The True Identity of My Hubby - Bab 212 Pergi
Meskipun dokter sudah memberitahu keadaan Tuan Lu selama beberapa hari ini, tetapi setelah mendengar kabar ini, Clarissa Yuan tetap saja merasa terkejut. Dia bergegas memapah Nyonya Lu yang sudah terduduk di lantai.
Di saat seperti ini, dia pun tidak tahu harus bagaimana menenangkannya. Meskipun dokter sudah mendorong dia masuk ke dalam ruangan pertolongan pertama, siapa pun tahu bahwa dokter sudah berusaha semampu mungkin, Tuan Lu tidak bisa diselamatkan.
Clarissa Yuan memeluk beberapa anak itu, tanpa disadari dia juga turut merasa kesedihan yang mereka rasakan.
Beberapa waktu kemudian, dokter keluar dari ruangan pertolongan pertama dan memberitahu kabar bahwa Tuan Lu sudah meninggal, Nyonya Lu terjatuh di lantai dan menangis histeris, beberapa anak juga ikut menangis dan meneriaki "ayah".
Sebelumnya Clarissa Yuan tidak mengerti perasaan ditinggalkan oleh orang yang kita cintai karena pada saat ayahnya meninggal dia masih sangat kecil, dan tidak mengerti.
Tetapi setelah melihat kejadian di depan matanya sekarang ini, dia akhirnya mengerti perasaan ini.
Dia menghapus air mata yang tidak sengaja terjatuh dan kembali memapah Nyonya Lu untuk duduk di atas kursi, dan menghapus air mata anak-anak dengan tisu.
Selang beberapa waktu, seorang perawat membawa berkas dan berjalan kemari, dan berbicara terhadap Nyonya Lu, "Nyonya Lu, suami Anda menandatangani perjanjian donasi organ sebelum kematiannya. Sumbangan itu mencakup kornea, ginjal, jantung, dan hati. Karena penyebaran sel kanker Tuan Lu, satu-satunya yang dapat digunakan adalah kornea. Mengenai perjanjian ini, Nyonya Lu berhak untuk menolaknya, dan rumah sakit menghargai keputusan Anda. "
Nyonya Lu perlahan-lahan memberhentikan tangisannya dan menoleh ke arah Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan menahan nafas dan melihat ke arah dia. Dia dan perawat bersama-sama menunggu jawabannya.
Tanpa disadari tangannya mengepal, dia takut Nyonya Lu akan menolaknya, jika menolaknya maka operasi Julius Yi tidak bisa dilaksanakan.
Nyonya Lu terdiam sejenak dan mengeluarkan kalimat dengan tercekat, "jika korneanya diambil, apakah dia bisa melihat di sana? Apakah dia bisa menemukan jalan menuju surga?"
Sang perawat dan Clarissa Yuan saling menatap satu sama lain dan terdiam.
Sebelumnya sudah setuju untuk mendonasikan organ, dia membawa berkas menanyakan pendapat hanya untuk melakukan sesuai prosedur saja. Tidak menyangka Nyonya Lu akan bertanya seperti itu, membuatnya seketika terdiam.
Setelah Clarissa Yuan terdiam beberapa saat, dia menarik kedua tangan Nyonya Lu dan dengan tercekat berkata, "Kak, Kak Lu mungkin saja ingin terus melihat kehidupan keluarganya yang berbahagia, melihat anak-anaknya tumbuh dewasa atau mungkin dia masih ingin melihat-lihat indahnya pemandangan dunia ini. Anda ikuti saja kemauan dia, tinggalkan 'penglihatan' miliknya."
Nyonya Lu melihat wajah memohon Clarissa Yuan, akhirnya pun mengambil berkasi dari perawat dan mentandatanganinya.
"Terima kasih! Sangat terima kasih!" Clarissa Yuan sangat senang hingga berlutut, berlutut di samping kaki Nyonya Lu.
Nyonya Lu dengan sedih menepuk tangannya pelan dan berkata pahit, "kita sama-sama berada di posisi istri, aku mengerti perasaanmu."
"Kak, aku dan Julius akan terus berterima kasih kepada Anda seumur hidup."
"Tidak perlu berterima kasih, kalian juga telah membantu keluarga aku begitu banyak." Nyonya Lu perlahan-lahan kembali tenang dan menatap Clarissa Yuan berkata, "penglihatan suamiku didonasikan ke kalian dengan harapan kamu dan suami kamu kedepannya dapat hidup berbahagia, jangan mengecewakan niat baik dia."
Clarissa Yuan menganggukkan kepalanya dan air matanya terus bercucuran.
Dia mengiyakannya, tetapi dia tidak bisa mengabulkannya.
Dia juga berharap dapat hidup berbahagia dengan Julius Yi, dia juga berharap.......!
Nyonya Yi, bukannya kamu yang menenangkan aku tidak perlu gugup? Kenapa sekarang giliran kamu yang gugup?" Tanya Julius Yi yang berbaring di atas ranjang sambil tersenyum dan mengenggam tangan Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan menghapus air mata, dan menjawab dengan teguh, "aku tidak gugup."
"Kalau begitu kenapa kamu terus terdiam?" Julius Yi masih tersenyum dan berkata, "dan menangis juga."
"Aku......aku menangis karena melihat kepergian Tuan Lu tadi pagi, melihat keluarganya menangis dengan sangat sedih. Maka dari itu aku terus merasa sedih hingga saat ini."
"Benarkah seperti itu?"
"Iya."
"Kalau begitu........sebentar lagi aku akan melakukan operasi, kamu tidak ingin mengucapkan kalimat penyemangat kepadaku?"
"Aku pikir kamu tidak suka mendengar hal seperti itu." Clarissa Yuan berusaha tersenyum dan berkata, "aku bersedia mengucapkannya jika kamu ingin mendengarnya."
"Aku bersedia."
"Ehm....." Clarissa Yuan berpikir sejenak dan menjawab dengan serius, "semoga operasimu berjalan lancar, lalu hidup berbahagia."
"Bagus, aku menyukai ucapan seperti ini." Julius Yi menarik tangannya dan menciumnya berkata, "ketika aku membuka mata hal yang ingin aku lihat pertama kali adalah kamu. Aku ingin melihat apakah kamu ada kurusan."
"Bukannya aku sudah pernah mengatakannya kepada kamu kalau aku harus pergi latihan di luar negeri. Kemungkinan tidak akan sempat untuk kembali melepaskan kain kasamu."
Ekspresi Julius Yi sekilas terlihat kecewa dan berkata, "kalau begitu aku menjemputmu di bandara."
"Tunggu saat itu baru dbahas kembali."
"Mengapa harus menunggu saat itu?"
"Harus tunggu aku kembali melihat apakah penglihatanmu baik atau tidak."
Julius Yi tidak tahu harus berbuat apa, ekspresi kecewa masih ada pada wajahnya dan bertanya, "harus pergi hari ini?"
"Iya, terbang hari ini besok baru bisa sampai." Clarissa Yuan menyentuh wajahnya yang tampan dan menenangkannya berkata, "Julius, kamu jangan takut. Nenek dan Justin akan menemanimu di sini."
Clarissa Yuan merasa jika dia semakin lama di sini, dia pasti akan menangis.
Dia terburu-buru untuk meninggalkannya, tetapi hatinya tidak merelakannya. Karena ini merupakan terakhir kalinya, terakhir kali menarik tangannya, terakhir kali berbicara dengannya.
"Baiklah, kamu berhati-hatilah."
"Iya, pasti." Clarissa Yuan melihat sekilas tenaga medis yang sudah menunggu di samping. Pada akhirnya dia pun tetap bertindak kejam, memajukan tubuhnya, mencium bibirnya dan berkata, "kamu pasti akan baik-baik saja, masuklah."
"Kalau begitu, kami masuk terlebih dahulu." Tenaga medis menjawab.
Clarissa Yuan mengangguk-anggukkan kepalanya, berjalan ke samping, genggaman tangannya dan Julius Yi seperti tumbuh akar, tidak dapat melepasnya.
"Clarissa....." Nenek menarik tangan Clarissa Yuan yang lain dan memanggil dengan suara pelan.
Akhirnya Clarissa Yuan melepaskan genggamannya, tangan Julius Yi jatuh perlahan-lahan di antara jari-jarinya. Perpisahan terakhir pada saat Julius Yi memasuki ruangan operasi ekspresinya begitu bahagia dan terukir senyuman tipis.
Sedangkan Clarissa Yuan yang berada di luar ruangan operasi, hatinya hancur perlahan-lahan.
Dia terus berdiam diri di posisi awal, melihat lampu di atas pintu operasi menyala dan memaksa dirinya untuk menahan agar tidak menangis.
"Clarissa, apakah kamu baik-baik saja?" Nenek mengenggam tangannya dan wajahnya sudah dipenuhi oleh air mata.
Clarissa Yuan menoleh perlahan-lahan dan melihat nenek yang sedang menangis. Demi nenek berhenti menangis, dia juga harus menahan agar tidak menangis.
Dia tidak menangis, tetapi senyumannya terlihat sangat jelek dibandingkan menangis, dengan lembut dia menghapus air mata pafa wajah nenek dan berkata, "nenek, aku baik-baik saja, kamu jangan bersedih lagi."
"Kamu mana mungkin baik-baik saja?" Nenek menarik tangannya dengan tidak rela berkata, "kamu benar ingin pergi? Harus sekali pergi?"
"Aku harus pergi." Clarissa Yuan membalikkan kepalanya, kebetulan Gwendolyn Tsu yang berada di lorong rumah sakit dan berjalan kemari menatapnya dengan acuh tak acuh.
Gwendolyn Tsu datang kemari untuk mengawasi Clarissa Yuan, setengah jam yang lalu sebenarnya dia sudah datang, dia melihat kejadian Clarissa Yuan dan Julius Yi yang saling enggan berpisah. Kemarahan hatinya semakin bertambah tanpa bisa dikontrol.
Mereka semakin mencintai satu sama lain, dia semakin ingin memisahkan mereka, paling baik tidak bisa bertemu kembali selamanya.
Nenek mengikuti tatapan Clarissa Yuan yang sedang menatap balik Gwendolyn Tsu. Ketika dia melihat Gwendolyn Tsu, dia langsung murka dan berkata, "untuk apa kamu datang kemari? Kami tidak menyambutmu!"
Gwendolyn Tsu tersenyum tak acuh dan melihat sekilas ruangan operasi di depannya berkata, "tunangan aku sedang berada di dalam melakukan operasi, menurut kamu untuk apa aku datang?"
"Kamu....!" Nenek marah hingga terdiam.
"Nenek, Anda jangan marah kepadanya." Clarissa Yuan menggandengg lengan nenek dan berkata, "sudah akan menjadi keluarga, jangan berselisih."
"Perkataan Clarissa sangat benar." Gwendolyn Tsu tersenyum puas dan berkata, "kita semua akan segera menjadi satu keluarga. Kita akan sering bertemu, jangan membuat keadaan menjadi tidak enak."
Dia mendorong maju kursi rodanya, ekspresinya mereda perlahan-lahan dan tersenyum ke arah nenek berkata, "nenek, aku akan menggantikan Clarissa untuk berbakti padamu, aku akan memperlakukan kamu seperti dulu."
Baru saja nenek ingin membuka suara, Clarissa Yuan langsung berkata, "semoga kamu bisa mengingat ucapanmu barusan, berbakti pada nenek dan menjaga Julius dengan baik."
"Clarissa Yuan, bukan hanya kamu yang bisa mencintai orang lain, menjaga orang lain." Gwendolyn Tsu melanjutkan, "sebelum kamu muncul, baik Julius Yi maupun nenek, mereka merasa aku anak yang penurut, benar kan nenek?"
Tepat sekali, sebelum Clarissa Yuan muncul, semuanya baik-baik saja!
Jika tidak ada dia, dia tidak mungkin di benci oleh Keluarga Yi, dan tidak mungkin dia akan menjadi seperti sekarang ini. Begitu mengingat ini, dia sangat marah hingga menggertakkan giginya.
"Clarissa Yuan, hubungan kamu dan Julius berhenti sampai di sini. Sekarang kamu bisa pergi." Dia berkata sambil menggertakkan giginya.
"Gwendolyn Tsu, kamu kelewatan!" Nenek marah hingga menggertakkan giginya.
Clarissa Yuan dengan tenang menepuk pelan tangan nenek, dengan halus menenangkan, "nenek, ini sudah diputuskan sejak awal, jangan marah dengan dia kembali."
Dia membalikkan badannya, memegang erat tangan nenek sambil tersenyum berkata, "nenek, setelah aku pergi kamu jagalah kesehatan dengan baik. Apapun yang terjadi kamu jangan marah, tidak baik untuk kesehatan. Julius masih membutuhkan perhatian kamu dan Justin."
"Aku mengerti, kamu jaga diri dengan baik." Nenek dengan tercekat berkata, "jika kedepannya kamu memiliki kesulitan, carilah nenek, nenek pasti akan membantumu dengan segenap tenaga."
"Terima kasih." Clarissa Yuan melepaskan genggamannya, dan menoleh ke arah Justin Yi yang terus terdiam dan terduduk di atas kursi berkata, "Justin, aku serahkan Julius kepadamu."
Pada akhirnya Justin Yi beranjak berdiri dan berkata, "aku mengantarmu."
Clarissa Yuan ragu-ragu sejenak, lalu menganggukkan kepalanya.
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallBack To You
CC LennyMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraLove In Sunset
ElinaPengantin Baruku
FebiMarriage Journey
Hyon SongThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)