The True Identity of My Hubby - Bab 267 Keadaan yang Baik
Sarapan pagi sudah lama tidak seramai ini, nenek sambil mengambil lauk untuk Liam dan Natasia, sambil berkata kepada Julius Yi, "Julius, beberapa hari ini kamu tidak usah pergi ke perusahaan, tinggalah di rumah temani Liam dan Natasia agar mereka dapat cepat beradaptasi."
Julius Yi menyetujuinya sambil tersenyum.
Nenek kembali berkata kepada Liam dan Natasia, "nanti ayah mengajak kalian pergi ke aula untuk bermain pesawat ya?"
"Baik." Liam menganggukkan kepalanya.
Justin Yi yang berada di samping tersenyum tipis berkata, "nenek, besok Liam dan Natasia harus pergi ke sekolah, tidak ada gunanya juga kakak tinggal di rumah."
"Kenapa tidak ada? Liam dan Natasia pulang sekolahnya cepat." Setelah nenek selesai berkata, dia menatap Justin Yi dan berkata, "Justin, kamu lihatlah kakakmu yang lahir di hari yang sama denganmu, anak-anak kakakmu sudah besar, kamu kapan akan menikah?"
Justin Yi tidak menjawabnya, menundukkan kepala dan memakan sarapannya.
"Jangan berpura-pura bodoh setiap kali membahas topik ini, hari ini kamu harus memberiku jawaban yang bisa diandalkan."
Justin Yi tetap terdiam.
Clarissa Yuan melihat ke arah Julius Yi dan ke arah nenek sambil tersenyum berkata, "nenek, sebentar lagi."
"Hah?" Mata nenek bersinar-sinar menatap dia berkata, "benarkah?"
Clarissa Yuan menganggukan kepalanya, ketika menoleh, dia melihat tatapan penuh peringatan pada mata Justin Yi. Tetapi dia tidak mempedulikannya. Dia dan Evelin sedang saling melawan siapa yang kuat, , jika terus melawan tidak tahu harus menunggu hingga kapan, jadi dia harus membantunya di saat-saat penting seperti ini.
"Gadis yang mana?" Nenek mendekati tubuhnya dan bertanya dengan wajah penasaran.
"Yaitu....." Clarissa Yuan mengabaikan tatapan penuh peringatan Justin Yi dan berkata, "yang muncul bersama dia ketika di ruangan rapat."
"Nona Ke?" Ternyata mereka tertarik satu sama lain?"
"Benar."
"Sangat baik, Nona Ke sangat enak dilihat dan sepertinya mudah diajak interaksi."
"Yang penting aku dan Justin merasa cocok, betul kan Justin?" Clarissa Yuan melihat ke arah Justin Yi sambil tersenyum.
Justin Yi meletakkan sumpitnya dan menatap Julius Yi berkata, "Julius, aku selalu mengira istrimu itu orang yang bermartabat dan cantik. Ternyata juga suka bergosip, memang cocok dengan Evelin."
"Ini disebut sejenis barang berkumpul bersama-sama." Julius Yi merangkul pundak Clarissa Yuan dan berkata, "terkadang aku juga tidak bisa menerima sifatnya."
Clarissa Yuan tidak senang dan berkata, "kamu juga bisa merasakan tidak bisa menerima aku? Kapan? Jelas-jelas kamu mengatakan aku 360 derajat tidak ada yang kurang.
"Seperti kamu sedang membahas artis yang mana yang cantik, artis yang mana memiliki buah dada yang besar, pinggang yang ramping. Menurut kamu, apakah pantas kamu menceritakan ini kepada pria yang sudah menikah? Terutama suamimu sendiri."
Clarissa Yuan terdiam, ini semua merupakan pengaruh Evelin.
"Omong-omong kembali ke pembahasan awal, kapan bisa mengajak Nona Ke untuk bertemu dengan keluarganya?" Nenek bertanya.
"Kakak ipar tertua ibarat ibu, aku yang akan mengurusi masalah ini." Clarissa Yuan mengajukan dirinya.
Nenek segera menanggukkan kepala dan setuju, "aku rasa bisa."
Tiba-tiba Justin Yi menjadi sangat serius berkata, "sudah tidak lama lagi aku dan Evelin akan membahas pernikahan, kalian jangan ikut campur, begitu ada kabar baik aku akan segera memberitahu kalian."
"Menunggu kamu? Tunggu hingga kapan?" Nenek tidak tahu harus berkata apa.
"Mungkin saja tidak lama lagi." Justin Yi segera beranjak berdiri dan berkata, "sudahlah, aku pergi kerja dahulu. Julius, rapat hari ini aku akan menggantikan kamu untuk mengurusnya, kamu bawalah Liam dan Natasia untuk pergi bermain."
Selesai berbicara Justin Yi segera pergi.
Begitu dia pergi, nenek menggibaskan tangannya dan berkata kepada Clarissa Yuan, "jangan hiraukan dia, kamu bantu aku untuk mencari tahu maksud Nona Ke, wanita baik tidak boleh dilewatkan begitu saja."
"Baik." Clarissa Yuan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan, Julius Yi dan Clarissa Yuan pun membawa Liam dan Natasia pergi bermain ke aula yang dekat dengan Sungai A untuk bermain pesawat-pesawatan.
Karena masih pagi, aula terlihat tidak terlalu ramai. Tempatnya juga cocok untuk bermain pesawat, satu keluarga bereempat kembali berkumpul kembali merupakan suatu perasaan yang berbeda.
Terlebih ketika mendengar Liam dan Natasia memanggil sebutan 'ayah dan ibu', membuat Julius Yi dan Clarissa Yuan sangat senang dan bersemangat.
Liam dan Natasia sedang memegang remote kontrol, Julius Yi sambil tersenyum membawa Clarissa Yuan ke dalam pelukannya, mencium rambutnya berkata, "perasaan ini seperti mimpi, bagaimana denganmu?"
Clarissa Yuan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arahnya berkata, "aku juga merasa seperti mimpi."
“Kalau begitu apakah kita harus mencubit satu sama lain untuk menunjukkan apakah kita sedang mimpi atau tidak?"
"Tidak perlu, jika memang mimpi, pasti merupakan mimpi yang sangat panjang, mimpi indah yang tidak bisa terbangun selama seumur hidup." Dulu kita masih menggunakan status paman dan bibi menemani Liam dan Natasia, hanya hari ini...."
"Iya, hari ini merupakan hari pertama. Tetapi untungnya untuk kedepannya, kita bisa mendengar Liam dan Natasia memanggil kita ayah dan ibu seperti hari ini." Julius Yi menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya."
"Ayah, ibu....kalian sedang melakukan apa?" Tiba-tiba Natasia bertanya dengan penasaran.
Begitu Julius Yi mendengar suaranya, dia langsung melepaskan Clarissa Yuan dan tersenyum berkata, bukan apa-apa, kita sedang.....bermain."
"Kalau begitu mengapa kalian tidak bermain bersama Natasia?"
"Ayah akan bermain dengan Natasia sekarang."
Di pinggir jalan Sungai A, Sisca melihat wajah Gwendolyn Tsu yang dingin, dengan berhati-hati berkata, "Nona Tsu, ayo kita pulang."
Tadi begitu Gwendolyn Tsu kembali ke Mansion Keluarga Yi, nenek sengaja memberitahu dia bahwa Julius Yi dan keluarganya bermain pesawat di aula Sungai A. Gwendolyn Tsu pun bersikeras ingin pergi, akhirnya dia pun membawa dia untuk datang ke aula Sungai A.
Dia benar-benar tidak mengerti apa yang dipikirkan Gwendolyn Tsu. Jelas-jelas tidak senang melihat pemandangan seperti ini, tetapi sengaja jauh-jauh datang kemari. Lalu membuat dirinya marah.
"Mereka sudah menganggap aku sudah mati ya?" Gwendolyn Tsu berkata sambil tersenyum dingin.
"Kamu lihat, mereka begitu bahagia, mana mungkin mempedulikan kamu?" Sisca membujuknya sambil menghela nafas dan berkata, "dulu Tuan Muda Yi juga tidak menyukai Anda Nona Tsu, sekarang Anda juga tertimpa masalah itu. Tuan Muda Yi semakin tidak menyukai Anda, Nona Tsu lepaskan saja..........."
"Masalah yang mana?" Tiba-tiba Gwendolyn Tsu berteriak dengan emosional, "kamu bicara yang jelas masalah yang mana! Aku sekarang kenapa? Aku juga masih menjadi aku, aku baik-baik....."
"Maaf....." Sisca terkejut melihat amarahnya yang tiba-tiba dan bergegas meminta maaf, "maaf bukan begitu maksud aku, maksud au adalah Tuan Muda Yi tidak pantas untuk Anda, Anda tidak perlu marah dan sedih demi dia."
Gwendolyn Tsu kembali berteriak dengan marah, "bahkan kamu saja juga meremehkan aku ya? Bahkan kamu juga merasa aku itu kotor? Aku beritahu kamu, apapun yang terjadi padaku, aku tetap lebih hebat daripada Clarissa Yuan wanita jalang itu! Lebih baik dari dia!"
"Iya.....Nona Tsu tentu lebih hebat daripada dia." Sisca terus mengucapkan kata-kata yang baik untuk membujuk dia, melihat dia sudah tidak marah kembali baru dia menghela nafas lega.
Bukan suatu hal yang mudah menunggu Evelin ada waktu luang, Clarissa Yuan melihat dia dengan kebingungan berkata, "perlukah kamu bekerja dengan sebegitu keras?"
"Salah, aku hari ini mendapatkan dividen." Evelin mengangkat gelas yang berisi air lemon dan meminumnya seteguk sambil melihat dia berkata, "ada apa mencariku?"
"Kamu mendapatkan dividen? Sebegitu enaknya?"
"Tentu saja, jika tidak buat apa aku bekerja sebegitu kerasnya?" Evelin melanjutkan, "alasan utamanya karena sekarang ini banyak orang yang mencintai kecantikan, yang melakukan operasi juga banyak, dan banyak mahasiswa yang melakukannya ke tempat aku."
"Bukankah semuanya memiliki kemiripan yang hampir sama?"
"Ehm, bisa disebut seperti itu." Evelin kembali menatap dia mengatakan, "kamu orang yang begitu sibuk dan bisa meluangkan waktu untuk bertemu dengan ku, sebenarnya ada masalah apa?"
Clarissa Yuan terdiam sejenak lalu tertawa terkekeh berkata, "sebenarnya tidak ada apa-apa, hanya saja nenek aku ingin bertemu denganmu, apakah kamu ada waktu luang?"
"Kenapa?"
"Ehm...bisa karena urusan apalagi? Tentu saja urusan kamu dan Justin."
"Ada apa dengan aku dan Justin?"
"Sudahlah, kamu jangan berpura-pura kembali, aku sedang berbicara serius." Clarissa Yuan meliriknya dengan kesal.
"Aku juga mengatakan serius denganmu, aku dan Justin Yi sudah hampir 10 hari tidak berkomunikasi, menurut kamu ada apa di antara kita?"
"Benarkah?" Clarissa Yuan merasa curiga.
10 hari, terdengar sangat lama. Sedangkan jarak tempat kerja mereka berdua sangat dekat, meskipun sesibuk apa pun mereka, setidaknya ada waktu untuk makan siang bersama bukan?
"Tentu saja benar."
"Kalau begitu...........apakah kalian ada saling berkomunikasi?
"Tidak ada."
"Pusing."
"Kenapa pusing? Aku sudah mengatakan dari awal bahwa kami tidak ada hubungan apa-apa." Evelin kembali mengangkat segelas air lemon dan meminumnya berkata, "jadi sampaikan ucapan terima kasih aku kepada nenekmu."
Mendengar perkataan dia, Clarissa Yuan merasa sedikit kecewa berkata, "aku mengira akan ada kesempatan untuk menjadi kakak adik dengan kamu, sia-sia sudah."
"Bahkan wanita seperti Yuliana Liu saja kamu tidak bisa menang bertarungnya, kamu masih ingin bertarung denganku?" Evelin meremehkan.
"Apakah harus saling bertarung jika menjadi kakak adik?"
"Sangat sia-sia jika wanita-wanita kaya tidak bertarung hingga babak belur." Evelin tersenyum berkata, "omong-omong, bagaimana hubungan kamu dengan Liam dan Natasia akhir-akhir ini? Apakah anak-anak sudah terbiasa dengan kehidupan Keluarga Yi?"
Clarissa Yuan melihat dia yang tersenyum dengat santai, semakin lihat semakin palsu, dia sangat susah mempercayai bahwa di antara dia dan Justin Yi tidak ada hubungan apa-apa.
"Sudah lumayan membaik, tetapi setiap malam masih merengek mencari ayah." Clarissa Yuan mengambil segelas air putih dan meminumnya. Melalui sudut matanya tiba-tiba dia melihat seseorang yang sangat familiar.
Dia tertegun sejenak, bukankah itu Ibu Tiri Gloria?"
Karena dia dan Evelin duduk di luar ruangan cafe, sebelah cafe adalah aula kecil. Sedangkan Gloria sambil menyeret tempat sambil memegang sapu dan membersihkan sampah-sampah yang berada di aula.
Nyonya Yi dulunya adalah wanita yang berada di 'atas', sekarang menjadi pembersih? Bukannya Juwono Yi sudah mengambil jumlah uang yang banyak? Menapa Gloria bisa menjadi seperti ini?
"Kenapa? Kamu mengenalnya?" Evelin melihat sekilas ke arah Gloria yang berpakaian polos, dan wajahnya yang suram.
"Kenal." Clarissa Yuan melihat Gloria yang akan pergi sambil menyeret tempat sampah, dia segera beranjak dan menghalanginya sambil menatapnya dari arah depan.
Pada awalnya Gloria sedang menundukkan kepalanya, ketika menyadari ada orang yang menghalangi jalannya, dia pun mengangkat kepalanya. Ketika dia melihat Clarissa Yuan, wajahnya muncul ekspresi terkejut dan rasa malu. Lalu segera menundukkan kepalanya.
"Ibu tiri, kenapa kamu bisa ada di sini?" Clarissa Yuan menatapnya dengan cemooh melanjutkan, "bukannya kamu seharusnya hidup bahagia di luar negeri bersama Juwono?"
Gloria menatapnya dengan dingin berkata, "Clarissa Yuan, apakah kamu datang untuk menertawakan aku? Apakah kamu pantas?"
"Mengapa aku tidak pantas? Dulu ketika kamu membuat Perusahaan Besar Yi berada di ujung tanduk, kamu menjebak Julius menandatangani kontrak penjualan rumah. Bukan hanya aku yang meremehkankamu, semua orang juga meninggalkan kamu."
Jika bukan karena dia, Julius Yi tidak akan menandatangani kontrak tersebut.
"Clarissa Yuan, jika dengan kamu memarahi aku bisa membuatmu lebih bahagia. Kamu marah saja, aku tidak peduli." Gloria baru saja menarik tempat sampah untuk pergi.
"Tunggu." Clarissa Yuan memegang lengannya dan mendorongnya kembali berkata, "aku ingin kamu untuk pergi bersamaku untuk menyerahkan diri dan mengembalikan nama baik Julius. Beritahu kepada semuanya jika kamu yang menjebak Julius dan membuat Julius menandatangani kontraknya."
Begitu Gloria mendengarnya berkata seperti itu, dia tertawa dingin berkata, "Clarissa Yuan, kamu jangan berkata aku tidak bersedia menjadi saksi, meskipun aku pergi, kesaksianku juga tidak akan berguna. Pada saat aku memberikan kontrak kepada Julius untuk ditandatangani, Kak Sarah juga berada di sana. Kak Sarah melihat Julius yang menandatanganinya. Dan juga, pada saat itu Julius Yi tidak benar-benar buta, melainkan berpura-pura. Tentu saja dia memiliki kemampuan untuk membedakannya."
Wajah Clarissa Yuan menjadi muram, dia melewatkan poin ini. Pada saat itu Julius Yi sedang berpura-pura buta. Baru saja dia melihat sedikit harapan ketika melihat Gloria, tetapi harapannya sudah musnah sekarang.
Kelihatannya dia terburu-buru untuk membantu Julius Yi lepas dari jeratan untuk masuk penjara. Jadi dia kehilangan kemampuan untuk membedakan.
"Ibu tiri, Keluarga Yi sangat baik terhadapmu dan Juwono, mengapa kamu melakukan seperti itu?" Dia bertanya dengan datar.
Ini merupakan pertanyaan yang ingin ditanyakan Julius Yi, hari ini dia mengganti Julius Yi untuk bertanya.
"Jika orang tidak mengolah diri mereka sendiri, mereka tidak akan dapat ditoleransi oleh dunia." Gloria hanya memberikan dia penjelasan seperti ini, lalu tersenyum datar dan pergi menjauh.
Jika mengatakan tidak menyesal, tentu saja itu terdengar sedang membohongi orang-orang. Bagaimana pun juga dirinya bisa menjadi seperti ini karena keserakahan dirinya sendiri. Jika tidak serakah, dia tidak akan bekerja sama dengan Noah Tsu lalu dibuang oleh dia.
Tetapi dia sudah terlambat untuk kembali, dia juga tidak bisa kembali kepada Keluarga Yi. Jadi untuk mempertahankan harga dirinya yang terakhir, dia tidak akan menunduk dan meminta maaf kepada Keluarga Yi.
Novel Terkait
The Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensEternal Love
Regina WangKing Of Red Sea
Hideo TakashiBretta’s Diary
DanielleAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeLove And War
JaneThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)