The True Identity of My Hubby - Bab 243 Bertemu Setiap Hari

"Liam, tunggu sebentar." Clarissa mengejar Liam, setelah membuka pintu mobil dan bermaksud membuka pintu mobil, Liam dan Natalia tiba-tiba dengan senang memanggil: "Paman!"

Punggung Clarissa membeku, satu kata ini menusuk telinganya seperti jarum, saat ini dia bahkan tidak berani berbalik, tidak berani melihat lelaki di belakangnya.

Julius bisa-bisanya datang ke sekolah, kelihatannya Julius sama sekali tidak percaya bahwa dia membawa anak-anak ke luar negeri.

Kalau bukan karena Liam dan Natalia sudah berlari ke Julius, kalau saat ini hanya ada dia seorang, mungkin dia akan langsung membuka pintu mobil, masuk dan langsung melarikan diri, tapi sekarang situasinya tidak memungkinkan, dia tidak mungkin meninggalkan Liam dan Natalia begitu saja!

Di belakangnya, Liam tertawa senang dan bertanya: "Paman, kamu juga datang menjemput kita pulang?"

Suara Julius lembut namun tegas: "Panggil aku Paman Julius."

"Kenapa?"

"Karena aku ingin hanya menjadi Paman kalian."

"Bibi Clarissa, mana yang benar?" Natalia melihat ke arah Clarissa dan bertanya bingung. (Kedua paman ini berbeda, yang sebelumnya adalah panggilan dari suami bibi, sedangkan yang satunya hanyalah paman pada umumnya.)

Clarissa yang dipanggil terpaksa berbalik, dia dengan cepat melihat Julius sekilas, namun tatapannya seketika tertahan di tatapan Julius.

Julius menatap lurus ke arahnya, tatapannya dingin bak es.

Clarissa segera mengalihkan pandangannya, menunduk berkata kepada Natalia: "Dia adalah suami bibi kalian, kalian tentu saja harus memanggilnya paman."

"Tapi Paman bilang dia hanya ingin menjadi paman Julius."

"Paman kalian tidak ada hak memilih, oleh karena itu kalian tidak boleh mendengar kata-katanya."

"Oh, Paman." Natalia berpaling ke arah Julius dan memanggilnya.

Julius kesal, melewati anak-anak dan melangkah mendekati Clarissa, kedua tangannya meremas bahunya dan menatapnya dari jarak yang dekat: "Apa maksudmu? Bersikeras ingin mendorongku ke perempuan itu?"

"Julius Yi." Clarissa menggerakkan bahunya mencoba lepas dari genggamannya, melirik Julius dan berkata kesal: "Bisa tidak kita tidak membicarakan masalah ini di depan anak-anak?"

"Kamu itu tidak bisa membicarakan masalah ini di depan anak-anak atau sebenarnya sama sekali tidak ingin berbicara?"

"Aku...... Kita benar-benar tidak boleh begini."

"Tidak boleh bagaimana? Tidak boleh bertemu tidak boleh bersama?" Julius kesal: "Jadi kamu membohongiku kamu keluar negeri? Bahkan memblokir nomor teleponku?"

Clarissa melihat Liam dan Natalia yang menatapi dia dan Julius dengan tegang, terpaksa membawa mereka kembali ke TK, berjongkok dan berkata: "Liam, Natalia, Bibi ada hal yang harus dibicarakan dengan Paman, kalian pergi main disana dulu, ya?"

"Baik!" Liam dan Natalia berlari ke arah pelosotan di TK.

Setelah menyingkirkan anak-anak, Clarissa berbalik, menatapi Julius dan berkata dengan serius: "Julius, kita benar-benar tidak boleh seegois ini, tidak bisa tidak menghiraukan hidup Justin, terlebih lagi aku sudah berjanji pada Gwendolyn dan Nenek bahwa aku tidak akan bertemu denganmu lagi, aku tidak bisa terus melanggar janji."

"Tapi kamu juga sudah berjanji tidak akan menghindariku, tidak akan mengabaikanku lagi." Julius lagi-lagi mengangkat tangan meremas bahu Clarissa, memelototinya: "Aku juga pernah bilang, kecuali hatimu benar-benar telah berubah, kalau tidak aku selamanya tidak akan menyerah, aku ingin kamu ada di sampingku, tidak peduli dengan cara apa."

"Julius, bisakah kamu jangan begini?"

"Tidak bisa." Julius menatapi Clarissa dan berkata dengan nada mengancam: "Kalau lain kali kamu lagi-lagi menghindariku, aku akan datang kesini setiap hari untuk menemuimu, aku juga akan pergi ke rumah keluarga Tsu untuk mencarimu, aku tidak peduli kamu berjanji pada siapa, tapi aku pernah berjanji pada diriku sendiri, aku akan bertemu denganmu setiap hari."

"Julius! Kamu ingin memaksaku mati?"

"Benar! Memaksamu mati, kemudian menemanimu mati bersama!"

"Dasar gila!" Clarissa langsung melempar diri masuk ke pelukan Julius, menangis keras sambil memeluk Julius.

Julius memeluk Clarissa, mendongakkan kepalanya dan berkedip menyerap air matanya: "Aku benar-benar sudah mau gila dibuat kamu, tinggal sedikit lagi sudah gila."

"Sebenarnya aku juga sudah hampir gila." Clarissa menggumam di dalam pelukannya.

Dia tahu hati Julius sakit, tapi apakah dia bisa tidak sakit? Dia sama sakitnya dengan Julius, sama sedihnya. Setiap kali melihat Liam dan Natalia, dia pun merindukan Julius sampai hampir gila.

Dia juga ingin melempar diri ke arah Julius tanpa memikirkan apapun, memeluk Julius dengan erat.

Tapi bagaimana? Apa yang harus dia lakukan kalau Gwendolyn tahu dia lagi-lagi bertemu dengan Julius?

"Lain kali masih lari?" Julius melepaskan pelukannya, menunduk melihat Clarissa dan bertanya.

Clarissa menggelengkan kepala: "Tidak, tidak akan lari lagi."

"Lagipula juga tidak akan berhasil, lebih baik jangan menghabiskan tenaga." Julius menunduk dan mencium bibir Clarissa, tapi malah didorong oleh Clarissa.

"Jangan..... Sekarang kita di taman, perhatikan imejmu."

"Kalau begitu kita ganti tempat." Julius pun berjalan ke arah pelosotan, kemudian menepuk tangannya untuk menarik perhatian Liam dan Natalia: "Anak-anak, Paman Julius bawa kalian pergi bermain."

"Paman mau membawa kita kemana?" Liam tertawa senang.

"Panggil Paman Julius, Paman baru akan memberitahu kalian."

Liam dengan muka kesusahan melihat ke arah Clarissa.

Julius juga berpaling ke arah Clarissa dan menaikkan alisnya.

Clarissa terpaksa berkata: "Kalau begitu......ketika sedang bersama Bibi kalian panggil Paman*, saat tidak ada Bibi kita panggil Paman Julius, begini boleh?" Clarissa bertanya kepada Julius.

Julius berpikir sejenak, dengan tidak puas mengangguk: "Baiklah."

"Kalau begitu Paman Julius berencana membawa kita kemana?" Liam dan Natalia langsung mengubah panggilan Julius.

"Lihat kalian suka main kemana?"

"Aku ingin Paman Julius menemaniku makan dessert, pergi main bola, dan juga pergi naik kereta api."

"Boleh, kita ke semua tempat." Julius menggendong kedua kakak beradik ini turun dari tempat tinggi.

Clarissa berjalan mendekati mereka, berkata: "Tidak bisa, ayah akan menunggu kita makan di rumah, jadi kita tidak boleh keluar terlalu lama."

Merasakan pandangan Julius yang mengarah padanya, Clarissa berpaling ke arahnya, menepuk lengannya dan menghiburnya: "Meskipun aku sudah setuju tidak akan menghindarimu, tapi kita ini termasuk selingkuh, oleh karena itu tidak boleh terlalu terang-terangan, kan?"

"Kalau begitu apa hubungannya dengan Frans?"

"Tentu saja ada, dia adalah kakak Gwendolyn, tentu saja tidak berharap adiknya sendiri sedih." Clarissa berpikir sejenak: "Anggap saja demi aku, ya?"

Kemudian Clarissa berpaling ke anak-anak: "Bagaimana kalau hari ini kita pergi makan dessert ke toko sebelumnya, kemudian pulang?"

"Tapi aku ingin bermain dengan Paman Julius." Liam membuat ekspresi sedih.

"Boleh bermain dengan Paman Julius, kita tunggu lain kali ada kesempatan baru main, ya?" Clarissa diam-diam menyiku lengan Julius, menyuruhnya bantu berbicara.

Julius meskipun tidak rela, tapi tetap membantu Clarissa: "Anak pintar, lain kali Paman Julius punya waktu senggang pasti akan membawa kalian pergi bermain bola, bagaimana?"

"Baiklah kalau begitu." Liam dan Natalia mengangguk setuju.

*****

Clarissa membawa Liam dan Natalia naik ke mobil Julius, Julius membawa mereka ke arah toko dessert yang ada di seberang City Walk.

Toko dessert ini sepertinya adalah toko favorit Liam dan Natalia, setiap ingin makan dessert mereka selalu kepikiran toko ini. Tentu saja, sekarang juga sudah menjadi toko favorit Clarissa.

Melihat sosok Julius yang membawa Liam dan Natalia memilih dessert, melihat di wajah ayah dan anak penuh dengan kegembiraan, Clarissa pun refleks tersenyum manis.

Empat orang sekeluarga hidup senang dan bahagia, ini adalah pemandangan yang ingin dia lihat bahkan di mimpinya.

Julius meletakkan nampan di atas meja, mengamati Clarissa yang tersenyum, dia pun mengulurkan tangan dan mencubit pipinya: "Memikirkan apa sampai tersenyum senang begitu?"

Clarissa terbangun dari lamunannya, mendongak melihat Julius: "Mau tahu aja."

Kemudian dia bangun dan menggendong Liam dan Natalia, mendudukkan mereka di kursi, senyum berseri-seri dan memindahkan makanan dari nampan satu per satu.

Melihat semua dessert tidak ada kacangnya, Clarissa melihat ketiga ayah dan anak, orang-orang ini alergi kacang......benar-benar sekeluarga!

"Tidak beritahu aku, berarti ada hubungannya denganku?" Julius berkata dengan percaya diri.

"Tentu saja tidak." Clarissa mengambilkan es krim rasa cokelat untuk Liam, kemudian mengambilkan es krim rasa stroberi untuk Natalia, mengamati mereka makan dengan tatapan lembut.

Kemudian, di depan dia muncul es krim rasa mangga, Julius yang menaruhnya di depan Clarissa.

Dia mengamati Julius, bertanya: "Kamu? Kamu tidak ikut makan?"

"Aku........?" Julius awalnya tidak suka makan es krim, tapi melihat mereka semua makan dengan sangat nikmat, dia pun mengulurkan tangan menerima es krim rasa apel yang diserahkan Clarissa untuknya.

Natalia makan sejenak, kemudian mendongak melihat Julius: "Paman Julius, kamu lebih sering tertawa ketika sedang bersama dengan Bibi Clarissa."

Clarissa membeku sejenak, mendongak bertatapan dengan Julius.

Julius tertawa dan mengelus kepala Natalia: "Tentu saja, kamu tidak lihat Bibi Clarissa juga lebih sering tertawa ketika sedang bersama dengan Paman Julius?"

"Benar juga." Natalia seperti menyadari sebuah hal yang ajaib, dia mengangguk sambil tertawa.

Clarissa segera memesan: "Sayang, di depan Bibi tidak boleh mengatakan hal seperti ini, tahu?"

"Tahu, aku tidak akan bilang."

"Juga tidak boleh memberitahu Bibi bahwa Paman Julius dan Bibi Clarissa pernah bertemu, ya?"

"Baik!" Natalia berjanji.

"Pintar!" Clarissa memuji Natalia dengan nada puas.

*****

Malamnya, Gwendolyn menerima foto yang dikirim Andy, foto yang diterima semua adalah foto Julius dan Clarissa sedang bersama.

Ada yang di TK, juga ada yang di toko dessert.

Di setiap foto mereka terlihat sangat mesra, bahkan ada yang sedang berpelukan erat.

"Nona Tsu, ini adalah foto yang paling baru." Andi mengirimkan pesan.

Gwendolyn awalnya memang tidak berharap Julius dan Clarissa benar-benar akan putus bersih, tapi juga tidak menyangka Clarissa seberani ini, baru beberapa hari saja sudah menempel Julius lagi.

Kelihatannya Clarissa tidak menaruh peringatannya ke dalam hati.

"Nona Tsu, apa rencanamu?" Andi lagi-lagi mengirimkan pesan.

"Aku pikir dulu." setelah membalas pesan Andi dengan singkat, Gwendolyn pun menutup ponselnya.

Dia bisa melakukan apa? Masih bisa melakukan apa? Tidak mungkin mencari Clarissa bicara lagi, kan? Apa gunanya bicara, tidak hanya tidak bisa menghentikan pertemuan mereka, bahkan bisa menurunkan wibawanya.

Gwendolyn menghirup nafas dalam, dengan marah melempar ponselnya ke dinding.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu