The True Identity of My Hubby - Bab 160 Rencana Gagal
"Gimana? Mau tidak?" Evelin memegang lengan Clarissa Yuan sambil mengayunkannya.
"Boleh-boleh saja bermain kartu, tapi aku harus menperingatkanmu bawalah lebih banyak uang tunai, tidak ada pinjaman."
"Yo. Sombong sekali."
"Dan juga, harus berani kalah juga." Clarissa Yuan menambahkan satu kalimat.
"........" Evelin tidak tahu harus berkata apa.
Gwendolyn Tsu yang sudah kehilangan minat pun membayar tagihan dan keluar dari restoran. Evelin melirik sekilas bayangan dia yang semakin menjauh dan mengambil buku daftar menu berkata, "pesan makan, pesan makan, aku sangat lapar."
"Mengapa semuanya terus berkata lapar? Apakah mungkin sudah ada isi?" Catherine Yao melihat ke arah dia.
"Kepalanya kamu yang ada." Evelin memukul dahinya dan berkata, "aku melakukan tiga kali operasi, bahkan siang pun tidak sempat makan."
Pada saat Evelin menjawab, dia memberikan tatapan isyarat kepada Catherine Yao.
Catherine Yao sadar mulutnya yang asal bicara itu dan merasa sangat menyesal. Dia buru-buru melirik Clarissa Yuan sekilas dan menundukkan kepalanya untuk melihat daftar makanan.
Setelah selesai makan dan berjalan keluar, kebetulan Clarissa Yuan menjawab panggilan dari Julius Yi.
"Ada apa? Baru sebentar sudah kangen aku?" Clarissa Yuan terkekeh.
"Iya, sudah selesai makan belum, apakah perlu aku menjemputmu?"
"Baru saja selesai makan, bersiap-siap untuk pulang, Aku pulang sendiri saja."
"Benar tidak perlu?"
"Tidak perlu, aku ada mengendarai mobil sendiri." Clarissa Yuan melirik sekilas sepasang temannya yang sedang menyipit menatapnya dan bertanya, "kalau kamu? Sudah makan belum?"
"Sudah, lagi bosan jadi aku memikirkan kamu."
"Tidak ada kerjaan lagi?"
"Ada, tapi tidak ingin mengerjakannya."
Tiba-tiba Evelin mendekat dan berteriak ke arah ponsel Clarissa Yuan, "Tuan Muda Yi, kami kangen kamu!"
Julius Yi terkejut, Clarissa Yuan buru-buru menjelaskan, "Evelin sedang kangen ingin bermain kartu dengan kamu."
Julius Yi sedikit ragu dan tersenyum tipis berkata, "boleh, datanglah kapan saja."
Clarissa Yuan memberikan isyarat tangan OK kepada Evelin dan setelah melambaikan 'selamat tinggal' dia pun berjalan ke arah mobil.
Setelah masuk ke dalam mobil, dengan bercanda dia berkata, "kenapa? tidak bisa tidur sendiri?"
"Aku tidak yakin kamu bisa tidur." Julius Yi menjawab.
Clarissa Yuan mengakui dia pasti tidak bisa tertidur.
Teringat tadi bertemu dengan Gwendolyn Tsu, nada bicaranya menjadi sedikit muram berkata, "Julius, coba tebak aku tadi bertemu dengan siapa."
"Siapa?"
"Gwendolyn Tsu."
Julius Yi mengerutkan keningnya, nada bicaranya menjadi datar dan bertanya, "apa lagi yang dia katakan kepada kamu?"
Setelah Julius Yi bertanya, tanpa menunggu Clarissa Yuan menjawab dia kembali berkata, "lupakanlah, tidak usah kamu jelaskan pun aku juga dapat menebaknya. Dia pasti menakuti kamu, menghina kamu, dan memukul kamu. Intinya pasti menyuruh kamu jauh-jauh dari aku. Aku sudah bosan mendengarnya, aku tidak mau mendengarnya lagi, aku tidak mau mendengar nama Gwendolyn Tsu lagi, apa kamu mendengarnya?"
"Baik, aku tidak akan mengungkitnya kamu tidak perlu emosi seperti itu." Clarissa Yuan tertawa, "kamu tenang saja, aku sudah berjanji padamu untuk tidak menghiraukan kata-katanya, pasti tidak akan menghiraukannya."
"Ini baru benar."
"Baiklah, kamu cepat bekerja atau istirahatlah, aku sudah mau pulang."
"Baik, berhati-hatilah di jalan."
"Aku mengerti." Clarissa Yuan memutuskan panggilan sambil tersenyum.
Di dalam ruangan rapat Perusahaan Besar Yi, Clarissa Yuan melihat Julius Yi yang berada di atas podium, mendengar ucapannya yang serius, dalam hatinya sangat memuja dia.
Dulu dia tidak menyadari apabila dia sedang serius bekerja sangat mempesona.
Mungkin dulu karena perbedaan status, dia tidak berani melihatnya bahkan sekilas pun ketika sedang rapat. Jadi tidak meneliti dengan jelas apakah dia mempesona atau tidak.
Ketika Clarissa Yuan sedang tertegun, tiba-tiba dia merasakan ada suatu barang yang berjalan ke arah dia. Dia mendapatkan kesadarannya kembali, dan menyadari Julius Yi sedang melihat ke arahnya, sedangkan di atas podium Asisten Lin yang sedang berpidato.
Julius Yi menunjuk berkasnya, memberi isyarat agar dia fokus.
Wajah Clarissa Yuan merona, buru-buru menundukkan kepalanya dan membuka berkas yang ada di tangannya.
Benar-benar sangat memalukan, sedang rapat seperti ini bisa-bisanya dia membayangkan dia. Malam ini ketika kembali ke rumah sudah pasti akan ditertawai oleh Julius Yi.
Julius Yi menarik pandangannya dari dia, sudut bibirnya tergerak sedikit, tersenyum tanpa jejak.
Setelah selesai rapat, Julius Yi dan Clarissa Yuan berlama-lama hingga menjadi yang terakhir keluar. Tidak menunggu Julius Yi untuk membuka suara, Clarissa Yuan buru-buru menjelaskan, "maaf, tadi aku tiba-tiba memikirkan berkas aku yang hilang, terus berpikir hilang kemana."
Julius Yi tersenyum jahat sambil menatapnya dan berkata, "kalau hilang pun, tidak mungkin hilang sampai ke muka aku kan?"
"......" Clarissa Yuan terbatuk karena tidak nyaman, menundukkan kepalanya dan membereskan barangnya untuk keluar.
Ponsel Julius Yi berdering, dia mengambil ponsel dan melihatnya sekilas serta menggeser layar untuk menjawab panggilan.
Pada awalnya Clarissa Yuan tidak ingin mencuri dengar pembicaraan mereka, tetapi ekspresi wajah Julius Yi semakin mengeras, membuat dia mau tidak mau untuk mencuri dengar.
Terdengar dengan jelas yang menelepon adalah Gloria. Pada dasarnya suara Gloria sangat melengking. Tetapi untuk saat ini dia sambil menangis dan berteriak, tidak tahu apa yang telah terjadi.
Tiba-tiba muncul perasaan tidak enak di hatinya, apakah mungkin masalah Ketua Direktur?
Julius Yi memutuskan panggilan, langsung membalikkan badannya keluar dari ruangan rapat.
"Direktur Yi, apa yang terjadi?" Clarissa Yuan mengejarnya untuk bertanya.
Julius Yi berjalan ke arah lift sambil berkata dengan nada yang berat, "ibu tiriku mengatakan ayah tiba-tiba muntah darah, nyawanya berbahaya, sedang dilakukan pertolongan pertama."
Clarissa Yuan tertegun sejenak, kembali mengejar dan bertanya, "kenapa tiba-tiba muntah darah?"
"Tidak tahu, ibu tiri bicara tidak jelas." Julius Yi menekan tombol lift dan masuk ke dalam, Clarissa Yuan ikut masuk ke dalam lift dan berkata, "aku pergi bersamamu."
Julius Yi tidak menolaknya, mereka berdua bersama-sama turun menggunakan lift hingga ke tempat parkir. Clarissa Yuan langsung menaikki mobil Julius Yi tanpa menunggu mesinnya di nyalakan.
Menggunakan kecepatan tercepat untuk sampai ke rumah sakit, ketika mereka sampai, Carter Yi masih di dalam ruangan untuk dilakukan pertolongan pertama.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Julius Yi menatap ibu tirinya yang sedang menangis.
Ibu tiri merasa bersalah, menundukkan kepala tidak berani menjawab.
Julius Yi menoleh ke arah Asisten Chen dengan marah berkata, "aku bukannya sudah pernah mengatakan jangan membawa pekerjaan untuk menganggu masa penyembuhan Direktur Utama."
Asisten Chen merasa bersalah dan menundukkan kepalanya serta menjelaskan, "Direktur Yi yang menyuruh aku harus kemari, lalu......."
Asisten Chen diam-diam melirik Gloria dan berkata dengan hati-hati, "lalu, Direktur Yi muntah darah bukan karena masalah pekerjaan......."
"Lalu apa?"
"Karena Wakil Direktur Yi.....dia......dia menjual saham sebanyak 5% atas nama Perusahaan Besar Yi kepada Perusahaan Besar Tsu, begitu Direktur Yi mendengar kabar ini, dia langsung memuntahkan darah........."
"Apa yang kamu katakan? Juwono menjual saham Perusahaan Besar Yi kepada Noah Tsu?" Julius Yi mengerutkan kening dan ekspresi dingin.
"Iya benar." Asisten Chen menganggukkan kepalanya.
"Apakah dia sudah gila?" Setelah Julius Yi berteriak marah, dia melihat ke arah Gloria dan bertanya, "apakah Juwono sudah gila? Apakah dia merasa perusahaan masih belum cukup berantakan?"
"Aku tidak tahu, Juwono yang memutuskannya sendiri." Gloria menjawab dengan merasa bersalah. Untuk mengalihkan pembicaraan, dia menoleh ke arah Asisten Chen dan berkata, "Asisten Chen apakah kamu tidak tahu bahwa Ketua Direktur sedang sakit? Kenapa memberitahunya mengenai ini? Kamu lihat kamu membuatnya marah! Aku beritahu kamu jika Ketua Direktur tidak bisa siuman, semua risiko kamu yang bertanggung jawab!"
"Maaf, aku tidak tahu akan terjadi seperti ini." Asisten Chen awalnya sudah merasa bersalah dan menundukkan kepalanya semakin merasa bersalah.
Clarissa Yuan sama terkejutnya melihat Julius Yi yang begitu marah, marah hingga lepas kendali, dia buru-buru menenangkannya berkata, "Tuan Muda Kedua, ini di rumah sakit, kamu jangan teralu emosi."
Julius Yi menggertakkan giginya karena marah, dia menoleh ke arah Gloria dan bertanya, "Juwono dimana? Dimana dia sekarang?"
"Dia........sedang dalam perjalanan kemari, mungkin sebentar lagi akan sampai rumah sakit." Gloria menjawab.
"Kamu bantu aku untuk berjaga di sini." Julius Yi menepuk pundak Clarissa Yuan, lalu membalikkan badannya dan melangkah ke arah lift.
"Tuan Muda Kedua, kamu ingin kemana?" Clarissa Yuan mengejarnya hingga masuk ke dalam lift dan memegang pergelangan tangannya berkata, "Julius, apa yang ingin kamu lakukan? Tenangkan dirimu terlebih dahulu dan kita pikirkan jalan keluarnya ya?"
Julius Yi memukul tembok lift, ekspresinya yang murka dan tidak berdaya berkata, "saham sudah berada di tangan Noah Tsu jalan keluar apalagi yang perlu dipikirkan? Dia Noah Tsu tidak mungkin memuntahkan kembali sahamnya jika sudah mendapatkannya."
Tidak heran ayah muntah darah, benar-benar masalah yang membuat orang ingin memuntahkan darah!
"Jika sudah mengetahui tidak ada gunanya, jangan begitu emosional." Clarissa Yuan membujuknya dengan cemas.
Melihat sikapnya yang sekarang seperti ingin mengajak orang untuk berkelahi, membuatnya sangat cemas.
Novel Terkait
Lelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaWonderful Son-in-Law
EdrickYama's Wife
ClarkCinta Dan Rahasia
JesslynWahai Hati
JavAliusTen Years
VivianThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)