The True Identity of My Hubby - Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
“Yah, apakah Ayah memanggilku kemari untuk membahas soal Gwendolyn?” Nada bicaranya kembali stabil.
Carter menganggukkan kepala, menatapnya dengan penuh berharap: “Sungguh tidak bisa mengorbankan perasaan sendiri demi perusahaan?”
“Yah……”
Carter memotong pembicarannya, lanjut berkata: “Aku tahu cara kerja Gwendolyn yang ceroboh itu sangat keterlaluan, tetapi siapa suruh dia menyukaimu? Dengan segenap hati dia ingin menikah denganmu.”
“Jika ini terjadi pada 7 bulan yang lalu, mungkin saja aku bisa menikahinya, tetapi saat ini aku sudah menikah.”
“Aku mengerti, tetapi Gwendolyn bersikeras ingin dinikahi kamu, memangnya kamu tega melihat Perusahaan Besar Yi runtuh?”
Julius menggelengkan kepala: “Yah, pernikahan bukanlah permainan, aku dan Clarissa sudah sangat bahagia. Aku mencintainya, aku tidak mungkin bercerai dengannya demi masa depan Perusahaan Besar Yi, lalu menikahi seorang perempuan yang tidak aku cinai, ini akan sangat kejam bagi Clarissa.”
“Clarissa bisa mengerti…”
“Justru karena dia bisa mengerti, begitu aku mengatakannya, dia pasti akan mundur, maka dari itu aku sama sekali tidak bisa melakukannya.” Julius berkata dengan sangat tegas: “Setelah menikah denganku Clarissa mengalami perlakuan buruk, juga kehilangan hak untuk menjadi seorang Ibu. Jika aku meninggalkannya, seumur hidup ini tidak akan merasa tenang. Tiba saatnya nanti meski Perusahaan Besar Yi sangat berjaya, sangat terpandang, itu sama sekali tidak ada artinya bagiku.”
“Clarissa adalah milikmu sendiri, sedangkan Perusahaan Besar Yi milik seluruh Keluarga Yi, seharusnya kamu bisa membandingkan yang mana lebih penting.”
“Yah, semua orang hidup dengan harga diri masing-masing, Gwendolyn anggap aku dan Justin apa? Mainannya? Atas dasar apa dia bergantian memainkan kami? Jika setelah dua tahun menikah denganku dia merasa bosan, mungkin saja akan mendesak Justin untuk menikahinya, jika tidak dilakukan Perusahaan Besar Yi akan terancam, tiba di saat itu apakah aku harus menandatangani surat cerai dengan patuh dan memberikan padanya dengan dua tangan? Dan Justin juga harus meninggalkan istrinya demi menikahi perempuan itu?”
“Gwendolyn sudah pernah mengatakan padaku, hanya kamu yang selalu dia sukai.”
“Awalnya dia juga pernah mengatakan hanya Justin yang dia cinta.” Julius Yi berkata dengan cuek.
Dia mulai menerka, belakangan ini Gwendolyn pasti sering datang ke rumah sakit mencari Ayahnya, menangis sambil mengaku mencintai dirinya, dan berkata dengan nada-nada mengancam, jika dia tidak berhasil menikah dengan anak Keluarga Yi, Perusahaan Besar Yi tidak akan terselamatkan.
Maka dari itu barulah Ayahnya memanggil, barulah berbicara seperti itu.
Carter melihat anaknya sekilas, berkata dengan hati sedikit kesal: “Hanya memintamu menikahi seorang perempuan, apakah sesusah itu? Perusahaan Besar Yi adalah rumahmu, akarmu, kamu punya tanggung jawab dalam mempertahankannya, dan saat ini hanya kamu yang bisa menyelamatkannya, tahu tidak?”
Carter terdiam sesaat, lanjut berkata: “Selama tiga tahun setelah kamu mengalami kecelakaan, Keluarga Yi tidak pernah meninggalkanmu, selalu memberikan makanan enak, pakaian bagus dan semua fasilitas mewah. Sekarang kamu malah bersikap seperti ini saat Keluarga Yi mengalami masalah, apakah sama sekali tidak merasa bersalah?”
Julius kehabisan kata-kata, dalam hati merasa sedih sekaligus marah.
Dia tidak mungkin berbicara kasar pada Ayah, hanya bisa berkata dengan ekspresi tenang: “Aku memang bersalah pada Keluarga Yi, tetapi aku tidak bersalah pada diri sendiri.”
“Maksud….maksud kamu, tidak akan mempertimbangkan lagi?”
“Yah, maafkan aku, aku bisa melakukan apapun demi Keluarga Yi, tetapi tidak untuk hal ini.”
“Kamu……!” Carter marah hingga terasa sesak di dada, mulai terbatuk tiada henti.
Julius segera berdiri dari kursi, bertanya dengan khawatir: “Yah, Ayah kenapa? Ayah baik-baik saja kan.”
Tanpa perduli Ayahnya akan curiga atau tidak, dia segera menekan bel samping ranjang.
Carter batuk sambil menunjuknya dengan kesal, berusaha keras mengucapkan beberapa kata: “Julius Yi….. kamu sengaja membuatku mati tidak tenang!”
Dokter tiba di kamar itu, Gloria dan Clarissa juga datang dengan panik. Gloria menggenggam tangan Carter Yi sambil berkata dengan panik: “Ada apa? Kenapa seperti ini lagi?”
Carter tidak memerdulikannya, kedua mata tetap terkunci pada Julius. Dengan nada memelas dia berkata: “Julius…..anggap saja aku memohon padamu, jika Perusahaan Besar Yi tidak tertolong, aku akan mati tidak tenang……”
“Yah, biarkan dokter periksa dulu, kita akan membahas ini lain waktu.” Julius berkata dengan cemas.
Gloria malah memburu-buru dari samping: “Masalah apa, serius sekali, cepat kamu setujui!”
“Benar, Julius, cepat turuti permintaan Ayah.” Clarissa menggandeng tangan Julius sambil berkata.
Meski dia tidak mendengar isi pembicaraan Ayah dan anak itu, tetapi tanpa perlu banyak berpikir dia telah berhasil menebaknya. Jika tidak, Carter tidak mungkin menyuruh dirinya pergi.
Saat ini situasi sangat darurat, dia hanya takut jika Julius tidak menurutinya, sesuatu yang parah akan teradi pada Carter.
Julius tidak berdaya melihat tatapan mata Ayah, jauh lebih tidak berdaya menuruti permintaannya, hingga pada akhirnya pun dia tidak menganggukkan kepala. Atas anjuran dokter, dia pun melangkah keluar kamar.
Begitu keluar dari kamar, Gloria langsung memanfaatkan kesempatan menyalahkan Julius: “Tuan Muda, kamu sungguh kejam, keadaan Ayahmu sudah seperti itu, sekalipun harus mengorbankan nyawa sendiri, kamu juga harus menurutinya!”
Julius berdiri di tepi dinding. Berkata dengan ekspresi wajah suram: “Jika dia memang menginginkan nyawaku, aku akan memberikannya.”
Sayangnya yang Ayah inginkan bukanlah nyawanya, melainkan memaksanya menikahi seorang perempuan yang tidak ingin dia jumpai lagi seumur hidup ini, juga memaksanya menceraikan Clarissa, ini jauh lebih menakutkan daripada nyawanya sendiri!
“Kalau begitu apa yang dia minta? Hingga membuatmu kewalahan seperti ini? Gloria tetap menatapnya dengan tajam, berbicara dengan nada tinggi: “Apakah kalian tidak malu mengatai Juwono berkhianat, tidak malu memukuli wajahnya hingga bengkak, kenapa tidak lihat sendiri apa yang pernah kalian lakukan untuk Keluarga Yi? Jika kali ini Ayahmu tidak sadarkan diri lagi, kita lihat apa yang akan kamu lakukan, bagaimana menyembuhkan rasa menyesal dalam hati!”
Akhirnya mendapatkan sebuah kesempatan emas, tentu saja Gloria akan menuduhkan semua kesalahan pada diri Julius.
Saat ini Julius telah menjadi orang yang tidak berbakti, Juwono pun berkesempatan terlepas dari cap buruk atas penjahat Keluarga Yi.
“Bicaralah! Kenapa tidak berbicara? Mulai takut?” Gloria menatapnya sambil berteriak.
Clarissa bisa melihat Julius masih terus menahannya, menahan ledakan emosi pada Gloria.
Tanpa perduli lagi dengan prinsip hormat pada orang tua, dia ikut menatap Gloria dan berkata: “Ibu tiri, Julius tidak mengambil uang perusahaan untuk meminjamkannya dengan bunga besar, juga tidak menjual saham perusahaan secara diam-diam. Ayah sakit dan dirawat di rumah sakit juga bukan karena salahnya, Ibu jangan memindahkan segala kesalahan Juwono pada Julius, ini sama sekali tidak adil bagi Julius.”
Gloria tidak terima dengan perkataannya, langsung membantah: “Baru saja kamu juga sudah melihat situasinya, dialah yang membuat penyakit Tuan kambuh.”
“Kamu sama sekali tidak mengerti keadaannya, juga tidak tahu permintaan apa yang disebutkan Ayah, kenapa malah terus menyalahkan Julius? Bagaimana jika permintaan Ayah adalah mengusir Juwono keluar dari Keluarga Yi, dan sebagai saudara yang baik Julius tidak mau menurutinya? Apakah kamu masih akan menyalahkan dia?”
“Kamu……” Gloria kehabisan kata-kata karenanya.
“Jadi, sebelum memahami keadaan yang sebenarnya, tolong jangan menyalahkan Julius dengan sembarang.” Selesai berkata, Clarissa baru ingin membawa Julius pergi, saat berbalik badan bary tersadar Julius telah menghilang entah kemana.
Dia terkejut sesaat, segera melihat ke sekeliling, hanya saja tidak menemukan bayangan Julius Yi lagi.
“Dimana Julius?” Dia bertanya dengan refleks, tentu saja tidak berharap Gloria menjawabnya, melainkan mulai mencari ke berbagai arah.
Hingga pada akhirnya, dia menemukan bayangan Julius di balkon tempat dia membantu mengobati lukanya waku itu. Dari kejauhan, dia melihat Julius sedang menumpukan badan di besi pembatas, menatap keramaian di luar tanpa bergerak sedikitpun.
“Julius……” Dia berjalan menghampiri, memeluknya dari belakang. Wajah kecilnya ditempelkan ke punggung laki-laki itu: “Jika hanya itu satu-satunya cara, kamu turuti saja, tidak perlu memikirkanku.”
Julius menggigit gigi sambil menjawabnya: “Jika dibolehkan, aku sungguh ingin melompat dari sini saja.”
“Jangan menakutiku.” Clarissa memeluknya dengan erat, berkata: “Ayah hanya panik dan ingin menyelamatkan Perusahaan Besar Yi, jangan salahkan dia.”
Akhirnya Julius berbalik badan, berkata dengan kesal: “Siapa yang tidak ingin menyalamatkan Perusahaan Besar Yi? Siapa tidak ingin? Keadaan yang menimpa Perusahaan Besar Yi saat ini bukan karena aku, kenapa harus aku yang berkorban?’
Dia menendang pot bunga di samping, berkata dengan nada semakin keras: “Sama-sama cucu Keluarga Yi, Juwono boleh menjatuhkan Perusahaan Besar Yi ke dalam bahaya demi kepentingan sendiri, Justin boleh pergi tanpa memerdulikannya, lalu aku? Setiap hari berjuang demi Perusahaan Besar Yi, bekerja mati-matian demi Perusahaan Besar Yi, dan kini perusahaan terkena musibah, aku masih harus menceraikan istri sendiri demi menikahi seorang perempuan yang tidak aku cintai, jika tidak menuruti langsung dikatakan kejam, tidak berperasaan, tidak bersedia berkorban demi Perusahaan Besar Yi!”
Novel Terkait
Wanita Yang Terbaik
Tudi SaktiMy Tough Bodyguard
Crystal SongMy Greget Husband
Dio ZhengHis Second Chance
Derick HoNikah Tanpa Cinta
Laura WangPejuang Hati
Marry SuMy Goddes
Riski saputroThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)