The True Identity of My Hubby - Bab 96 Mencari tahu (1)
Di ruang makan Kediaman Keluarga Yi, Nyonya Tua melihat punggung tangan Justin Yi yang dibalut dengan kain kasa, oleh karena itu dia bertanya dengan khawatir: "Justin , apa yang terjadi dengan tanganmu?"
Justin Yi menunduk melihat telapak tangannya lalu menggelengkan kepalanya: "Tidak apa-apa, hanya cedera kecil.
“Kenapa kamu sangat tidak hati-hati,” Nyonya Tua menyalahkannya.
Gwendolyn Tsu berkata dengan ekspresi wajah menyesal: "Nenek, begini ceritanya, beberapa malam yang lalu aku pergi ke bioskop bersama Justin, dan disana kami bertemu dengan beberapa perampok yang ingin merampok tas, demi membantuku merebut kembali tasku tangan Justin disayat oleh perampok."
"Perampok tas? Sejak kapan Kota A menjadi kacau seperti ini?" seru Gloria, lalu dia menoleh dan berkata kepada Yuliana Liu: "Yuliana, kamu harus lebih berhati-hati saat keluar rumah, kalau barang di rampas tidak apa-apa, tapi kalau jatuh akan berbahaya. "
“Ibu, tenang saja, aku akan sangat berhati-hati.” Yuliana Liu berkata sambil tersenyum, lalu dia menoleh ke arah Gwendolyn Tsu dan bertanya dengan penuh perhatian, “Kakak ipar kedua, apakah kamu baik-baik saja?”
"Aku baik-baik saja, untungnya Justin menyelamatkanku."
"Kakak Kedua benar-benar pelindung kaum wanita yang berkompeten," Yuliana Liu berseru dengan kagum.
Gwendolyn Tsu menoleh dan melirik Justin Yi, senyuman bahagia muncul di wajahnya yang cantik.
Tapi dibalik kebahagiaannya ada sedikit kegelisahan.
Justin Yi yang berada di hadapnnya, apakah dia masih pria yang dia inginkan? Semakin lama Gwendolyn semakin ragu.
Nyonya Tua meletakkan sepotong daging sapi di mangkuknya lalu berkata sambil tersenyum "Sangat jarang kalian berdua pulang untuk makan bersama, makan lebih banyak."
“Terima kasih, nenek.” Gwendolyn Tsu berkata dengan penuh rasa berterima kasih.
Justin Yi meletakkan sumpitnya lalu meraih tangan Gwendolyn Tsu dan berkata kepada semua orang: "Hari ini aku pulang bersama Gwendolyn karena ada sesuatu yang ingin aku katakan kepada semuanya."
"Ada apa? Apakah Gwendolyn juga hamil?" Gloria yang terlihat gugup bergegas bertanya.
Jika benar seperti itu, dia benar-benar akan gila.
Tak lama setelah Yuliana mengatakan dia hamil, Clarissa Yuan juga ikut mengumumkan bahwa dia sedang hamil, dan dia hamil lebih awal daripada Yuliana , jika Gwendolyn Tsu juga hamil ...
“Tidak, Ibu, jangan asal menebak,” Gwendolyn Tsu berseru dengan malu.
Gloria langsung tertawa, bagus kalau bukan.
Justin Yi berkata: "Begini, setelah aku memikirkannya dengan matang, aku memutuskan untuk menggunakan hari yang nenek pilihkan sebelumnya sebagai hari pertunanganku dengan Gwendolyn, menurut Nenek bagaimana?"
Gwendolyn Tsu merasa kaget, dia pikir Justin Yi ingin memberi tahu Nyonya Tua tentang pesta ulang tahun ayahnya bulan depan.
Dia tidak menyangka yang ingin Justin sampaikan adalah masalah pertunangan mereka.
Tak disangka dia mengumumkan tentang pertunangan mereka?
Jika hal ini terjadi sebulan yang lalu, dia akan sangat bahagia hingga meneteskan air mata kebahagiaan, karena dia sangat ingin bertunangan dengan Justin Yi. Tapi sekarang, karena dia belum bisa memastikan masalah itu, setelah mendengar berita ini, selain merasa bahagia, perasaan gelisah lebih menyelimuti hatinya.
Agar semua orang tidak tahu apa yang dia pikirannya, dia tetap tersenyum dengan manis dan berkata kepada Justin Yi dengan sangat gembira: "Akhirnya kamu mau bertunangan denganku?"
Justin Yi tersenyum lembut kepadanya, "Aku tidak pernah mengatakan aku tidak mau bertunangan denganmu, kamu juga mengertikan."
"Hmm, aku mengerti," Dia mengangguk.
Mendengar hal ini, beban di dalam hati Carter Yi akhirnya sirna, dia mengangguk dan berkata, "Bagus kalau hari pertunangan kalian sudah diputuskan, dengan begitu kedua keluarga sudah bisa merasa tenang."
"Karena Clarissa dan Yuliana sedang hamil, kalau begitu mengenai acara pertunangan..." Nyonya Tua menoleh ke arah Gloria : "Gloria , harus merepotkanmu mengurusnya."
“Ibu tenang saja, serahkan semuanya kepadaku, aku jamin semuanya akan beres.” Gloria tersenyum dengan senang, meskipun dalam hati dia tidak bahagia tapi dia tidak menunjukkannya.
Nyonya Tua kembali menoleh ke arah Gwendolyn Tsu, lalu tersenyum dengan penuh kasih sayang dan berkata: "Gwendolyn, nenek melihatmu tumbuh sejak kecil, dari dulu aku sudah menganggapmu seperti cucuku sendiri. Sekarang kamu bisa menikah ke keluarga kami dan menjadi cucu nenek, nenek benar-benar merasa sangat senang. "
Gwendolyn Tsu berkata dengan manis, "Bisa menjadi keluarga dengan nenek dan semuanya juga merupakan impian Gwendolyn sejak kecil."
"Lihat betapa pandainya kamu berbicara." Nyonya Tua berkata dengan bahagia, lalu dia menoleh dan berkata kepada Justin Yi: "Justin, Gwendolyn adalah gadis yang baik, kamu harus memperlakukannya dengan baik."
"Aku akan memperlakukannya dengan baik, nenek," jawab Justin Yi dengan bersungguh-sungguh.
Nyonya Tua sepertinya teringat akan sesuatu, lalu dia menoleh ke arah Juwono Yi, yang sedang makan sambil bermain dengan ponselnya: "Kamu juga Juwono, kamu harus lebih baik terhadap Yuliana, dia baru menjadi menantu keluarga Yi."
“Nenek, tenang saja, dia sama sekali tidak menganggap dirinya orang luar.” Juwono Yi berkata tanpa mendongak.
Meskipun Yuliana Liu terlihat tidak peduli, dan bahkan menenangkan Nyonya Tua untuk tidak mengatai Juwono lagi, tetapi dalam hati dia sangat iri kepada Gwendolyn Tsu karena dia bisa menikah dengan pria baik seperti Justin Yi.
Tapi, baik dari segi harta dan penampilan Gwendolyn Tsu juga bukan wanita yang bisa bandingkan wanita biasa, Yuliana Liu sangat paham akan hal ini.
Selesai makan malam, Gwendolyn Tsu mengikuti Justin Yi pergi ke kamar tidurnya di lantai dua. Setelah menutup pintu, dia merangkul lehernya dan mencium rahangnya yang indah: "Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk bertunangan denganku? "
Justin Yi membalas mencium bibirnya lalu berkata sambil tersenyum, "Ucapanmu benar, kakak sudah menikah dan akan segera menjadi ayah, juga sudah waktunya aku melepaskan rasa bersalah ini."
“Menyebalkan, kamu membuatku mengira kamu tidak mencintaiku lagi,” Gwendolyn Tsu memukuli dadanya dengan lembut.
Justin Yi meraih tangannya dan memainkan tangannya dengan lembut di telapak tangannya: "Aku rasa aku tidak perlu menjelaskan hal ini lagi kan?"
“Tidak perlu, aku percaya kepadamu.” Gwendolyn Tsu melepaskannya lalu berdiri dengan tegak: “Baiklah, kamu istirahatlah lebih awal, aku sudah harus pulang.”
"Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu, aku datang bawa mobil sendiri, aku harus membawa pulang mobilku."
"Kalau begitu hati-hati."
"Baik."
Ketika Gwendolyn Tsu turun, Nyonya Tua sedang menyerahkan sekotak teh kepada Kak Vero: "Ini Teh Biluochun yang bawakan Nyonya Liu hari ini. Teh ini kesukaan Tuan Muda Pertama, utus orang untuk mengantarkan teh ini kepadanya."
“Baik, Nyonya Tua.” Kak Vero mengambil teh yang serahkan oleh Nyonya Tua.
Gwendolyn Tsu melanjutkan berjalan menuruni tangga, sambil berkata, "Nenek, kebetulan besok aku ada urusan di bagian barat kota. Aku bisa sekalian membantumu mengantarkan teh itu kepada Tuan Muda Pertama."
"Itu sangat menyusahkan dan harus merepotkanmu." kata Nyonya Tua: "Lebih baik suruh Lee mengantarkannya kesana."
"Nenek, kita akan segera menjadi keluarga. Antara keluarga untuk apa merasa sungkan?" Gwendolyn Tsu mengambil sekotak daun teh yang berada di tangan Kak Vero lalu berkata sambil tersenyum: "Dan juga aku juga bisa sekalian memberitahu kakak dan kakak ipar soal kabar pertunanganku dengan Justin . "
Ketika Nyonya Tua mendengar ucapannya, dia juga tidak sungkan lagi dengannya, dan berkata sambil tersenyum: "Kalau begitu, harus merepotkanmu bawakan teh ini ke sana."
“Tidak merepotkan,” Gwendolyn Tsu melambaikan tangannya kepada mereka berdua: “Nenek, Kak Vero, aku pulang dulu.”
"Kamu pulang sendiri? Kenapa tidak meminta Justin mengantarmu?"
Novel Terkait
Wahai Hati
JavAliusPerjalanan Selingkuh
LindaMy Goddes
Riski saputro1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMy Charming Wife
Diana AndrikaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaWaiting For Love
SnowThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)