The True Identity of My Hubby - Bab 278 Undangan Pernikahan
Sebenarnya dia tidak memiliki banyank barang, sangat sederhana.
Clarissa Yuan kembali memasukkan ponselnya kedalan tas, lalu berkata padanya, "Ayo jalan".
Gloria tetap berdiri di sana menatap Clarissa Yuan, berkata: "kamu mau membawaku tinggal di apartemen Julius Yi?"
"Betul". Clarissa Yuan membuka pintu mobil menyuruhnya masuk.
"Tetapi apakah Julius Yi setuju? dulu aku begitu terhadapnya...." Gloria tetap merasa tidak yakin.
"Kamu tenang saja, Julius bukan orang pedendam, bila tidak, mana mungkin dia setuju membantu Juwono".
Gloria menganggukan kepala, dengan hati-hati naik ke dalam mobilnya.
Melihat wajah Gloria, hati Clarisa merasa kasihan, dulu orang yang begitu bermartabat, dalam sekejap mata berubah menjadi seperti ini, hatinya pasti merasa sakti bukan?
Bila bukan demi Juwono Yi, mungkin saat ini dia tidak akan memohon padanya dengan menyedihkan, cinta ibu adalah yang paling mulia di dunia ini.
*****
Clarissa membawa Gloria ke apartemen, lalu menelepon sebuah restoran yang ada diluar untuk memesankan makanan untuknya.
Dari dalam tas kainnya Gloria mengeluarkan beberapa surat keterangan rumah sakit mengenai berapa parah luka yang di alami oelah Juwono pada saat dia di kejar dan akan dibunuh dan juga beberapa dokumen, lalu memberikannya kepada Clarissa.
Makanan dengan cepat di antar, Clarissa berkata kepada Gloria: "kamu pasti sudah lama tidak makan dengan baik, makanlah, setelah perutmu kenyang baru bicarakan lagi, aku lihat dulu dokumen mu".
Melihat makanan yang ada di depan matanya, air mata Gloria mengalir.
"Ada apa? Tidak suka?"
Gloria menggeleng-gelengkan kepala, lalu berlutut di hadapan Clarissa, dengan air mata yang memenuhi wajahnya dengan menyesal berkata: "Clarissa, dulu aku sudah buta, sehingga mengiramu begitu jahat, sehingga selalu menjahatimu. Sekarang aku sudah tahu, kamu adalah wanita yang baik, tidak hanya bersedia membantu Juwono, bahkan memijamkan rumah untuk aku tinggal, aku....aku sungguh tidak dapat membalasmu".
"Ibu kecil, jangan seperti ini". Clarissa segera membantunya berdiri: "Bukan aku ingin membantumu, Julius mengatakan bagaimanapun juga dirinya tumbuh besar bersama dengan Juwono, Juwono pun bukan orang yang jahat, hanya saja dia salah jalan, sehingga dia bersedia membantunya".
"Aku tahu, oleh karena itu aku sangat merasa berterima kasih kepada Julius tidak memperhitungkan kesalahan yang dulu, Juwono seperti ini karena aku, salahku yang terlalu tamak dan bodoh, sehingga melibatkan Juwono". Gloria berkata: "Clarissa, maaf, aku salah".
"Sudahlah, kamu sudah berkali-kali mengucapkan maaf".
Gloria menghapus air mata di wajahnya dan berkata: "kamu adalah wanita baik, pantas saja Julius begitu mencinatimu".
Menyinggung Julius, bibir Clarissa menyunggingkan senyum.
"Makan dulu, bila sudah dingin tidak enak lagi". Selesai berkata, Clarissa duduk di samping dan membaca dokumen.
*****
Malam hari, Julius Yi sambil memluk Clarissa Yuan bertanya: "apakah urusan ibu kecil sudah di atur?"
"Ehm, aku sudah membawanya untuk tinggal di apartemen, dan memberikannya sedikit uang".
"Wanita bodoh". Juwono Yi menggunakan jarinya mencubit pipi Clarissa Yuan.
Clarissa Yuan mengehelakan napas: "Aku juga merasa diriku sangat bodoh, tetapi melihat dia yang begitu menyedihkan aku tidak dapat menahan diriku untuk menolongnya".
"Tidak apa-apa, aku menyukai kebodohanmu".
"Bukankah kamu juga bodoh, membiarkan dia tinggal di apartemenmu".
"Aku ini di pengaruhi oleh mu sehingga menjadi bodoh". Julius Yi tertawa, lalu kembali bertanya: "Oh ya, bagaimana persiapan dokumennya?"
"Tidak begitu baik, masih harus mencari bukti yang lebih kuat, yang membuktikan Juwono pernah akan di bunuh oleh orang suruhan Noah Tsu".
"Tidak apa-apa, pelan-pelan saja".
"Ehm". Clarissa Yuan menganggukan kepala, dia terdiam sesaat lalu mengangkat kepalanya menatapnya: " Gwendolyn Tsu segera masuk ke keluarga ini, walaupun dia telah meminta maaf padaku, dan juga berjanji bahwa pikirannya telah terbuka, dan tidak akan melakukan kesalahan lagi, tetapi setiap kali aku melihatnya, bulu kudukku berdiri".
"Kamu merasa takut karena dia terlalu sering menjahatimu". Dengan merasa kasihan Julius Yi mengecup dahinya: "Jangan takut, ada aku".
"Justru aku tidak takut padanya, aku takut dia berbuat sesuatu kepada Liam dan Natasia". Bila Gwendolyn Tsu mengatakan tidak akan melakukan hal buruk lagi, tetapi dia pasti akan berbuat sesuatu terhadap Liam dan Nataisa.
Walaupun saat ini dia tidak tertarik kepada Julius Yi, tetapi cucu pertama keluarga Yi saat ini di duduki oleh Liam, dia merasa khawatir.....
Semoga dia sungguh berubah, tidak melakukan hal yang tidak baik lagi.
"Maksudmu ingin pindah tinggal di luar?"
"Ehm, aku tidak ingin tinggal di satu atap yang sama bersama Gwendolyn Tsu, aku merasa tidak enak".
"Baik, tunggu dia masuk ke keluarga ini, kita pindah kembali ke Villa West Town". Tentu saja Julius Yi mengerti perasaan Clarissa, bila setiap hari Clarissa harus duduk dan makan di meja makan yang sama dengan Gwendolyn Tsu, dirinya pun merasa aneh.
"Terima kasih, aku harap nenek tidak menentang". Clarissa Yuan tersenyum.
"Tenang saja, pasti nenek akan memikirkan hal ini juga, dia pasti tidak akan menentangnya". mengenai hal ini Julius Yi cukup yakin.
*****
Gwendolyn Tsu memeluk seikat bunga Crisant berwarna kunging ke makam Noah Tsu.
Menatap foto yang terdapat di batu nisan Noah Tsu, air mata Gwendolyn Tsu mengalir, semua yang terjadi di masa lalu melintas di pikirannya.
Teringat ayah yang sangat dia cintai menajdi celaka karena dirinya sendiri, hatinya merasa sangat sakit.
Dia menangis beberapa saat, lalu dengan perlahan meletakan bunga yang ada di pelukannya di depan makam tersebut, dengan menatap foto ayahnya dia tersenyum dan berkata dengan terisak: "Ayah, maaf, dulu aku terlalu keras kepala".
"Sekarang aku sudah mengerti, walaupun aku terus mencelakakan Clarissa Yuan, tetapi semua pengorbananku tidak lebih mudah dari dia. Aku telah kehilangan ayah yang sangat aku cintai, kehilangan tempatku berpijajk, dan di hina oleh orang lain. Walaupun Clarissa Yuan tidak dapat memiliki anak, tetapi tuhan memberikan dia sepasang anak, membuatnya tidak ada lagi penyesalan, mungkin orang baik memang akan mendapatkan balasan yang baik juga".
Dia menghapus air mata di wajahnya. Lalu kembali berkata: "Tetapi ayah tenang saja, aku telah sadar, aku telah menemukan cintaku. mulai saat ini aku akan hidup baik-baik dengan Justin, baik-baik membina hubungan dengannya, dan tidak akan melakukan hal bodoh lagi".
"Ayah, kamu akan merestuiku kan? kamu tidak akan menyalahkanku karena pada saat kamu meninggal belum sampai satu bulan aku mengadakan pernikahan bukan? Ayah, putrimu mencintaimu dan menghormatimu...."
Lagit perlahan menjadi gelap.
Sisca segera mendatanginya: "Nona Tsu, hampir hujan, ayo kita segera kembali".
Gwendolyn Tsu mengangkat kepalanya menatap langit yang tadi masih terang, sekarang penuh dengan awan gelap, lalu bergumam: "apakah ayah juga menyalahkanku? dia sama dengan ibu dan kakak menyalahkanku....."
Gwendolyn Tsu menganggukan kepala.
Sisca menghiburnya: "tadi sebelum kita keluar aku sudah mengatakan kepada Nona Tsu bahwa hari ini akan turun hujan, jadi ini hanya kerena Nona Tsu salah memilih waktu saja, jangan terlalu di pikirkan".
Gwendolyn Tsu kembali menatap Noah Tsu: "Ayah, sudah akan turun hujan, lain hari aku akan datang mengunjungimu".
*****
Pagi hari, Gwendolyn Tsu memberikan daftar persiapan pernikahan kepada Clarissa Yuan, Clarissa Yuan melihat sekilas, dirinya sangat terkejut dengan kesederhanaan tersebut.
Ini sungguh tidak seperti pribadi Nona besar Tsu, yang biasanya selalu mau yang terbaik, orang yang selalu ingin terlihat mencolok sekarang pindah ke jalur sederhana?
Gwendolyn Tsu tersenyum dan berkata: "Clarissa, kamu harus mempersiapkan pernikahan dalam 3 hari, waktunya sangat sempit, jadi aku membuat semua yang di perlukan untuk pernikahan menjadi lebih sederhana, , sehingga pada saat menganturnya kamu pun tidak kelelahan".
Clarissa Yuan menganggukan kepala: "kalau ini adalah keputusanmu, tentu saja aku akan mengikutinya".
"Ehm, Baju pengantin tahun lalu bersama dengan Justin.....emm.....bersama Julius sudah di pesan, cincin pun sudah di pilih, dan beberapa dekoraasi aku pilih yang sudah jadi, jadi langsung menyuruh orang untuk mengambilnya saja".
Gwendolyn Tsu menunjuk daftar tersebut: "Di sana ada alamat dan no telepon".
"Baik, aku sudah mengerti".
"Terima kasih, sudah merepotkanmu".
Terbiasa akan kesombongannya, tiba-tiba dia berubah menjadi seperti ini, Clarissa Yuan justru merasa tidak terbiasa, lalu berkata: "Tidak perlu berterima kasih, ini adalah tugasku".
Selesai berkata dia langsung naik ke atas.
Clarissa Yuan tiba di atas dan melihat daftar tersebut, lalu mengambil ponsel dan menelepn Evelin.
Tidak tahu mengapa, walaupun Evelin dan Justin Yi mengatakan di antara mereka tida kada hubungan, tetapi dirinya tetap tidak pantang menyerah, dia merasa mereka berdua seharusnya besama.
Apakah dirinya yang terlalu inign Evelin bersama dengan Justin Yi? Sehingga lebih khawatir dari pada mereka berdua?
Ketika dia menelepon, Evelin sedang membaca dokumen pasien.
Ponsel berdering, Evelin langsung mengambil ponselnya dan mengangkatnya: "Hallo, siapa?"
"Ini aku".
"Oh, Nyonya besar Yi, ada apa mencariku?" Evelin meletakkan dokumen tersebut, dengan malas dia bersandar di kursinya.
"Begini, tiga hari lagi Justin akan menikah, apakah kamu akan datang?"
"Tiga hari lagi?" Evelin melihat kalender yang ada di mejanya, lalu tertawa: "kebetulan tiga hari lagi aku cuti, diadakan siang atau malam hari?"
Sebenarnya tiga hari lagi dia sama sekali tidak cuti.
"Evelin...." Clarissa Yuan tidak tahu harus berbuat apa: "tidak bisakah kamu menunjukan sedikit kepedulianmu? dasar berdarah dingin".
"Clarissa". Evelin tersenyum lalu mengeraskan rahangnya dan berkata: "Sekarang musim sibuk di rumah sakit, aku sangat sibuk, bila kamu terus-terusan mengganguku, aku akan putus hubungan denganmu!"
"Jangan, aku hanya merasa kamu dan Justin....."
"Aku dan Justin tidak memiliki hubungan apa-apa, bye!" tanpa sungkan Evelin mematikan telepon tersebut.
Dia meletakkan ponselnya dan kembali melihat dokumen pasien, asisten masuk dari luar dan memberikan undangan berwarna merah muda: "Dokter Evelin, ini dari receptionis menyuruhku memberikannya padamu.
Evelin sama sekali tidak mengangkat kepalanya: "Letakan di sana saja".
Asisten tersebut meletakan undangan itu di ujung meja, lalu berkata: "Ada lagi, Nona Huang, pasien kamar no 3, persiapan operasinya sudah siap, Dokter Evelin sudah bisa ke sana sekarang".
"Baik". Evelin bangkit berdiri, lalu memberikan dokumen tersebut kepadanya: "fotocopy dokumen ini dan berikan kepada kepala rumah sakit".
"Baik". Asisten mengambil dokumen tersebut.
Evelyn keluar dari ruangan kerjanya dan berjalan menuju ruang operasi.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelCinta Yang Tak Biasa
WennieMarriage Journey
Hyon SongDewa Perang Greget
Budi MaCinta Dan Rahasia
JesslynThe True Identity of My Hubby×
- Bab 1 Déjà vu
- Bab 2 Bawa Dia
- Bab 3 Apa Bisa Tidak Dilaporkan Ke Polisi
- Bab 4 Menikahi Pria Buta
- Bab 5 Ini Maharnya
- Bab 6 Pindah ke daerah orang kaya
- Bab 7 Bertemu kepala keluarga
- Bab 8 Merk terkenal palsu
- Bab 9 Keluarga dia
- Bab 10 Menikah demi uang
- Bab 11 Pernikahan
- Bab 12 Mabuk
- Bab 13 Malam Pengantin Baru
- Bab 14 Membeli Mobil Untuknya
- Bab 15 Memanggilnya Nyonya Muda
- Bab 16 Penolong Dari Masalah
- Bab 17 Pertama Kali Bertemu
- Bab 18 Makan Bersama
- Bab 19 Mengacaukan Dunia
- Bab 20 Masa Lalunya
- Bab 21 Beli Satu Gratis Satu
- Bab 22 Bertemu Secara Kebetulan
- Bab 23 Tombol Milik Siapa?
- Bab 24 Ternyata Bukanlah Mimpi
- Bab 25 Sangat Mirip Dengan Seseorang
- Bab 26 Sakit Lambung(1)
- Bab 27 Sakit Lambung (2)
- Bab 28 Mabuk (1)
- Bab 29 Mabuk(2)
- Bab 30 Mabuk (3)
- Bab 31 Hanya Cantik Saja Tidak Berguna
- Bab 32 Dia Hanya Buta
- Bab 33 Tidak Pernah Masuk ke Kamarnya
- Bab 34 Suami Istri Tidak Perlu Terlalu Sungkan
- Bab 35 Cincin Pertunangan(1)
- Bab 36 Cincin Pertunangan (2)
- Bab 37 Membawa Teman Ke Rumah
- Bab 38 Tiba-tiba Menampakkan Diri
- Bab 39 Banyak Bicara Maka Banyak Salah
- Bab 40 Membantu Dia Melakukan Operasi Wajah Secara Gratis
- Bab 41 Terjadi Kecelakan Mobil (1)
- Bab 42 Terjadi Kecelakaan Mobil (2)
- Bab 43 Masa Lalu Yang Tidak Diketahui
- Bab 44 Menjadi Marah
- Bab 45 Dimana Anaknya
- Bab 46 Mimpi Buruk Lagi (1)
- Bab 147 Mimpi Buruk Lagi (2)
- Bab 48 Memilih Mundur
- Bab 49 Menemaninya Sampai Pertunjukan Selesai
- Bab 50 Apakah Sudah Mengakui Kesalahannya?
- Bab 51 Tidak Berani Bertemu Orang
- Bab 52 Menolak Makan
- Bab 53 Jangan Keras Kepala
- Bab 54 Pria Asing
- Bab 55 Ingin Pelukan
- Bab 56 Bersembunyi Sendiri
- Bab 57 Tertidur di Hotel
- Bab 58 Keamanannya
- Bab 59 Rumor
- Bab 60 Berterima Kasih Atas Bantuannya
- Bab 61 Dikejar orang yang ingin membunuhnya?
- Bab 62 Tiba-tiba berkunjung
- Bab 63 Meminta bantuannya
- Bab 64 Mendoakannya dengan berbesar hati
- Bab 65 Menolak berulang kali
- Bab 66 Pusing Mual
- Bab 67 Berlelucon
- Bab 68 Strategi Yuliana 1
- Bab 69 Strategi Yuliana 2
- Bab 70 Mulai Sekarang Saling Tidak Melanggar
- Bab 71 Rencana jahat berhasil
- Bab 72 Rencana jahat berhasil 2
- Bab 73 Keluarga Yi sudah memiliki cucu pertama
- Bab 74 Memaksa menikah
- Bab 75 Fitnah
- Bab 76 Tidak takut diolok-olok
- Bab 77 Dia atau bukan
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (1)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (2)
- Bab 78 Kekecewaan yang berasal dari pengharapan (3)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (1)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (2)
- Bab 79 Ada Kecurigaan (3)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (1)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (2)
- Bab 80 Akan Segera Menjadi Ayah (3)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (1)
- Bab 81 Tuan Muda Pertama Tidak Punya Masa Depan? (2)
- Bab 82 Bukan Sengaja Menguping (1)
- Bab 82 Bukan sengaja ingin mendengar (2)
- Bab 83 Sakit (1)
- Bab 83 Sakit (2)
- Bab 83 Sakit (3)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (1)
- Bab 84 Penghinaan Di Depan Publik (2)
- Bab 85: Menjadi Tidak Sopan (1)
- Bab 85 Menjadi Tidak Sopan (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (1)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (2)
- Bab 86 Kecurigaan Gwendolyn (3)
- Bab 87 Sudah Hamil (1)
- Bab 87 Sudah Hamil (2)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (1)
- Bab 88 Siapa Ayah dari anak ini (2)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (1)
- Bab 89 Anak ini tidak boleh dipertahankan (2)
- Bab 90 Janji Dulu (1)
- Bab 90 Janji Dulu (2)
- Bab 90 Janji Dulu (3)
- Bab 91 Bertengkar (1)
- Bab 91 Bertengkar (2)
- Bab 92: Membuktikan Satu Hal (1)
- Bab 92 Membuktikan Satu Hal (2)
- Bab 93 Sebuah Masalah (1)
- Bab 93 Sebuah Masalah (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (1)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (2)
- Bab 94 Tuan Muda Menghilang (3)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (4)
- Bab 95 Tuan Muda Menghilang (5)
- Bab 96 Mencari tahu (1)
- Bab 96 Mencari tahu (2)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (1)
- Bab 97 Mengajaknya menonton konser musik (2)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (1)
- Bab 98 Kebetulan bertemu (2)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (1)
- Bab 99 Tidak akan menyerah (2)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (1)
- Bab 100 Tuan Muda menggila (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol (1)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 1 (2)
- Bab 101 Menggila karena alkohol 2 (1)
- Bab 102 Menggila karena alkohol 2 (2)
- Bab 103 Menjadi istri orang (1)
- Bab 103 Menjadi istri orang (2)
- Bab 104 Emosinya (1)
- Bab 104 Emosinya (2)
- Bab 105 Terjebak Api (1)
- Bab 105 Terjebak Api (2)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (1)
- Bab 106 Lebih Mengejutkan Dibanding Melukai (2)
- Bab 107 Intrik Melawan Satu Sama Lain
- Bab 108 Di Depan Umum (1)
- Bab 108 Di Depan Umum (2)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (1)
- Bab 109 Tidak Akan Meninggalkanmu (2)
- Bab 110 Kesalahpahaman (1)
- Bab 110 Kesalahpahaman (2)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (1)
- Bab 111 Bukankah kamu hilang ingatan? (2)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (1)
- Bab 112 Sayang sekali kamu tidak bisa melihatnya (2)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (1)
- Bab 113 Kenapa tiba-tiba jadi tidak senang? (2)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (1)
- Bab 114 Saling Balas Dendam (2)
- Bab 115 Melindungi Dengan Tubuh
- Bab 116 Terluka Dan Pingsan
- Bab 117 Bertengkar (1)
- Bab 117 Bertengkar (2)
- Bab 118 Terkena Flu
- Bab 119 Hal di luar perkiraan
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (1)
- Bab 120 Tidak ingin terus seperti ini (2)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (1)
- Bab 121 Jangan Takut, Ada Aku (2)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (1)
- Bab 122 Cincin Pernikahan (2)
- Bab 123 Terlambat Pulang(1)
- Bab 123 Terlambat Pulang (2)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (1)
- Bab 124 Memintanya Bantuannya (2)
- Bab 125 Cincin Itu Hilang
- Bab 126 Pengakuan Dia
- Bab 127 Pertama Kalinya di Hina Pria (1)
- Bab 128 Pertama Kalinya di Hina Pria (2)
- Bab 128 Kecelakaan
- Bab 129 Kecelakaan (Bagian 2)
- Bab 130 Kecelakaan (3)
- Bab 131 Kita Berpisah Saja
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (1)
- Bab 132 Harus Menikah Dengan Dia (2)
- Bab 133 Saya Memberikanmu Dua Pilihan
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (1)
- Bab 134 Ada Yang Mencurigakan (2)
- Bab 135 Dia Merasa Bersalah
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (1)
- Bab 136 Ditolak Mentah-mentah (2)
- Bab 137 Regenerasi
- Bab 138 Hari Sulit, Aku Masih Bisa Melewatinya
- Bab 139 Pertengkaran Panas
- Bab 140 Penebusan Kesalahan
- Bab 141 Kesepian Sorang Diri
- Bab 142 Balas Dendam Kebencian
- Bab 143 Perempuan Dan Laki-Laki Sama Saja
- Bab 144 Mengadopsi Anak
- Bab 145 Meninggalkannya
- Bab 146 Bawa Dia Pergi
- Bab 147 Suami Istri Sehati
- Bab 148 Apa Kebenarannya
- Bab 149 Petir di Siang Bolong
- Bab 150 Pergi dari Rumah
- Bab 151 Terlihat Asing
- Bab 152 Balik Melawan
- Bab 153 Dengan Enggan
- Bab 154 Paman yang Asing (1)
- Bab 154 Paman yang Asing (2)
- Bab 155 Permintaan Maaf (1)
- Bab 155 Permintaan Maaf (2)
- Bab 156 Permintaan Maaf (Bagian 3)
- Bab 157 Memberanikan Diri Sekali
- Bab 158 Perjanjian ( 1)
- Bab 158 Perjanjian ( 2)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam ( 1)
- Bab 159 Menyembunyikan Sangat Dalam (2)
- Bab 160 Rencana Gagal
- Bab 161 Berkhianat
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (1)
- Bab 162 Tentang Surat Wasiat (2)
- Bab 163 Kenapa Selalu Dia yang Berkorban
- Bab 164 Selalu Menemanimu (1)
- Bab 164 Selalu Menemanimu (2)
- Bab 165 Hidup dalam Ketakutan
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (1)
- Bab 166 Ancaman yang Jelas (2)
- Bab 167 Aku Juga Bisa Bermain Trik
- Bab 168 Konflik
- Bab 169 Memanfaatkan Kekacauan Ini
- Bab 170 Kejadian Tidak Terduga
- Bab 171 Menghidupinya seumur hidup
- Bab 172 Marah
- Bab 173 Membantu
- Bab 174 Kebohongannya
- Bab 175 Levin
- Bab 176 Bayang-bayang yang Familiar
- Bab 177 Diam-diam Membawa Mereka Pulang
- Bab 178 Dirinya yang Dulu
- Bab 179 Belajar Berbohong
- Bab 180 Siapa yang Mengatakan Ingin Cerai
- Bab 181 Semuanya demi dia
- Bab 182 Pembagian warisan
- Bab 183 Ada kamu saja sudah cukup
- Bab 184 Kesempatan terakhir
- Bab 185 Yuliana melahirkan! (1)
- Bab 185 Yuliana melahirkan (2)
- Bab 186 Memohon Untuk Dimaafkan
- Bab 187 Justin Yi
- Bab 188 Perubahan Baik
- Bab 189 Kebenaran
- Bab 190 Senang Terlalu Awal
- Bab 191 Penculikan
- Bab 192 Penculikan 2
- Bab 193 Terjatuh Dari Lantai Tiga
- Bab 194 Menjadi Orang Buta Sesungguhnya?
- Bab 195 Keberanian Untuk Tetap Hidup
- Bab 196 Balas Dendam
- Bab 197 Ini adalah pembalasan karma
- Bab 198 Kesadaran yang kacau
- Bab 199 Rahasia pada dirinya
- Bab 200 Rahasia pada dirinya 2
- BAB 201 Misteri Charlie Shen Hilang
- Bab 202 Kasih Kalian Melihat Sebuah Dokumen
- Bab 203 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 2
- Bab 204 Memberi Kalian Melihat Sebuah Dokumen 3
- Bab 205 Memaksa Dia Berlutut
- Bab 206 Negosiasi
- Bab 207 Dicurigai
- Episode 208 Kekanak-kanakan
- Bab 209 Mengingat Masa Lalu
- Bab 210 Janji Sebelum Berpisah
- Bab 211 Masuk Kembali ke Rumah Sakit.
- Bab 212 Pergi
- Bab 213 Anakku Ada dimana?
- Bab 214 Harapan Baru
- Bab 215 Persetujuan Perceraian
- Bab 216 Keteguhan Hatinya
- Bab 217 Berakting Seperti di Film Hollywood
- Bab 218 Dibawa Pergi Oleh Polisi
- Bab 219 Frans Tsu Kembali
- Bab 220 Undangan Pernikahan
- Bab 221 Pertemuan Tidak Disengaja Yang Mencanggungkan
- Bab 222 Acara Pernikahan
- Bab 223 Malam pengantin
- Bab 224 Bertemu lagi dan menjadi orang asing
- Bab 225 Dipecat
- Bab 226 Pemikiran yang tidak seharusnya ada
- Bab 227 Terjadi pertengkaran
- Bab 228 Dihina
- Bab 229 Anak-anak hilang
- Bab 230 Anak-anak hilang 2
- Bab 231 Meminta Bantuan Padanya
- Bab 232 Foto Keluarga
- Bab 233 Kanker
- Bab 234 Menyadari Sesuatu
- Bab 235 Kecuali Meminta Maaf Padaku
- Bab 236 Hanya bisa membantu sampai disini
- Bab 237 Mabuk (1)
- Bab 237 Mabuk (2)
- Bab 238 Kegilaan saat mabuk
- Bab 239 Bertemu untuk yang terakhir kalinya (1)
- Bab 239 Betemu untuk yang terakhir kalinya (2)
- Bab 240 Tes DNA
- Bab 241Menggoda Suamiku
- Bab 242 Menghindar (1)
- Bab 242 Menghindar (2)
- Bab 243 Bertemu Setiap Hari
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (1)
- Bab 244 Siapa Ayah dari Anak-anak (2)
- Bab 245 Biarkan Aku Hidup
- Bab 246 Biarkan Aku Hidup (2)
- Bab 247 Pergi menjauh
- Bab 248 Fakta
- Bab 249 Natasia Hilang (1)
- Bab 249 Natasia Hilang (2)
- Bab 250 Bukan Sengaja Membohongi
- Bab 251 Hukuman dari Dia
- Bab 252 Kontrak (1)
- Bab 252 Kontrak (2)
- Bab 253 Surat perceraian
- Bab 254 Suami istri yang tidak saling mencintai
- Bab 255 Liam
- Bab 256 Liam 2
- Bab 257 Berbuat jahat lagi
- Bab 258 Panik
- Bab 259 Orang yang Berbahaya (1)
- Bab 260 Orang yang Berbahaya (2)
- Bab 261 Menolong Dia atau Tidak
- Bab 262 Tidak Memiliki Tenaga Untuk Berjuang
- Bab 263 Apakah Aku Salah?
- Bab 264 Tidak Berubah (1)
- Bab 264 Tidak Berubah ( 2)
- Bab 265 Kemarahan yang Menyerang Hati
- Bab 266 Berkumpul
- Bab 267 Keadaan yang Baik
- Bab 268 Akibat Membuat Dia Marah
- Bab 269 Bencana
- Bab 270 Mau Membantunya Tidak
- Bab 271 Jangan Lompat Gedung
- Bab 272 Menandatangani Surat Perceraian
- Bab 273 Apa Kamu Masih Akan Menikahiku?
- Bab 274 Masih Mencintainya
- Bab 275 Reaksi Evelin
- Bab 276 Tidak Ingin Ribut Lagi
- Bab 277 Permintaan Maafnya
- Bab 278 Undangan Pernikahan
- Bab 279 Tidak menginginkan anak
- Bab 280 Akhirnya bersama
- Bab 281Pemikiran yang saling bertentangan
- Bab 282 Pernikahan
- Bab 283 Perasaan itu terbalaskan
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)
- Bab 284 Kebahagiaan berlangsung selamanya (akhir)