "Malam ini aku tidak pergi menemanimu lagi, kamu jaga dirimu baik-baik, aku tutup dulu."

Tidak ingin mendengar balasan Julius, Clarissa langsung menutup telepon begitu selesai bicara.

Sedangkan Julius, setelah mendengar suara panggilan ditutup, dia baru melempar ponselnya, kemudian melirik Gwendolyn di hadapannya: "Apakah ini adalah akhir yang anda inginkan? Nona Tsu."

Gwendolyn melihat sekilas ponsel Julius, sengaja berpura-pura bodoh: "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."

"Tadi kamu lagi-lagi menyusahkan dia lagi, kan? Kamu lagi-lagi memaksa dia lagi, kan?"

Kalau bukan, Clarissa tidak akan tiba-tiba berubah sikap.

"Julius Yi." Gwendolyn memelototi Julius tidak senang: "Jelas-jelas tahu dia adalah perempuan yang menggoda suamiku di belakangku, apa maksudmu menyusahkan dia? Kamu merasa aku seharusnya melihat kalian bermesraan disini begitu saja, kemudian berpura-pura tidak tahu apapun, tidak bertanya apapun? Apakah salah kalau aku memperingatkan dia jangan menggoda suamiku?"

"Aku dan dia sudah tidak akan bisa dipisahkan di kehidupan ini, di masa depan kita juga tidak akan berpisah, sebelum menikah denganku kamu seharusnya sudah mengerti yang kamu nikahi hanyalah sebuah nama, yang juga berarti hanya suami istri di atas kertas." Julius berhenti sejenak, kemudian melanjutkan: "Aku tidak hanya akan mendekati Clarissa, aku bahkan akan dekat dengan banyak perempuan, selain kamu. Kalau kamu tidak bisa menerima hal ini, lebih baik cepat cerai."

"Apa katamu? Cerai?" Gwendolyn memelototi Julius, kemudian tertawa: "Baik, aku siap setiap saat."

Gwendolyn takut Julius langsung menandatangani surat cerai karena kesal, dia pun menambahkan: "Kamu yang bilang, semoga tidak menyesal."

Setelah mengatakan kalimat ini, dia berbalik dan meninggalkan kamar pasien dengan marah.

Ketika pulang sampai rumah keluarga Yi, setelah mengadu sambil menangis dan marah-marah, dia juga memperlihatkan video di ponsel Sisca kepada Nyonya Tua.

Setelah melihat video tersebut, Nyonya Tua meletakkan ponsel dan melihat Gwendolyn: "Gwendolyn, di video ini, selain mereka berdua bermesraan, kamu masih bisa melihat apa?"

Gwendolyn terdiam, tatapannya yang tertuju pada Nyonya Tua penuh dengan kebingungan.

"Nenek, apa maksudmu?" dia bertanya dengan sedikit kesal.

"Julius sakit, dia sedang rawat inap, kamu tidak bisa melihat hal ini?" Nyonya Tua melihat Gwendolyn dan berkata dengan nada menyalahkan: "Kamu hanya bisa melihat mereka bermesraan, kemudian menangis dan marah-marah, dengan kamu yang seperti itu, apakah Julius bisa tidak membencimu? Bisa tidak memikirkan Clarissa?"

"Kalau begitu aku harus bagaimana?" Gwendolyn berkata marah: "Apakah kamu mau menyuruhku berpura-pura tidak lihat, masih harus berlaku seperti sangat bijaksana, menanyakan keadaannya, kemudian di samping melayani dia?"

"Kalau kamu bahkan tidak bisa melakukan itu, maka kamu masih ada hak apa berharap Julius melupakan Clarissa dan mencintaimu?"

"Mencintaiku?" Gwendolyn berteriak marah-marah: "Nenek, apakah kamu benar-benar berharap Julius mencintaiku? Menurutku kamu sangat berharap dia tidak memedulikanku, kan? Kalau tidak kenapa kamu bersedia membantunya membohongiku? Jelas-jelas sedang bersama dengan Clarissa, tapi malah membohongiku bahwa dia pergi dinas?"

Kak Vero yang berdiri di samping segera berkata: "Nyonya muda, Nyonya Tua tadi baru tahu dari anda kalau Tuan muda tidak pergi dinas."

"Kamu membohongi siapa? Aku tidak percaya dia tidak tahu Julius ada dimana."

"Sudah cukup ributnya?" tiba-tiba terdengar suara dingin dari pintu, Julius berjalan masuk dan langsung melangkah ke depan Gwendolyn dan menatapinya: "Orang keluarga Yi tidak ada yang tahu aku di Kota A, kamu tidak usah asal menyalahkan orang disini."

"Julius, bagaimana kondisimu?" Nyonya Tua bangun dari sofa dan mendekati Julius: "Kenapa tidak memberitahu kita bahwa kamu sakit dan masuk rumah sakit?"

"Kalau memberitahu kalian, apakah aku masih bisa istirahat dengan tenang?" Julius tetap sedang menatapi Gwendolyn: "Tadi bukannya berkata mau cerai? Kenapa sekarang sudah tidak membicarakan ini? Aku sengaja pulang untuk mengurusi masalah ini."

Begitu mendengar kata 'cerai', Nyonya Tua langsung panik dan melihat mereka berdua dengan kesal: "Siapa yang bilang mau cerai?"

"Dia!" Gwendolyn menunjuk Julius, menggertakkan gigi berkata: "Nenek, kali ini kamu jangan menyalahkanku lagi, Julius yang memaksaku bercerai."

"Kamu bukannya akan mengancamku dengan cara licik?" Julius berkata datar: "Tapi aku beritahu kamu, sebelumnya aku setuju menikah denganmu karena dibohongi Clarissa, hatiku sakit baru bisa setuju, sekarang kesalahpahaman antara kita berdua sudah jelas, maka aku tidak akan melepaskannya lagi, juga tidak ada alasan melepaskan perempuan sebaik dia dan melewati hidup ini dengan perempuan sejahat kamu."

"Dia perempuan baik? Sedangkan aku adalah wanita jahat?" Gwendolyn langsung menangis: "Aku begitu mencintaimu, semuanya demi kamu, kamu bisa-bisanya.........?"

Julius memotong perkataan Gwendolyn tidak sabar: "Aku berterimakasih kamu begitu mencintaiku, tapi sekarang aku memohon padamu, tolong jangan mencintaiku lagi, bisa tidak?"

"Kamu asal ngomong apa?" Nyonya Tua dengan panik menepuk lengan Julius: "Kamu tidak memedulikan Justin lagi?"

"Kesalahan yang dia buat sendiri seharusnya dia tanggung sendiri, dan bukan dengan mengorbankan kebahagiaanku dan Clarissa untuk......."

"Tutup mulutmu!" Nyonya tua menampar muka Julius, berhasil memotong perkataannya.

Ditampar, ekspresi Julius semakin memburuk.

Dia kembali menghadap Nyonya Tua dan berkata: "Nenek, aku tidak bisa melepaskan Clarissa, bisakah kamu jangan memaksaku lagi?"

"Julius Yi! Apakah kamu mau melihatku berlutut dan bersujud padamu baru kamu puas?!" Nyonya Tua seketika menangis dan berlutut, menangis keras.

Julius kaget melihat perbuatan Nyonya Tua dan segera membungkuk menopangnya.

Nyonya Tua malah menggeleng sekuat tenaga, menangis dan berkata: "Nenek mohon, kamu tolong Justin, Justin benar-benar akan masuk penjara, kalau sampai dikurung 15 tahun maka hidupnya sudah hancur!"

"Nenek, kamu bangun dulu." Julius berkata tidak sabar.

"Tidak mau, kalau kamu tidak berjanji maka aku akan terus berlutut." Nyonya Tua berkata: "Kamu biarkan aku berlutut sampai Justin keluar dari penjara saja....."

Julius melihat Nyonya Tua yang berlutut dan tidak mau bangun, kemudian melihat Gwendolyn yang tidak berdaya, setelah menyerahkan Nyonya Tua kepada Kak Vero, dia pun berbalik dan naik ke lantai atas.

Dia pergi ke ruang kerja, duduk di atas kursi dengan gelisah sejenak, kemudian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor telepon Clarissa, di dalam ponsel terdengar pesan bahwa nomor ini tidak bisa dihubungi berulang kali. Kelihatannya Clarissa lagi-lagi memblokir nomornya, dia pun ganti ke telepon rumah yang ada di meja dan menghubungi nomor Clarissa.

Kali ini sudah terhubungi, namun tidak peduli dia telepon berapa kali, tetap tidak ada yang mengangkat telepon.

Ini adalah nomor kediaman keluarga Yi, tidak aneh sama sekali kalau Clarissa tidak menerima telepon, tapi Julius tetap menelepon tanpa henti.

Clarissa yang di seberang menggenggam ponsel yang terus berbunyi dengan kesedihan di hatinya.

Kelihatannya Gwendolyn sudah pergi mencari Julius, sepertinya Julius sudah keluar dari rumah sakit, padahal dokter belum memperbolehkan dia pulang, dia malah pulang begitu saja.

Dia teringat kata-kata Julius kemarin malam, kalau bukan karena rawat inap bisa membuatnya bersama dengannya, dia tidak akan tinggal di rumah sakit satu malam pun, hari ini dia pun langsung pulang seperti apa katanya.

Setelah berhenti 2 menit, ponselnya lagi-lagi berbunyi, kali ini adalah telepon dari nomor Nyonya Tua. Dia bimbang sejenak, baru menekan tombol terima.

Nyonya Tua langsung berkata: "Clarissa, Julius dan Gwendolyn sedang ribut cerai, kamu seharusnya sudah tahu, kan?"

Clarissa mengalirkan air mata merasa tidak adil, dia terisak dan berkata: "Nenek, maaf, kalau nenek mau memarahiku silahkan marah saja."

"Kalau memarahimu bisa menyelasaikan masalah, aku dari awal sudah memarahimu." Nyonya Tua berkata sambil menangis: "Aku sekarang tidak ingin memarahimu, hanya ingin memohon padamu untuk menjauhi Julius, bisa?"

"Nenek......"

"Bisa tidak? Nenek mohon."

Clarissa mengangguk setuju: "Bisa, nenek tenang saja, aku akan berusaha sekuat tenaga menjauhinya."

Asalkan demi kebaikan Julius, dia bersedia melakukan apapun.

Setelah menutup telepon, Nyonya Tua mengelap air mata di wajahnya, melihat Gwendolyn di samping: "Sekarang kamu seharusnya sudah lega, kan? Clarissa sudah berjanji akan menjauhi Julius."

Di dalam hati, Gwendolyn tertawa licik, namun di wajahnya tetap penuh dengan ekspresi sedih: "Tapi Julius berkata mau cerai."

"Kamu tenang saja, tidak ada persetujuan dariku, Julius tidak akan bercerai denganmu." Nyonya Tua berkata kepada Kak Vero di samping: "Kamu pergi beritahu Julius, bilang aku masih sedang berlutut, tulangku sakit setengah mati."

Kak Vero mengangguk, berbalik badan dan berjalan menuju lantai dua.

Ketika dia memberitahu Julius bahwa Nyonya Tua masih sedang berlutut di bawah, Julius dengan gelisah berjalan kesana kemari, akhirnya hanya bisa berkata tidak berdaya: "Kamu turun beritahu dia, sesuai dengan keinginannya, aku tidak bercerai."

"Baik." Kak Vero mengangguk, dengan hati-hati berkata kepada Julius: "Tuan Muda, Nyonya Tua berbuat seperti ini juga demi kebaikan kalian, demi kebaikan keluarga Yi, semoga anda bisa memaafkan dia."

"Aku tahu, pergilah." Dia dengan kesal mengibaskan tangannya.

Dia tentu saja tahu Nyonya Tua melakukan ini demi kebaikan mereka, demi kebaikan Justin, tapi begitu teringat Gwendolyn, dia marah sampai ingin menabrak dinding.

*******

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu