The True Identity of My Hubby - Bab 266 Berkumpul
Malam itu juga, Frans Tsu mengantar Liam dan Natasia pulang ke Mansion Keluarga Yi.
Begitu Keluarga Yi mendengar bahwa Frans Tsu akan mengantar Liam dan Natasia untuk pulang, mereka sangat terkejut, terlebih sang nenek, dia tidak bisa berhenti tersenyum dan menyambut mereka dengan sangat meriah.
Frans Tsu merangkul Liam dan Natasia sambil menunjuk ke arah Julius Yi dan Clarissa Yuan berkata dengan halus, "panggil ayah dan ibu."
Begitu panggilan ayah dan ibu keluar dari mulut mereka, Julius Yi dan Clarissa Yuan merasa terharu dan senang. Terlebih Clarissa Yuan sangat terharu hingga matanya berkaca-kaca.
Setelah menunggu begitu lama, akhirnya bisa berkenalan dengan mereka.
"Sayang, akhirnya aku mendengar kalian memanggil aku ibu." Dia dengan sangat emosional memeluk Liam dan Natasia sambil menangis.
Dia melepaskan pelukannya setelah memeluknya sejenak, dan menarik mereka ke depan Julius Yi berkata,"ini adalah ayah, biarkan ayah memeluk kalian."
Julius Yi melihat mereka yang tidak begitu senang dia pun mengerti karena mereka tidak akan bisa menerima dalam waktu dekat. Dia hanya memeluk mereka pelan karena cemas menakuti mereka dan berkata, "ayah sangat merindukan kalian."
"Ada aku juga, aku adalah nenek buyut kalian." Nenek dengan tidak sabar melangkah ke arah mereka dan memperkenalkan dirinya sendiri.
"Kemari, biarkan nenek buyut memeluk kalian." Nenek membuka kedua tangannya, meskipun Liam dan Natasia enggan, tetapi mereka akhirnya juga masuk ke dalam pelukan nenek.
"Kesayanganku, akhirnya nenek buyut tidak lagi merasa kesepian." Nenek tidak rela melepaskan mereka seperti baru saja mendapatkan dua harta terbaik. Mulutnya tidak berhenti berucap, "sangat baik, akhirnya kita sekeluarga bisa berkumpul, sangat baik......"
Melihat mereka sekeluarga sudah berkumpul kembali, Frans Tsu menarik nafas pelan, dan mengatur perasaannya yang ada sebersit kesedihan dan berkata kepada Clarissa Yuan, "akhirnya aku mengembalikan Liam dan Natasia kepadamu."
"Terima kasih, aku pasti akan menjaga mereka dengan baik." Clarissa Yuan menjawab dengan penuh rasa terima kasih.
"Aku tenang mengenai ini." Frans Tsu tersenyum.
Julius Yi jalan ke sisi Clarissa Yuan dan merangkul pundaknya, menatap Frans Tsu berkata, "meskipun kedua keluarga kita memiliki banyak masalah, tetapi mengenai Liam dan Natasia, aku harus mengucapkan terima kasih. Terima kasih kamu sudah menjaga Liam dan Natasia selama tiga tahun ini."
Frans Tsu melirik sekilas tangan dia yang berada di pundak Clarissa Yuan, tersenyum sedih lalu membalikkan badan dan berjalan ke arah mobilnya.
"Ayah...." Liam dan Natasia menangis begitu melihat Frans Tsu yang akan pergi berkata, "ayah, aku ingin kembali bersamamu."
Frans Tsu menghentikan langkahnya, memejamkan matanya, membalikkan badan lalu tersenyum ke arah Liam dan Natasia, dan mengelus kepala mereka berkata, "bukannya tadi kita sudah membicarakan ini dengan jelas? Liam dan Natasia harus bersama ayah dan ibu kalian, menjadi anak yang bahagia. Kedepannya tidak ada lagi yang akan mengejek kalian tidak mempunyai ibu."
"Tetapi kami ingin bersama ayah."
"Ayah sudah berjanji kepada kalian, ayah akan sering datang menemui kalian." Frans Tsu membujuknya, "anak baik, biarkan ibu membawa kalian untuk beristirahat ya?"
Frans Tsu kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Mansion Keluarga Yi setelah membujuk Liam dan Natasia dengan tidak mudah.
Melihat mobil Frans Tsu yang semakin jauh, Liam dan Natasia menangis semakin kencang, sambil berucap, "kami ingin kembali bersama ayah, kami tidak mau tinggal disini........."
Julius Yi dan Clarissa Yuan saling menatap dan tidak tahu harus berbuat apa. Julius Yi melangkah maju dan memeluk Liam berkata, "Liam, di sini adalah rumahmu yang sebenarnya, kedepannya kamu akan tinggal bersama ayah dan ibu, sedangkan Ayah Tsu kalian juga akan memiliki anaknya sendiri. Mereka barulah satu keluarga yang sebenarnya."
Liam menganggukkan kepalanya berkata, "ayah sudah memberitahu kepada kita."
"Kalau begitu sudah benar." Julius Yi menghapus air matanya dan berkata, "Liam jangan menangis lagi ya? Ayah dan ibu membawa kalian naik untuk melihat kamar kalian yang baru ya?"
Melihat Liam yang tidak tertarik, Julius Yi kembali melanjutkan, "di atas ada banyak mainan loh! ada pesawat-pesawatan dan robot yang bisa menari kesukaan Liam, dan juga ada boneka barbie dan kuda laut yang bisa bernyanyi kesukaan Natasia."
"Kuda laut yang bisa bernyanyi?" Akhirnya wajah Natasia muncul seulas senyuman.
"Tentu saja."
"Kalau begitu aku ingin naik untuk melihatnya."
"Baik, ayah membawa kamu naik." Julius Yi menarik tangan Natasia dan bertanya kepada Liam, "Liam apakah kamu ingin bersama-sama?"
Liam menghapus air matanya dan ikut naik dengan terpaksa.
Julius Yi dan Clarissa Yuan membawa Liam dan Natasia naik ke lantai atas. Melihat punggung satu keluarga empat orang tersebut yang sedang berjalan naik, nenek dengan bersemangat menarik-marik baju Kak Vero dan berkata,"kamu lihat tidak Kak Vero, mereka adalah cicit buyut dari Keluarga Yi, mereka sangat baik dan imut bukan?"
Kak Vero tersenyum sambil menepuk pelan punggung tangan dia berkata, "iya betul, mereka sangat baik dan imut. Bahkan hampir mirip dengan Tuan Muda waktu masih kecil. Selamat Nyonya Besar!"
"Betul, mengapa dulu aku tidak menyadari kedua cucu dari Keluarga Tsu sangat mirip dengan Julius?" Nenek berkata.
Sebelum Julius Yi dan Clarissa Yuan menikah meskipun Keluarga Yi dan Keluarga Tsu suka berselisih, tetapi di luarnya mereka masih berhubungan baik. Terkadang akan berkumpul bersama, nenek pernah melihat Liam dan Natasia satu dua kali. Pada saat itu merasa kedua anak ini sangat lucu dan berparas cantik, sama sekali tidak menyadari wajah mereka yang mirip dengan Julius Yi.
Meskipun menyadari adanya kemiripan juga tidak berani mengatakan apa-apa. Karena pada dasarnya anak-anak itu milik mereka, dia tidak mungkin memaksa membuat anak-anak itu menjadi keluarga dia.
Liam dan Natasia melihat mainan di dalam kamar menjadi sangat senang, tidak lagi merengek mencari ayah.
"Wow! Pesawat yang sangat besar!" Liam bergegas melangkah ke sudut ruangan dan memegangnya dengan penuh rasa sayang.
Julius Yi tersenyum berjalan ke arah sana, dan berjongkok di sisinya berkata, "pesawat besar ini bisa terbang ke atas langit. Tetapi sekarang sudah malam, tunggu besok pagi kita terbangkan dia di taman ya?"
"Baik." Liam menganggukkan kepala.
"Ayah, aku juga ingin pesawat besar." Natasia berkata.
Julius Yi tersenyum dengan mengelus kepalanya dengan lembut berkata, "milik Natasia juga ada, semuanya ada." Sambil berkata sambil mengambil pesawat merah dan menaruh di depan muka dia berkata, "lihat, berwarna merah."
"Sangat cantik, terima kasih ayah." Natasia berucap dengan nada manis.
Panggilan ayah ini membuat Julius Yi sangat bahagia.
Seumur hidup dia belum pernah dipanggil sebutan ayah, lumayan juga.
Clarissa Yuan ikut tersenyum melihat wajahnya yang bahagia.
Meskipun Julius Yi dan Clarissa Yuan mendekorasikan kamar Liam dan Natasia, tetapi anak-anak hanya bersemangat dalam sesaat, begitu perasaan tertarik itu sudah lewat, mereka kembali merasa bosan.
Clarissa Yuan melihat jam pada dinding berkata dengan lembut, "sayang, sudah sangat malam sekarang. Sudah waktunya tidur."
Liam berdiri dari sekumpulan mainan, menatapnya berkata, "aku ingin kembali ke tempat ayah dan tidur di sana."
"Aku juga ingin kembali ke tempat ayah." Natasia juga ikut berdiri.
Clarissa Yuan mengikuti mereka mengerucutkan bibirnya berkata, "bukannya tadi kita sudah membicarakannya? Bermain sebentar lalu tidur."
"Tidak mau! Aku ingin kembali ke tempat ayah, aku tidak mau di sini, aku tidak suka tempat ini........" Anak-anak menangis bersama.
Julius Yi dan Clarissa Yuan kembali tidak tahu harus berbuat apa, sambil memeluk mereka sambil membujuk mereka.
Untungnya karena sudah lewat jam tidur, tidak lama setelah Liam dan Natasia merengek, mereka tertidur di dalam pelukan Julius Yi dan Clarissa Yuan.
Mereka akhirnya menghela nafas lega setelah menaruh Liam dan Natasia di atas ranjang dan menyelimuti mereka.
"Tidak menyangka hubungan mereka terhadap Frans Tsu begitu dalam." Julius Yi berkata dengan masam.
Clarissa Yuan tersenyum berkata, "karena Frans Tsu selalu berada di sisi mereka."
"Semoga mereka bisa beradaptasi dengan cepat." Julius Yi merangkul pinggang dia dan berkata, "ayo pergilah, kita juga harus kembali ke kamar dan beristirahat."
Beraktivitas hingga malam seperti ini, Julius Yi juga sudah merasa mengantuk.
Clarissa Yuan melepaskan rangkulan tangan dia yang ada di pinggangnya, menatapnya dan berkata, "Julius, kamu kembali ke kamar dan tidurlah. Aku tidur di sini menemani mereka."
Ekspresi Julius Yi seketika berubah mendengar perkataannya.
Clarissa Yuan buru-buru menjelaskan, "Liam dan Natasia baru sampai, tentu tidak bisa membiarkan mereka tidur dengan pembantu. Jika mereka tengah malam sadar dan tidak menemukan aku, pasti akan merasa takut. Apalagi selama beberapa waktu lalu selalu aku yang menemani mereka tidur."
Julius Yi menghela nafas dengan tidak berdaya dan berpura-pura sedih mengatakan, "jika karena sudah memiliki anak dan kita harus tidur terpisah, ide memiliki anak ini bukan hal yang baik."
"Apa yang kamu katakan."
"Aku mengucapkan kebenarannya saja, jangan-jangan kita akan terus tidur terpisah untuk kedepannya?" Julius Yi memegang kedua pundak dia dan terus mengeluh berkata, "aku pun juga tidak tahu kapan aku akan masuk ke dalam penjara dan hidup sendiri. Aku ingin memanfaatkan waktu ini untuk memelukmu, jika tidak kapan lagi?"
"Aku tahu." Clarissa Yuan merasa sedih dan tak berdaya, "tetapi Liam dan Natasia......."
Bagaimana dengan mereka? Tidak mungkin membiarkan mereka tidur dengan pembantu bukan?
Julius Yi melihat wajah dia yang kebingungan, tiba-tiba tertawa, sambil mencubit hidungnya berkata, "aku hanya bercanda, kamu temani Liam dan Natasia saja. Tunggu hingga mereka terbiasa, baru biarkan pembantu yang mengurusi mereka."
Meskipun dia tertawa, tetapi Clarissa Yuan tidak bisa tertawa.
Mengingat urusan dia dan Gwendolyn Tsu membuat dirinya tidak bisa merasa senang.
Situasi dia dan Gwendolyn Tsu sekarang sedang membeku, Gwendolyn Tsu tidak mau bercerai, sudah pasti tidak akan mengungkit masalah penjara. Tetapi ini bukan cara jangka panjang, tidak tahu jika suatu saat nanti Gwendolyn Tsu menggugat Julius Yi.
Melihat Liam dan Natasia yang tertidur pulas, Clarissa Yuan menghela nafas dengan tidak berdaya, tubuhnya perlahan-lahan menyender tubuh Julius Yi dan memeluknya dengan erat.
Julius Yi seperti bisa merasakan kesedihan dia, dia pun dengan lembut membalasnya dan memeluk erat tubuh dia.
Novel Terkait
Uangku Ya Milikku
Raditya DikaRahasia Istriku
MahardikaHarmless Lie
BaigeUnlimited Love
Ester GohCinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyPerjalanan Selingkuh
LindaMore Than Words
HannyThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)